Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Kembali di Titik Nol
Ada yang berkata bahwa iblis sudah tidak ada dan selesai sampai di Alkitab dan kita sudah selamat. Namun Alkitab mencatat bahwa peperangan kita bukanlah melawan darah dan daging, melainkan penguasa-penguasa di udara.
Setelah Yesus naik ke surga dan nantinya turun kembali, para rasul masih terus berhadapan dengan penguasa-penguasa di udara. Penguasa-penguasa di udara adalah iblis dan roh-roh kegelapan yang terus berusaha menarik kita berbelok dari rencana Tuhan dengan cara membuat manusia menggangap segala sesuatu di pikiran kita seperti suara Tuhan. Hanya orang yang bergaul dekat dengan Tuhan yang bisa membedakan dan mengenalinya.
Pada tahun ini, kita akan mengalami perkenanan Tuhan yang luar biasa dalam hidup kita. Tuhan akan memberikan visinya untuk setiap kita, kita akan mengenal rencana dan kerinduan Tuhan dengan jelas.
Visi adalah penerang. Jalan kita dulu yang gelap, akan diberikan penerang oleh Tuhan. Kita bisa menolak visi dari Tuhan karena kita tidak suka, kita tidak nyaman. Karena itu, dibutuhkan kerendahan hati untuk melihat visi dari Tuhan.
Kita bukan hanya fans dari Tuhan Yesus, tetapi kita adalah anak-anakNya.
Follower adalah kemanapun Tuhan pergi, kita pergi. Fans adalah Ketika Yesus membuat keramaian, kita berbondong-bondong melihat. Tetapi kita adalah murid Kristus. Suka tidak suka, hati kita akan dibentuk oleh Tuhan dan diperbarui pola pikir kita yang lama. Seorang fans, meskipun ia mengikuti Yesus kemana-mana, ia tidak mengalami pembaruan pola pikir dan hidupnya tetap sama, tidak ada pengaruh dari Tuhan Yesus yang berimbas dalam dirinya, karena hidupnya suka-suka dia saja, bukan suka-suka Tuhan. Murid yang sejati benar-benar mendedikasikan hidupnya untuk sang Guru, yaitu Yesus.
Keadaan bisa berubah kapan saja, apalagi saat-saat pandemi seperti ini. Tetapi ketika kita percaya kepada Tuhan, perkenanan yang hebat dan luar biasa akan terjadi dalam hidup kita.
Dalam badai yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita, Tuhan bisa memberikan penglihatan yang lebih jelas. Pandangan kita yang buram karena badai akan diperjelas oleh Tuhan. Tuhan perbaiki penglihatan kita yang buram karena badai, kita akan dapat melihat lebih jelas dalam badai itu. Jangan lagi kita mengandalkan pemikiran-pemikiran kita, karena pikiran Tuhan tidak terselami.
Mungkin kita merasa mengambil waktu untuk berbicara dengan Tuhan itu sia-sia. Kita merasa bisa menggunakan waktu itu untuk bekerja dan memperlebar kerajaan Tuhan. Tapi, orang yang bekerja keras dengan otot dan otak akan kalah dengan orang yang bekerja dengan mengandalkan Tuhan dan hikmat dari Tuhan. Ketika kita mengutamakan Tuhan dalam segala sesuatu, Tuhan akan memberikan hikmatNya. Hikmat itulah yang akan membuat pekerjaan kita berjalan baik, bahkan sangat baik, lebih daripada kita bekerja keras mengandalkan otot dan otak kita. Perkenanan Tuhan ada bagi orang-orang yang mengutamakan dan mengandalkan Dia.
Hari-hari ini benar-benar sudah hari-hari terakhir akan kedatangan Tuhan. Bumi akan ditimpa kemalangan dan sakit penyakit. Kitab Wahyu mulai digenapi sedikit demi sedikit. Kita butuh perkenanan Tuhan. Perkenanan Tuhan akan memberikan kita hikmat. Hikmat akan membantu kita melewati badai. Cara mendapatkan perkenanan Tuhan adalah mengutamakan Tuhan dalam segala sesuatu.
