Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Pentingnya Ketaatan
Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah. (1 Korintus 7:19)
Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. (Kisah Para Rasul 5:29)
Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” (Yohanes 3:36)
Karena taat, Abraham mengikuti perintah Tuhan, Musa berjalan bertahun-tahun memimpin bangsa Israael ke tanah perjanjian yang tidak pernah ia lihat. Ketaatan mengandung makna sangat dalam dan luar biasa. Ketaatan tidak membutuhkan mata jasmani kita atau bukti akan apa yang kita dapatkan ketika kita melakukannya. Asal Tuhan berbicara, kita lakukan dengan setia, maka Tuhan akan memampukan setiap kita.
Para rasul taat sebagai murid Yesus, dibentuk dan didisiplin secara luar biasa. Banyak orang mundur, meninggalkan Tuhan dan bahkan meninggalkan pesekutuan orang percaya, karena tidak bisa melihat apa yang dijanjikan Tuhan. Ketika kita tidak melihat atau belum melihat apa yang Tuhan janjikan, belum tentu hal itu tidak terjadi. Kita seringkali melihat hanya dengan mata jasmani kita dan itu membuat iman kita menjadi lemah.
Ketaatan adalah penyembahan
Ketaatan itu tidak mudah, tetapi ketaatan adalah penyembahan yang harum di hadapan Tuhan. Di dalam ketaatan, tidak perlu menimbang-nimbang keberatan-keberatan hati nurani, karena hati nurani manusia sebenarnya sudah kotor karena dosa dan luka. Upaya pengenalan akan Tuhan akan sia-sia saja jika hanya berdasarkan hati nurani. Kita perlu menerima Yesus agar kita diberikan hati yang baru untuk kita dapat belajar ketetapan-ketetapan Tuhan. (menit 50)
Ada orang yang disuruh untuk memulai pekerjaan, tetapi selalu berdalih karena tidak ada alat, atau alat kurang berkualitas dan lain sebagainya. Sibuk mempertanyakan peralatan-peralatan tapi tidak benar-benar melangkah mengerjakan. Sibuk dengan pembenaran-pembenaran diri untuk menutupi kekurangan diri dan tidak pernah ingin memperbaiki diri menjadi lebih baik. Menjawab “iya” tidak berarti “taat”. Taat berarti mengerjakan apa yang diperintahkan. Taat adalah total, seratus persen. Ketaatan yang tidak seratus persen sama dengan tidak taat, seperti Saul yang taat setengah-setengah dan berdalih mengatasnamakan rakyat.
Ketaatan mendatangkan pemulihan
Ketika kita disakiti seseorang, Firman Tuhan berkata bahwa kita harus tetap mengasihi sesama kita dan mengampuninya. Maukah kita melakukannya? Ego kita mungkin berkata “kenapa harus aku yang minta maaf, dia yang berbuat salah.” Tetapi ketika kita mau taat, Tuhan berikan sukacita dan hati kita yang terluka dipulihkan oleh Tuhan.
Yesus Kristus taat untuk mengosongkan diriNya, Ia rela meninggalkan semuanya, mengambil rupa sebagai manusia untuk taat kepada perintah Bapa. Karena ketaatanNya, kita beroleh keselamatan dan perjalanan kita di bumi tidak akan sia-sia karena nantinya kita akan berjumpa dengan Tuhan yang kita nantikan di surga. Ketaatan Yesus menebus dosa-dosa kita dan hubungan kita kepada Bapa di surga dipulihkan. Kita mungkin tidak melihatnya saat ini, tetapi kita akan merasakan buahnya yang lebat dan kita menjadi pribadi yang dirindukan Tuhan.
Di bumi banyak penderitaan, kesedihan, sakit penyakit, tetapi ketika kita berjalan bersama Tuhan, Tuhan akan memampukan kita menyelesaikan segala perkara di dalam namaNya. Para rasul juga mengalami sakit penyakit dan penderitaan, mereka dipenjara, diasingkan, bahkan dibunuh, tetapi mata mereka tertuju kepada Kristus karena mereka tahu bahwa penderitaan yang mereka alami di bumi akan membawa mereka pada kekekalan di surga. Mereka memegang janji-janji Tuhan.
Dalam ketaatan, ada tanggung jawab
Setiap kita memiliki tujuan hidup yang sudah Tuhan tentukan bagi setiap kita. Ketika kita taat kepada Tuhan, kita akan peka dengan suaraNya dan kita akan mengerti kehendakNya dalam hidup kita. Tujuan hidup kita bisa berbeda dengan orang lain terlihat sempurna, nyaman dan makmur. Mungkin tujuan hidup kita penuh dengan penderitaan dan kesesakan. Tetapi jika kita tidak berhenti dan menyelesaikannya sampai garis akhir, ketika kita berusaha menghitung berkat Tuhan, kita akan bersukacita dan bersyukur, karena berkat itu terlalu banyak sampai tidak bisa kita hitung lagi.
Ada tanggung jawab dalam ketaatan. Untuk mengerjakan tujuan hidup kita, ada tanggung jawab yang harus kita selesaikan dan ada hal-hal yang harus kita kesampingkan lebih dulu. Ketika kita taat, surga bersukacita. Ketika di akhir hidup kita, kiranya Tuhan dapat menyambut kita dengan sukacita di surga, “baik sekali perbuatanmu, hai anakKu!”
Kita mungkin tidak memiliki masa lalu yang baik, tetapi ketika kita mau taat dan setia, masa depan kita begitu indah di dalam Tuhan. Kita memiliki Tuhan yang hidup dan setia, Ia tidak akan pernah meninggalkan pekerjaan tanganNya. Dalam segala aspek kehidupan kita, kita akan menyenangkan hati Tuhan.
Sebab memang adil bagi Allah untuk membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kamu dan untuk memberikan kelegaan kepada kamu yang ditindas, dan juga kepada kami, pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala,dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya, apabila Ia datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudus-Nya dan untuk dikagumi oleh semua orang yang percaya, sebab kesaksian yang kami bawa kepadamu telah kamu percayai.
2 Tesalonika 1:6-10
Tidak perlu iri dengan orang-orang yang tidak mau taat.
Tuhan tahu kapan waktunya untuk menghukum mereka yang tidak taat pada perintahNya. Firman Tuhan berkata bahwa mereka akan dijauhkan dari kemuliaan Tuhan, dari hadirat Tuhan. Tuhan akan menahan sesuatu yang baik dalam hidupnya. Demikian juga ketika kita kehilangan sentuhan Tuhan, merasa mengalami masa-masa sukar, mungkinkah ada perintah Tuhan yang tidak kita taati? Ketidaktaatan menjauhkan kita dari hadirat Tuhan dan sukacita.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Pdm. Evie Mehita : Dipercaya
Bacaan : Lukas 16:1-9
“Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.” (Lukas 16:8-9).
Kata “tidak jujur” disini mengacu kepada perbuatan salah. Dia melakukan perbuatan salah, tidak setia, dan boros dalam pengelolaan yang dipercayakan kepadanya.
Sebagai anak Tuhan, kita semua adalah bendahara yang bekerja kepada Tuhan.
Elyakim seorang yang dapat dipercaya.
Bagaimana kita dapat dipercaya? Setia dari hal yang kecil (Lukas 16:10).
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Friend Says vs God Says
Bangsa Israel seringkali tidak taat akan perintah Tuhan karena mereka lebih mempercayai sekitar mereka daripada pemimpin mereka; Mereka lebih suka mendengarkan massa daripada kebenaran Tuhan. Mereka menentang perintah Tuhan dan mengikuti apa yang teman mereka katakan.
Ini yang terjadi di masa ini: jika teman berkata, “tidak perlu cari pasangan yang seiman, nanti kamu bisa bawa dia kepada Kristus!” sehingga kita menganggap itu sebagai sebuah kebenaran, dan tidak lagi mengikuti kebenaran Firman Tuhan untuk berpasangan dengan orang yang seiman. Atau Ketika teman berkata: “tidak perlu tertanam di sebuah gereja. Kan Tuhan bisa ditemukan dimana saja!” lalu kita menjadi orang yang keliling gereja dan tidak pernah tertanam. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak mau dipimpin dan ditundukkan dalam sebuah gereja lokal bisa diikat di dalam Kristus? Tentu saja tidak.