Meminta bukanlah hal yang salah. Sebagai anak, meminta kepada adalah wajar. Justru sebuah hal yang aneh jika anak tidak pernah meminta kepada orangtuanya. Dikabulkan atau tidak, semua kembali kepada Tuhan karena Tuhan tahu yang terbaik bagi setiap kita.
Yeremia 7 berbicara teguran Tuhan atas bangsa Israel dan menginginkan mereka kembali ke titik nol.
Terkadang Tuhan mengijinkan kita untuk gagal. Kita mencoba dengan berbagai cara, namun tetap gagal. Kita kebingungan dan panik, apa yang harus kita lakukan. Kita seakan kembali ke titik nol, ke titik mula-mula sebelum kita memiliki segalanya.
Setiap orang punya titik nol dalam kehidupannya, termasuk dalam hal rohani sekalipun. Kita merasa sudah intim dan dekat dengan Tuhan. Kita punya status sebagai gembala, pelayan Tuhan, pemimpin rohani. Kita melayani dengan luar biasa, tetapi tiba-tiba kita merasa begitu hambar. Meskipun orang-orang yang kita layani merasa diberkati, tapi kita sendiri merasa hambar.
Terkadang, kita harus kembali ke titik nol, meninggalkan segala yang kita miliki. Semua terasa sulit ketika kita telah merasa nyaman dengan keadaan yang bagi kita ideal. Tetapi, kita harus ingat bahwa titik nol itu bukanlah untuk menghancurkan kita. Justru dalam titik nol itulah, kita dikembalikan dalam ketergantungan akan Tuhan. Tuhan mau bawa kita ke titik nol agar kita bisa terbang lebih tinggi bersamaNya.
Titik nol berarti kita memperbaiki cara pandang kita pada kerinduan Tuhan.
Banyak orang di rumah Tuhan memuji-muji nama Tuhan dengan luar biasa, seakan dirinya sangat intim dengan Tuhan, tapi dalam kehidupannya, ia begitu jauh dari Tuhan. Gereja memang bukanlah tempat orang-orang suci, melainkan orang-orang berdosa yang bersedia dibentuk dan dimurnikan oleh Tuhan.
Tuhan menentang ibadah tanpa kesungguhan kepadaNya. Memakai topeng agar terlihat intim dengan Tuhan padahal sebenarnya sangat jauh Tuhan. Banyak orang yang berada dalam gereja, mendengar Firman, namun tidak mau Firman itu masuk lebih dalam dan mengubah kehidupannya. Mengetahui panggilan Tuhan, tapi tidak mau masuk dalam panggilan itu.
Berhenti gosip, fitnah dan kepo yang tidak memberi faedah dalam kehidupan kita. Itu hanya akan menghalangi berkat Tuhan dalam hidup kita. Iblis akan memberikan panah-panah dusta kepada kita. “Kamu sudah kalah…” “Tuhan itu kudus, kamu tidak kudus, kamu sudah menajiskan bait suci Tuhan.” Firman Tuhanlah yang patut kita dengarkan. Apa kata Alkitab, itu yang kita ikuti karena itulah Firman Tuhan.
Buanglah semua kepahitan dalam hidup kita. Kepahitan tidak selalu muncul karena orang melukai kita, tapi bisa karena pikiran kita yang tidak benar, lalu kita menjadi pahit. Ada juga yang ikutan pahit karena cerita dari orang lain, padahal perkataan orang belum tentu benar. Tuhan tidak bertahta dalam kepahitan anak-anakNya. Mari kita belajar mengampuni dan bertobat. Kepahitan hanya akan menghalangi berkat Tuhan dalam hidup kita.
Tuhan tidak pernah menolak anak-anakNya, tapi kita perlu kembalikan sikap hati kita. Mari kita kembali ke titik nol, di mana kita bersungguh-sungguh bergantung kepada Tuhan. Kita ubah pola pikir dan cara pandang kita.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Pdm. Christin Jedidah : Dasar yang Benar
“Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.”-1 Kor 3:10-11
Dalam sebuah bangunan, fondasi merupakan bagian yang terpenting. Ketika kita hendak membangun dan merancang sebuah bangunan, kita perlu merencanakan fondasi seperti apa yang akan diletakkan sebagai dasar.