Jadilah taat dalam mengikuti pemimpin-pemimpin kita di dalam Kristus. Sebab kita tidak mungkin bisa taat kepada Tuhan yang tidak terlihat tanpa belajar taat dengan yang terlihat. Jangan menjadi seperti bangsa Israel yang tidak menghargai dan taat kepada pemimpin mereka; Mereka tidak pernah bisa ditundukkan di dalam Tuhan.
Bangsa Israel mengalami didikan Tuhan, mereka mengalami masa pembuangan.
Namun Tuhan memberikan berita penghiburan melalui nabi Yesaya (Yes.40:1-11). Itulah hati Tuhan: Dia menghukum bukan untuk mengekang, tetapi untuk menolong dan melepaskan umat-Nya. Dia rindu memberikan pemulihan, hanya syaratnya “semua lembah harus ditutup” dan “gunung diratakan”. “Lembah” berbicara tentang dosa masa lampau, artinya kita harus menanggalkan setiap dosa kita di masa lampau. “Gunung” berbicara tentang mimpi-mimpi pribadi yang belum kita serahkan kepada Tuhan dan menghalangi kita berlari kepada Tuhan. Tanggalkan setiap dosa kita dan serahkan mimpi-mimpi kita di tangan-Nya, Tuhan akan menyediakan pemulihan-Nya bagi kita.
Adakah kamu sedang mengalami pembuangan? Seolah-olah kamu dididik oleh Tuhan dan diijinkan mengalami lembah-lembah dalam hidupmu? Palingkanlah hati kita kepada-Nya dan tanggalkan setiap dosa kita: itu adalah kuncinya supaya kita meraih kemenangan.
Mungkin kita melihat masalah kita mustahil untuk dihadapi, seolah kita melihat batu besar dihadapan kita yang sulit untuk kita pindahkan.
Bukan karena Tuhan tidak mau memindahkannya, tetapi Tuhan menunggu saat yang tepat untuk kita bertumbuh dewasa dan memiliki kekuatan yang lebih besar untuk sanggup memindahkannya. Seperti seorang balita belum punya kemampuan untuk mengangkat beban sebuah bola basket, tetapi ketika anak itu dewasa, dia bahkan sanggup mengangkat beban yang jauh lebih berat dari bola basket. Tuhan menghendaki kita bertumbuh dewasa, sehingga kita cukup kuat untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di hadapan kita.
Tuhan itu setia dan adil; Dia mendengarkan setiap kita dan mempedulikan hak kita. Dia tidak akan pernah menjadi lesu dan Lelah. Jangan berhenti menanti-nantikan Tuhan. Tuhan sedang mempersiapkan pemulihan bagi kita semua (Yes. 40:27-31). Mari kita bangkit bagi Kristus. Saatnya bagi kita meratakan bukit dan gunung, dan menutup lembah untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan.
Ps. Daniel Hadi Shane
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Christin Jedidah : Ketaatan
Di dalam Alkitab, banyak kisah tentang orang-orang yang taat kepada Tuhan. Abraham, Nuh, dan Musa adalah orang-orang yang taat kepada Tuhan. Puncak ketaatan di dalam Firman Tuhan dilakukan oleh Yesus, dimana Dia turun ke dunia, menjadi manusia dan pengorbanan-Nya menyelamatkan seluruh umat manusia dari dosa (Roma 5:9).
Ketaatan artinya percaya penuh kepada orang yang kita taati
Ketika kita percaya, kita akan melakukan tanpa banyak bertanya, tanpa banyak alasan. Untuk taat kepada Tuhan, kita perlu percaya penuh kepada-Nya, kita menyerahkan kehidupan kita di tangan-Nya. Kita menghambakan diri kepada Kristus (Roma 6:16). Seorang hamba Akan melakukan perintah dari tuannya.
Ketaatan membutuhkan sebuah tindakan
Seperti perumpaan 2 anak di Matius 21:28-32, salah seorang anak berkata “iya” tetapi tidak melakukan, sedang yang lainnya melakukan apa yang diperintahkan oleh ayahnya. Demikian juga dengan hubungan kita dengan Tuhan; Kita perlu bukan hanya mendengar dan mengerti Firman Tuhan, tetapi kita juga harus melakukannya.