Konteks perikop dasar dan bangunan ini berhubungan dengan ayat sebelumnya. Pada saat itu terjadi suatu perselisihan antara golongan Paulus dan Apolos, hal ini menimbulkan perpecahan di antara mereka Tetapi Paulus berkata bahwa baik Apolos maupun Paulus adaah sama-sama pelayan Tuhan, Paulus menanam, Apolos menyiram, tetapi Allah yang memberikan pertumbuhan. Di hari terakhir ini begitu banyak orang yang mudah membanggakan golongan tertentu, merasa diri mereka paling benar, tanpa menyadari bahwa kita semua hidup dalam dasar yang sama, yaitu Yesus Kristus.
Ada 2 jenis orang Kristen masa kini dalam memandang seorang pemimpin rohani
Yang pertama adalah orang yang selalu curiga dengan pemimpin, hidup dalam pemberontakan dan ketidapercayaan, penuh luka dan kepahitan sehingga memilih untuk hidup diluar gereja. Menjadi kritikus-kritikus serta tidak mau tertanam dalam keluarga Kristus dalam gereja lokal. Mereka hanya melihat keburukan pemimpin dan gereja serta hidup hanya untuk mencari kelemahan dan menjatuhkan anak-anak Tuhan.
Yang kedua adalah orang kristen yang melihat pemimpin rohani sebagai sosok orang yang sempurna, yang tidak pernah salah sehingga apa yang mereka katakan selalu benar dan menjadikan mereka sebagai tuhan-tuhan kecil.
Sebagai anak Tuhan, kita harus belajar didewasakan sehingga dapat membedakan ajaran yang sehat atau ajaran yang sesat. Sebab semakin banyak penyesat di akhir zaman. Filter kehidupan kita haruslah Firman Tuhan dan bukan seorang hamba Tuhan. Ada sebuah kalimat yang populer bahwa untuk menyesatkan seseorang sangatlah mudah.
“Cukup berikan mereka 99 kebenaran dan 1 kesesatan maka mereka akan menjadi percaya dan mudah disesatkan.”
Pemimpin yang dinilai terlalu sempurna akan membuat orang yang dipimpinnya melihat dan mengikuti semua yang dia lakukan dan katakan. Oleh karena itu, setiap kita harus berimbang dalam pengajaran Firman Tuhan. Ketahuilah bahwa seorang pemimpin yang rohani sekalipun adalah juga manusia yang bisa melakukan kesalahan. Oleh karena itu, kita menaruh pengharapan kita bukan pada manusia tetapi pada Tuhan yang adalah sumber dari pengharapan itu.
Tetapi kita juga harus belajar untuk menghormati pemimpin kita, taatilah pemimpin yang Tuhan berikan bagi kita karena merekalah yang berjaga-jaga atas jiwamu!
Bahkan disaat mereka mungkin melakukan kesalahan, maka kitapun harus mendoakan mereka sebab tidak ada satupun dari kita yang kebal dari godaan dosa. Paulus juga berkata bahwa dia yang menanam, Apolos yang menyiram dan Allah yang memberikan pertumbuhan. Hal ini kembali mengingatkan kita sementara banyak orang yang sibuk berdebat dengan kebenaran yang mereka miliki, Paulus menegaskan bahwa setiap kita sudah memiliki bagian yang Tuhan tetapkan.
Selanjutnya Paulus mengatakan bahwa kita adalah kawan sekerja Allah, ladang Allah, bangunan Allah. Sebagai seorang ahli bangunan, Paulus menyatakan dirinya sebagai orang yang cakap (artinya penuh dengan hikmat) dengan kasih karunia Allah yang telah meletakkan dasar yaitu Kristus.
Sudahkah kita membangun pelayanan kita, misi dan visi kita dengan dasar Yesus Kristus? Ataukah kita menjadikan hal lain sebagai dasar dalam membangun Panggilan Pelayanan kita?
Jika kita membangunnya diatas dasar Kristus, maka semua pelayanan kita akan berbuah, bukan karena kekuatan kita tetapi Yesuslah yang mengerjakannya dalam kita. Sudahkah kita mengandalkan Yesus? Ataukah hidup kita penuh dengan rasa ego, ambisi dan keinginan pribadi kita? Demikianlah, hari-hari ini Tuhan rindu menguji dan memurnikan setiap pekerjaan dan pelayanan kita dihadapan-Nya.
Untuk membangun sebuah bangunan, selain fondasi, bangunan itu harus dibangun dengan material-material.
Bahan atau material apa yang kita gunakan dalam membangun visi, mimpi dan hidup kita?
Dalam ayat 12, ada beberapa material yang disebutkan oleh Paulus, yaitu emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering dan jerami. Setiap bahan tersebut akan diuji dengan api. Setiap hari adalah ujian yang harus kita lalui dan kita menangkan. Setiap perkataan, sikap hati dan tindakan dalam hidup kita akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Ada 2 kelompok material sebagai bahan bangunan yang dikatakan oleh Paulus:
- Emas, perak dan permata yang tahan terhadap api. Semakin dipanaskan dalam perapian, bahan-bahan ini akan semakin murni dan dipisahkan dari kotoran-kotoran.
- Kayu, rumput kering dan jerami yang mudah sekali terbakar.
Hendaklah hidup kita dibangun dengan bahan material yang siap untuk dimurnikan dan diuji. Ujian biasanya tidak menyenangkan tetapi itu membuat seseorang naik level.
Menjadi seorang Kristen kita harus siap diuji dan setia memikul salib kita. Tidak semua yang kita inginkan pasti terjadi dalam hidup kita. Tetapi kita mau sungguh-sungguh menyerahkan kehidupan kita dan mencintai Tuhan.
1 Korintus 3:14, jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, maka ia akan mendapat upah. Dalam Ibrani 11 mengenai saksi-saksi iman, banyak pahlawan-pahlawan Tuhan yang menerima apa yang Tuhan janjikan dalam hidup mereka, tetapi ada pula di antara pahlawan-pahlawan Tuhan yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan selama di dunia ini. Ayat 39 mengatakan bahwa mereka tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, sekalipun iman mereka telah memberikan kepada mereka suatu kesaksian yang baik.
Hidup di dunia adalah sementara, tetapi hidup yang kekal telah disediakan kepada orang-orang yang mengasihi Dia.
Bait Allah merupakan tempat yang kudus dan dikhususkan mengkhususkan sebagai tempat beribadah kepada Allah. Ayat ke-17, Paulus berkata bahwa kita adalah Bait Allah dimana Roh Allah tinggal dalam kita. Dalam kitab Matius, Yesus marah saat orang tidak mengkhususkan Bait Allah untuk beridadah melainkan menjadikan tempat itu sebagai sarana memperoleh keuntungan (sarang penyamun).
Marilah kita menjadi Bait Allah yang kudus. Mungkin kita masih bisa melakukan kesalahan, pelanggaran atau dosa, tetapi kita mau terus diubahkan dan dibentuk menjadi pribadi yang serupa dengan Kristus. Miliki hati yang lembut dan mau dikoreksi. Tinggalkan dosa dan jangan cemari hidup kita.
Hidup kita bukan milik kita sendiri tetapi milik Kristus. Kita telah dibeli dan lunas dibayar, muliakanlah Allah dengan tubuhmu.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Evie Mehita : Pertandingan yang Benar
Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarang saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
1 Korintus 9:25-27
Hidup adalah sebuah pertandingan yang harus kita lalui. Kita bukan “pupuk bawang” dalam pertandingan. Pupuk bawang tidak mendapat hadiah, hanya sebagai penggembira dalam sebuah pertandingan. Tuhan mau kita hidup dalam pertandingan yang sesungguhnya, bukan hanya penggembira. Kita bukan suporter yang “asal ada” dan tidak melakukan apapun.
Tidak semua pertandingan menghasilkan hadiah. Pertandingan yang tidak menghasilkan hadiah adalah pertandingan yang tidak benar. Kita harus melalui pertandingan yang goalnya adalah hadiah surgawi. Jangan kita bersusah payah di pertandingan yang tidak benar dan tidak mendapatkan apa-apa.