Ketaatan kepada Tuhan haruslah ketaatan 100% (Yak. 2:10)
Kita taat kepada perintah Tuhan tidak setengah-setengah. Tuhan memang menerima kita apa adanya tetapi Tuhan mau setiap kita makin disempurnakan serupa dengan Kristus. Ketaatan penuh juga berarti kita tidak kompromi akan dosa, tetapi Kita sungguh-sungguh melakukan perintah Tuhan.
Kepada siapa kita harus taat?
Tuhan
Ketaatan yang pertama dan terutama adalah kepada Tuhan. Jika Kita mengatakan kita mengasihi Tuhan, kita mau belajar taat akan segala perintah dan kehendak Tuhan.
Orang Tua (Efesus 6:1-9)
Mari kita belajar taat akan orang tua kita. Jika orangtua kita belum di dalam Tuhan, kita patut tetap menghormati mereka, kita doakan mereka. Tentunya tindakan ketaatan kita kepada orangtua tetaplah fokusnya sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.
Otoritas di atas kita (Efesus 6:5-9)
Melakukan ketaatan kita kepada otoritas di atas kita dengan tulus hati, bukan karena takut. Kita taat dan melakukan dengan sukacita, bukan karena terpaksa. Mari melakukannya bukan untuk menyenangkan manusia, tetapi kita lakukan seperti untuk Tuhan.
Pemimpin (Ibrani 13:17)
Kita perlu taat pada pemimpin-pemimpin kita di dalam Tuhan, sebab mereka berjaga-jaga atas hidup kita. Ketaatan kita kepada pemimpin tentunya harus sesuai dengan koridor Firman Tuhan.
Pemerintah (Roma 13:1-3)
Belajar taat pada hal-hal kecil, misalnya taat akan lalu lintas, membuang sampah, dsb. Dan juga di saat masa pandemi ini, kita belajar taat akan peraturan pemerintah untuk mengikuti protokol yang ada.
Ketaatan kita adalah bukti kita mengasihi Tuhan (Yoh 14:15,21). Sebab itu, mari kita taat sepenuhnya kepada Tuhan.
Biarlah ketaatan menjadi gaya hidup Kita. Kita melakukan dengan sungguh-sungguh, dengan sukacita Karena Kita mengasihi Tuhan. Jangan menjadi seperti Saul; Saul tidak taat kepada Tuhan, sehingga Tuhan tidak lagi berkenan kepada-Nya (1 Sam 13 ; 1 Sam 15).
Ketaatan adalah kunci kehidupan kita hidup dalam kebenaran, Ketaatan adalah bukti kita mengasihi Tuhan. Mari senantiasa belajar taat, sehingga kehidupan kita berkenan di hadapan Tuhan.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Hidupku Bukannya Aku Lagi
Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!” Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak dicobai oleh siapa pun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginannya itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. (Yakobus 1:13-15)
Banyak orang yang ingin menjadi kaya, menjadi orang ternama, panglima, dokter, dan menjadi orang hebat. Mereka mengejar sesuatu yang duniawi, sehingga mereka lupa tujuan utama yang harus mereka raih: Menjadi serupa dengan Kristus.
Seringkali dunia memikat Kita. Dunia meminta kita mengejar kehormatan dari dunia ini. Tetapi bukan itu tujuan kita yang sebenarnya. Tujuan Kita adalah menjadi serupa denganNya dan hidup memuliakanNya. Seperti Kristus, Dia datang bukan untuk mencari kemuliaan, tetapi Dia datang kepada yang miskin dan terlantar. Pengikut Kristus di jaman dahulu, mereka tahu tujuan mereka, sehingga mereka rela menderita aniaya dan setia sampai akhir. Mereka miskin, tapi mereka memiliki segalanya karena mereka memiliki Yesus.
Kita perlu waspada dengan 3 dosa terberat yang seringkali manusia lakukan:
1. Menghujat Roh Kudus
2. Bersungut-sungut / mengeluh
Tidak pernah puas, Tidak pernah bersyukur dan hidup penuh kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan
3. Tidak Peka
Tidak mendengarkan apa yang Tuhan mau karena keinginan diri lebih besar
Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku. (Galatia 2:20)
Hidup yang kamu hidupi sekarang adalah Kristus, bukannya dirimu lagi. Karena itu, berhenti mencari kehormatan diri sendiri dan mulai carilah kemuliaan bagi Tuhan. Jangan sia-siakan hidupmu dengan hidup tanpa tujuan! Ada banyak mimpi Tuhan yang perlu dikerjakan. Tapi sudahkah kita menganggapnya berharga?