Sudahkah kita ada di pertandingan yang benar? Pertandingan yang benar tentu tujuannya jelas. Namun sayangnya banyak orang yang bertanding tanpa tujuan; ada yang berlari mengejar prestasi, atau omset di perusahaannya tapi tanpa tujuan yang benar (ay. 26). Apakah hidupmu suam? Mungkin kamu sedang berada pada pertandingan yang salah; kamu mengejar sesuatu yang salah. Yang kamu kejar adalah segala yang ada di dunia ini, sesuatu yang fana. Karena itu, kita perlu berlari mengejar visi yang benar di dalam gelanggang yang benar.
Ketika orang berlari dalam gelanggang yg benar, hidup orang itu akan berubah. Orang yang tahu panggilannya, hidupnya tidak akan sama lagi. Hidupnya pasti berapi-api untuk Tuhan.
Seorang pelari yang melihat lawannya jauh di belakangnya, merasa pede dan terlena dengan pujian penonton. Tetapi karena terlalu terlena dengan pujian penonton itu, dia tidak lagi berfokus pada pertandingannya. Dan tidak terasa musuhnya akhirnya menyusul dan menyalip dia. Dia tidak jadi menang dan tidak mendapatkan hadiah.
HATI YANG BERFOKUS ITU PENTING!
Di dalam pertandingan, kita perlu menguasai diri kita; kita tidak bisa sembarang mengambil keputusan. Kita harus berfokus pada tujuan kita. Berlari dengan bagus saja tidak cukup, kita harus hati-hati, harus berfokus. Jangan kita menjadi kalah karena kita “menoleh” ke arah yang lain. Apa fokus hidupmu? Tuhan? Atau Penonton? Atau Musuhmu? Janganlah fokus hidup kita menjadi salah. Karena ketika kita salah, maka kita tidak bisa memenangkan setiap “pertandingan” dalam hidup kita.
Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya (Yakobus 1:8)
Orang yang tidak berfokus pada tujuan, hidupnya tidak akan tenang. Hati manusia mudah sekali berubah dan mendua hati. Karena itu, kita harus terus mengalami Kristus dalam hidup kita. Kita bawa anak-anak rohani dan jasmani kita untuk terus mengalami Kristus.
Ada banyak anak Tuhan yang awalnya murni dan berapi-api buat Tuhan. Tapi baru setahun “ditempa” Tuhan langsung menyerah. Hatinya mulai berubah dan tidak lagi sungguh-sungguh sama Tuhan. Apa itu mental yang diinginkan Tuhan? Hati kita mudah mengeras, dan itu terjadi secara proses, tidak terjadi dalam satu hari. Seperti roti yang makin lama makin keras dan tidak enak dimakan. Itu adalah proses hati yang suam. Lama-lama akan mengeras dan menebal dan tidak bisa disentuh lagi oleh Tuhan.Hati-hati! Jangan kita terus membiarkan hati kita mengeras sampai hati kita tidak bisa lagi disentuh oleh Tuhan.
Apakah kita sengaja membiarkan hati kita keras? Seperti roti yang dibiarkan, tidak segera dimakan akan menjadi keras. Kita tahu hati kita keras, tetapi kita biarkan. Kita tahu cinta kita pada Tuhan sudah menjadi hambar, dan kita biarkan.
Jangan keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun (Mazmur 95:8)
Hati-hati dengan ketidakpuasan! Bangsa Israel di Masa dan Meriba mencobai Tuhan. Bangsa Israel awalnya haus. Tapi kemudian menuntut Tuhan dan terus mengeluh. Bangsa Israel tidak puas dengan mujizat, kebaikan dan kasih Tuhan. Jangan biarkan ketidakpuasan itu terus berkembang dan menebalkan hati kita. Bangsa Israel menebal hatinya, sehingga di Masa dan Meriba mereka dengan sengaja mencobai Tuhan, dengan sengaja cari gara-gara dengan Tuhan.
Biarkan hati kita dimiliki Tuhan. Supaya Tuhan Yesus bisa dimiliki dunia, ia menyerahkan diriNya, disiksa dan diremukkan untuk dunia. Sehingga semua org yang percaya pada Yesus dapat diselamatkan. Dan untuk memiliki dunia, Dia turun ke dunia. Demikian juga kita; Untuk kita dimiliki Tuhan, kita harus menyerahkan diri kita, tidak berontak pada Tuhan. Dan untuk kita memiliki Tuhan, kita perlu turun melakukan pekerjaan Tuhan dan melayani Tuhan.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Evie Mehita – Jangan Jadi Pemalas!
Pada waktu itu masih tinggal tujuh suku di antara orang Israel, yang belum mendapat bagian milik pusaka. Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: “Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehinga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh Tuhan, Allah nenek moyangmu? (Yosua 18:2-3)
Diceritakan ada 7 suku dari 12 suku Israel yang belum menduduki tanah Kanaan, sekalipun Tuhan sudah memberikan tanah perjanjian ini kepada mereka. Mereka menjadi “malas” menduduki tanah tersebut. Mungkin mereka malas untuk pindahan, membangun, dan berperang melawan musuh-musuh mereka yang pada waktu masih berada di daerah sekitar mereka. Mereka tertahan dalam zona nyaman mereka; Padahal tanah itu sudah diberikan Tuhan kepada mereka.
Berbeda dengan Kaleb, dia begitu berapi-api untuk mendapatkan Tanah Perjanjian Tuhan. Bahkan dia berkata bahwa kekuatannya di umur 85 tahun masih sama pada saat umurnya yang ke 40 tahun (Yosua 14:6-7). Kaleb meminta bagiannya, karena dia tahu Tuhan punya perjanjian dalam hidupnya. Dan begitu ia mendapatkan bagian dari Tanah Kanaan, dia segera mendudukinya dan dengan semangat menghalau musuh-musuhnya (Yosua 15:13-14).
Demikian juga dengan kita sebagai anak Tuhan. Tuhan punya perjanjian untuk kita semua; masa depan, pelayanan, kehidupan kita. Apakah kita sudah memiliki mental seperti Kaleb ? ataukah kita “pemalas” seperti 7 suku yang tidak menduduki Tanah Perjanjian?
Miliki Mental Seperti Kaleb
Kita harus memiliki mental seperti Kaleb yang memperjuangkan haknya. Dia punya semangat sampai janji Tuhan digenapi dalam hidupnya. Milikilah semangat seperti Kaleb; sampai tua terus berkobar untuk visi Tuhan. Menjadi percaya bahwa jika Tuhan berkata : “Jadi” maka semuanya pasti akan “Jadi”.
Sudahkah anda tertanam dalam visi Gereja?
Gereja ini memiliki visi menjadi jemaat yang Rasuli, Rahmani, dan Rajani. Rasuli artinya gereja yang bermisi. Gereja bukan terbatas dari gedung saja, tetapi dimanapun menjadi dampak untuk dunia luar. Rahmani artinya kemurahan Tuhan. Ini berbicara tentang janji Tuhan akan lawatan, pemulihan dan kasih yang Tuhan nyatakan lewat gereja ini. Rajani berbicara tentang karakter dan kualitas luar biasa yang digunakan untuk menjadi dampak secara luas supaya semua bangsa mengenal kuasaNya.
DNA Surgawi: Makanan kita adalah Firman Tuhan dan darah kita adalah darah pemberita Injil.
Sudahkan kita memiliki DNA Surgawi? Jika kita memilikinya, hati kita pasti tergerak untuk memberitakan Injil. Jika tidak, patut dipertanyakan DNA siapa yang kita miliki? Kita harus menerapkan dan mengerjakan prinsip OPOS, OPOF, dan OLOC:
OPOS : One Person One Soul (Satu orang memenangkan 1 jiwa)
OPOF : One Person One Family (Satu orang memenangkan 1 keluarga)
OLOC : One Leader One City (Satu Pemimpin mengubahkan 1 kota)
Mari Kita menjadi Gereja yang Bergerak!