Sebuah bolpoin yang diberi oleh Presiden, tentu kita akan menyimpan dan mengabadikannya. Berbeda dengan bolpoin dari pemulung. Kita akan menganggapnya tidak berharga Dan membuangnya begitu saja. Mari Kita kerjakan mimpi Tuhan! karena itu berharga dan diberikan oleh Raja diatas segala Raja.
Dari semuanya itu, kita harus belajar untuk TAAT. Taat memang butuh proses. Tetapi dengan kita taat mengerjakan apa yang jadi kerinduan Tuhan, itu menyukakan hati Tuhan. Mari kita terus berlari mengerjakan semua mimpi dan kerinduan Tuhan. Semua yang kita kejar adalah untuk kemuliaan nama Tuhan, sampai akhirnya Tuhan berkata, “Good Job!!” kepada kita.
Berhenti bersungut-sungut dan bersukacitalah di dalam Tuhan. Jadilah peka dan kamu akan berhasil, karena kamu tahu apa yang Tuhan mau dalam hidupmu. Jadilah berkat, karena itulah ibadahmu yang sejati. Ibadah kita yang sejati bukanlah ketika kita pergi ke gereja. Tetapi ibadah kita yang sejati adalah ketika kehidupan kita menjadi dampak bagi orang lain yang membutuhkan.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Melihat Gambaran Seutuhnya
Bacaan: Yosua 1 :1-9
Yosua adalah pelayan Musa yang setia. Tuhan memberikan kedudukan yang luar biasa kepada Yosua karena dia setia kepada pemimpinnya. Kita tidak bisa setia dengan Tuhan bila kita tidak belaja setia dengan pemimpin. Bagaimana mungkin kita bisa setia dengan yang tidak terlihat, sedangkan kita tidak bisa setia dengan yang terlihat? Nama asli Yosua adalah Hosea, yang berarti keselamatan. Tetapi Musa menggantinya menjadi Yosua, yang berarti : engkau yang akan menyelamatkan. Yosua adalah pribadi yang melihat gambar seutuhnya rencana Tuhan di dalam diri Musa. Dia begitu percaya bahwa Musa akan memiliki tanah perjanjian sesuai dengan kehendak Tuhan.
Proses setia itu tidak mudah; kita perlu melihat apa yang Tuhan lihat. Kita sering tidak bisa melihat gambaran seutuhnya dari pandangan Tuhan, sehingga kita bisa berubah tidak setia. Kita bisa marah dan bersungut-sungut kepada Tuhan.
Kehidupan kita bagaikan sebuah Puzzle
Kehidupan kita seperti sebuah puzzle. Pada mulanya kita tidak tahu gambarannya sama sekali. Tetapi jika semua disatukan, itu membentuk gambaran utuh. Setelah lihat secara keseluruhan, kita bisa mengerti maksud puzzle tersebut. Sayangnya banyak anak Tuhan yang menjadi frustasi sebelum mereka menyelesaikan puzzle mereka. Mereka melihat potongan kecil yang mereka dapatkan nampaknya tidak sesuai dengan janji yang Tuhan. Mereka akhirnya membongkar kembali puzzle itu, dan menggantinya dengan puzzle yang baru. Akibatnya kita tidak pernah bisa memiliki tanah perjanjian.
Ada orang yang setia berdoa 40 tahun. Doa itu tidak terjawab melalui dirinya, tetapi melalui keturunannya. Itu berarti doanya mengerjakan sesuatu. Itu yang disebut dengan buah kesetiaan. Banyak yang meragukan janji Tuhan karena kita tidak bisa melihat apa yang Tuhan lihat dalam hidup kita.