Gereja yang hidup adalah gereja yang bergerak. Gereja yang bergerak adalah gereja yang bisa mengalahkan Iblis. Iblis sedang berusaha mencuri mimpi Tuhan dalam kita. Kita memiliki 7 voice; ini adalah senjata kita. Tuhan sudah memberikan banyak senjata kepada kita. Mari kita memakainya! Tuhan sedang melatih kita untuk menggunakan senjata melawan iblis. Jangan biarkan Iblis menawan hati kita! Mari kita terus kobarkan api kita dengan mengerjakan 7 Voice :
Voice of Salvation : Pedang – Memberitakan kebenaran kepada jiwa-jiwa
Voice of Healing : Obat – Mambagikan “obat” Kristus untuk menyembuhkan mereka yang terluka baik secara jasmani, jiwani, maupun rohani
Voice of Love : Handuk – Membalut, Membebat yang terluka, dan menghangatkan
Voice of Prayer : Perisai – Menahan serangan Iblis dengan berjaga-jaga dalam doa
Voice of Blessing : Tongkat Otoritas – Memberkati orang lain dengan usaha dan daya yang dimilikinya
Voice of Worship : Kecapi – Penyembahan yang membuat iblis gemetar
Voice of Family : Rantai – Menghubungkan setiap jiwa dalam keluarga Allah
Jadilah gereja yang bergerak! Jangan jadi pemalas dan teruslah berjuang sampai mimpi Tuhan digenapi dalam hidupmu.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Berani Bermimpi
Tidak sedikit anak Tuhan yang cerita cintanya dengan Tuhan bergeser karena mimpi pribadi dan kedagingannya. Akan tetapi lebih mengerikan seseorang yang tidak memiliki mimpi dalam hidupnya.
Pernahkah anda bermimpi? Tidak ada seorang pun yang tidak pernah bermimpi. Mimpi itu mewarnai kehidupan kita. Saya percaya, ketika ada mimpi Tuhan yang diberikan dalam hidup kita, itulah yang bisa menguatkan hidup kita. Banyaknya orang-orang ekstrim dengan prosperity (kemewahan), membuat kita takut bermimpi. Tetapi janganlah kita terlalu ekstrim menanggapi suffering theology. Suffering Theology yang ditanggapi terlalu ekstrim hanya akan menyakiti diri kita, bukannya menyenangkan Tuhan. Karena itu, kita perlu memiliki mimpi dalam kehidupan kita mengikut Tuhan.
Jikalau kita tidak pernah bermimpi, maka kehidupan kita akan kering, tidak memiliki warna, dan tidak memiliki target apapun
Ketika seorang ayah meninggal, dia akan memberikan warisan kepada anak-anaknya; demikian juga dengan Kristus. Tuhan menjanjikan perjanjian-perjanjian berkatNya dalam hidup kita. Tuhan sedih melihat orang yang terlalu ektrim dengan Prosperity dan Suffering Theology, tetapi lebih menyedihkan lagi orang yang tidak mempunyai mimpi dan ambisi apapun.
Ketika kita tidak memiliki mimpi, kita tidak memiliki gairah dalam hidup kita. Betapa bodohnya kita, kalau kita hidup muka bumi ini hanya menunggu kedatangan Tuhan tanpa berbuat apapun
Yusuf bermimpi bahwa berkas-berkas gandumnya tegak berdiri dan berkas-berkas saudaranya menyembah kepada berkas-berkasnya. Di mimpi yang lain, dia melihat matahari, bulan, dan 11 bintang sujud menyembah kepadanya. Ketika dia menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya, marahlah saudara-saudaranya kepada dia (Kejadian 37:5-11).
Ketika kita memiliki mimpi dari Tuhan, hambatan itu justru muncul dari orang-orang di sekitar kita. Kita perlu mengosongkan diri (dalam bahasa Yunani: Kenosis), dimana Tuhan mengambil semua mimpi kita dan menggantinya dengan mimpiNya. Sebab mimpi pribadi kita tidak akan memberikan manfaat apapun. Berapa banyak orang yang tidak mau mengosongkan dirinya dan memakai kekuatannya untuk memuaskan rasa sakit hatinya. Sakit hatinya di masa lalu dipakai untuk menjadi sukses secara dunia. Betapa menyedihkannya kita, karena kita tidak menunjukkan kasih, yang ada hanya sakit hati yang dipertontonkan.