Seringkali kita memaksa Tuhan melakukan apa yang kita mau. Kita claim janji-janji Tuhan, tetapi kita tidak melakukan kesetiaan dan ketaatan seperti Abraham. Dia memberikan anaknya yang didapatnya melalui penantian yang panjang. Dia harus menunggu puluhan tahun penggenapan janji Tuhan untuk memberikan keturunan kepadanya. Tetapi Abraham memegang teguh janji Tuhan. Dia taat dan setia dengan apa yang Tuhan mau; Dia sangat percaya dengan janji Tuhan bahwa dia akan menjadi bapa dari segala bangsa. Puzzle-puzzle yang harus dia lewati seakan-akan bertentangan dengan janji Tuhan kepadanya: Istrinya mandul, dia sudah tua, keadaan di sekelilingnya tidak mendukung, sehingga mustahil dia bisa memiliki keturunan. Tetapi Abraham setia dan percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhan tidak mungkin mengingkari janjiNya.
Sama halnya dengan memahami konsep Allah Tritunggal. Kita tidak bisa melihat gambaran Allah secara keseluruhan karena pengetahuan yang kita miliki terbatas. Allah Tritunggal tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Semua rahasianya terletak di dalam Firman Tuhan. Untuk mengetahui Allah Tritunggal secara benar kuncinya adalah terima Yesus terlebih dahulu baru kita akan tahu tentang Allah Tritunggal. Yesus pun berkata dalam Yohanes 14 : 6, “Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Oleh karena itu, kita harus menerima Yesus dulu, barulah selubung di hati dan pikiran klita dibukakan.
Tanpa Yesus, kamu tidak akan bisa mengenal Bapa kita
Terima Yesus dan kamu akan terbuka dengan misteri pengenalan Tuhan. Saat kita mengenal Yesus, kamu akan tahu tentang Bapa dan Roh kudus. Janganlah kita malah menggoyahkan iman orang percaya dengan pemahaman dan pengetahuan kita yang terbatas.
Percaya artinya kita menyerahkan apa yang Tuhan minta dalam hidup kita
Memahami Allah Tritunggal sama halnya dengan memahami rencana Tuhan dalam hidup kita. Kita harus percaya kepada Yesus terlebih dahulu. Percaya artinya kita menyerahkan apa yang Tuhan minta dalam hidup kita. Kita tidak bisa menuntut Tuhan berikan penggenapan janjiNya kalau kita tidak mau berikan yang terbaik untuk Tuhan. Abraham ketika menerima penggenapan janji Tuhan, dia rela mempersembahkan anaknya ketika Tuhan minta; karena dia percaya kepada Tuhan. Ketika kita percaya, kita dapat menyerahkan apa yang paling Tuhan inginkan.
Bukan karena kita tidak bisa melihat, maka janji Tuhan itu tidak terlihat sama sekali
Mari kita sungguh-sungguh menyerahkan hati dan hidup kita sungguh-sungguh kepada Tuhan; Penyerahan secara total. Mengapa kita seringkali tidak melihat janji Tuhan? Mungkin kita harus introspeksi diri: apakah kita sudah serahkan apa yang Tuhan inginkan? Tuhan kita bukan pembunuh, yang membunuh mimpi-mimpi kita. Tetapi Dia Tuhan yang setia.
Setiap orang memiliki bagiannya. Kita belajar menyerahkan apa yang menjadi bagian kita. Ketika kamu melihat pertumbuhanmu nampaknya seperti tanaman-tanaman yang kecil, percayalah kamu akan dapat melihatnya perlahan bertumbuh semakin besar dan kuat, asal kamu percaya dan menginjikan Yesus tinggal dalam hatimu. Maukah kamu belajar untuk percaya dan melihat gambaran Tuhan seutuhnya? Mari kita bertumbuh bukan karena perkara receh, tapi kita bertumbuh dari kebenaran Firman Tuhan.