Ketika engkau mengijinkan mimpimu diambil oleh Tuhan, maka Tuhan yang akan “memaksakan” mimpiNya dalam hidupmu; dan itu memaksimalkan hidupmu
Utarakanlah mimpimu kepada Tuhan, meskipun mimpi itu akan dibenarkan oleh Tuhan. Tuhan memberikan mimpi-mimpi besar yang Tuhan rindu kamu kerjakan dalam hidupmu. Temukan mimpi Tuhan itu, dan Tuhan akan maksimalkan dirimu. Siapa yang merebut mimpimu? Saudaramu? Keluargamu? Ketakutanmu? Engkau adalah ciptaan Tuhan, Engkau diciptakan dengan satu tujuan, dengan satu alasan. Banyak jiwa-jiwa yang letih, lelah dan berbeban berat sehingga hidupnya tidak bergairah, tanpa passion; Itu salah! Ketika kita menemukan mimpi Tuhan, atau kita menjalani apa yang kita nggap “mimpi Tuhan”, itu akan memberikan kekuatan kepada kita.
Kalau kita melakukan apa yang kita anggap “mimpi Tuhan” itu, selama kita berserah, Tuhan yang akan murnikan dan kuduskan.
Tidak ada proses pengosongan yang instan; itu membutuhkan waktu dan proses.
Mimpi kita kadang perlu dikoreksi Tuhan. Mimpi Yusuf pun dikoreksi oleh Tuhan. Kalau mimpi Yusuf tidak pernah dikoreksi, tidak mengalami hambatan, hidupnya tidak akan pernah maksimal. Yusuf mempunyai potensi yang dilihat oleh Tuhan. Apa potensimu? Tuhan sedang melihat potensi dalam hidupmu. Jangan kerdilkan dirimu dengan berkata “aku tidak bisa”! Kita adalah ciptaan yang tertinggi. Kita sanggup melakukan segala perkara bersama dengan Tuhan. Berani bermimpi! Tuhan akan memberikan janjiNya ketika kita berani bermimpi. Bermimpi dan ikutilah proses mimpi Tuhan.
Pembesar-pembesarnya menyuruh pelayan-pelayannya mencari air; mereka sampai ke sumur-sumur, tetapi tidak menemukan air, sehingga mereka pulang dengan kendi-kendi kosong. Mereka malu, mukanya menjadi merah, sampai mereka menyelubungi kepala mereka. (Yeremia 14:3)
Dalam perjanjian lama, kendi-kendi kosong itu yang disebut kenosis. Maukah hidupmu menjadi kendi-kendi kosong di hadapan Tuhan? Ketika kendi-kendi kosongmu diisi dengan “air” dari Tuhan, Tuhan akan membuatmu maksimal. Percayalah bahwa mimpi Tuhan akan menjadi kenyataan bagi orang yang mengasihi Dia.
Syarat memperoleh mimpi dari Tuhan adalah berjumpa dengan Tuhan
Ketika kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan, kita tahu Dia bukan Allah yang berdusta. Dia yang akan menepati janjiNya sesuai dengan kerinduan dalam hidup kita. Maukah jadi roti yang terpecah bagi banyak orang? Jangan cengeng! Miliki fighting spirit. Jika kita tahu Yesus beserta kita, siapa yang jadi lawan kita?
Bangkit sekarang! Berkaryalah bagi Tuhan mulai saat ini. Janganlah kita menjadi lelah ketika masa menuai. Beranilah bermimpi, sebab Tuhan yang akan support kamu. Biar nama Tuhan yang dipermuliakan lewat hidup kita.
Tuhan ingin lihat penyerahan dalam hidupmu, yaitu hidupmu bukan dirimu lagi, melainkan Kristus berserta mimpi-mimpiNya ada dalam dirimu.
- Published in The Shepherd's Voice