Hidupmu bisa berpengaruh untuk orang lain; Berdampak luar biasa. Kuncinya adalah setia. Katakan kepada Tuhan: “Aku mau Kau pakai, Tuhan.” Maukah kamu memberikan apa yang paling kamu inginkan? Jikalau kamu memberikannya seperti Abraham memberikan Ishak kepada Tuhan, janji itu akan terjadi dalam hidupmu.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Evie Mehita : Anak yang Sah
Kisah para tokoh di Alkitab memang menarik. Salah satunya tokoh yang satu ini: Titus. Dikatakan bahwa Titus merupakan anak rohani dari rasul Paulus. “Kepada Titus, anakku yang sah menurut iman kita bersama:” [1 Titus 1:4a]. Singkat cerita mengenai Titus, ia adalah orang Yunani yang diberi pelayanan oleh Paulus untuk melayani orang Kreta. Mengapa Paulus memilih Titus untuk melayani orang Kreta? Karena Paulus melihat bahwa Titus ada seorang anak muda yang memiliki semangat yang militan.
Bila Titus dikatakan sebagai anak yang sah, pasti juga ada anak yang tidak sah di dalam iman. Bagaimana seseorang bisa dikatakan sebagai anak Tuhan yang sah dalam iman? Mari kita simak Ibrani 12:5-6.
Tidak Menganggap Remeh Didikan Tuhan
“Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya” [Ibrani 12:5b].
Ketaatan itu penting! Anak yang sah tidak akan menganggap remeh didikan Bapa.
Nasihat yang diberikan Tuhan itu baik adanya. Mungkin Ia menegur kita lewat pembimbing rohani, para pelayan, dan orang-orang yang berada dalam lingkup rohani kita. Namun, tidak semua orang ingin menjadi anak.
Menjadi anak berarti hidupnya diatur dan hal itu yang membuat banyak orang menghindari didikan Tuhan.
Padahal masa anak-anak adalah masa dimana kita tidak mengerti banyak hal. Maka dari itu, kita perlu untuk dididik. Kalau kita ingin menjadi dewasa secara rohani, kita harus menjadi anak terlebih dahulu. Dididik berarti juga ada rasa rendah hati untuk senantiasa mengoreksi diri. Jadi, jangan pernah menyerah untuk terus ditegur.
‘Disesah’ oleh Tuhan
“Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.”
Jika kita mencari gambar di google dengan keyword ‘sesah’, kita akan menemukan sebuah gambar cambukan. Ini sangat kontroversi dengan pernyataan sebelumnya yaitu anak yang dikasihi-Nya.
Tuhan memiliki tujuan untuk ‘menyesah’ kita. Pertama, Tuhan tidak mau kita dihukum bersama dunia. Ia mendidik kita untuk tidak sama seperti dunia. Kedua, ia mau kita mengambil bagian dalam kekudusan-Nya.
Orang pilihan pasti akan dilatih lebih keras daripada yang lainnya. Itu bertujuan untuk membentuk pribadi kita sehingga kita berbeda dengan orang-orang biasa. Begitu juga dengan Tuhan. Ia melatih kita dengan kasih. Ia menekan kedagingan kita, sehingga kita menjadi berbeda dengan orang dunia. Cara inilah yang menunjukkan bahwa Allah mengasihi kita. Dan itu dilakukannya kepada anak-Nya yang sah. Mungkin manusia bisa salah mendidik kita, tetapi Tuhan akan mendidik kita secara luar biasa bila kita mengijinkan-Nya untuk ‘menyesah’ kedagingan kita.
Titus mengambil peran untuk menegur orang-orang di Kreta [Titus 3:9-11]. Ini membuktikan bahwa banyak bidat-bidat yang sulit ditegur di sana. Memang ada orang-orang yang sudah diajar berkali-kali, namun tidak kunjung berubah. Kita harus bisa membedakan mana orang yang mau berubah dan mana yang tidak memiliki niat untuk berubah. Walaupun begitu, kita harus tetap mendoakan orang-orang yang tidak mau diajar agar mereka mengenal didikan Kristus.
Paulus juga menasihati Titus untuk menciptakan budaya Kristus di antara orang-orang Kreta [Titus 2]. Ada sebuah kehidupan jemaat yang dibangun. Membangun budaya kristus berarti menjadi teladan bagi orang-orang sekitar. Itulah yang seharusnya menjadi poin utama dalam kehidupan Kristen.
Kita harus menjadi teladan dan bisa mempertanggungjawabkan hidup ini di hadapan Tuhan. Menjadi anak yang sah dalam Kristus artinya kita harus mempraktekkan budaya Kristus, sehingga dunia bisa melihat cerminan Kristus di setiap perilaku kita.
- Published in Sermons