Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Tanah yang Dijanjikan
Keluaran 13:17-18 “Setelah Firaun membiarkan bangsa itu pergi, Allah tidak menuntun mereka melalui jalan ke negeri orang Filistin, walaupun jalan ini yang paling dekat; sebab firman Allah: “Jangan-jangan bangsa itu menyesal, apabila mereka menghadapi peperangan, sehingga mereka kembali ke Mesir.” Tetapi Allah menuntun bangsa itu berputar melalui jalan di padang gurun menuju ke Laut Terberau. Dengan siap sedia berperang berjalanlah orang Israel dari tanah Mesir.”
Tuhan tidak menuntun bangsa Israel melalui jalan ke negeri orang Filistin, jalan yang lebih dekat, namun jalan yang penuh dengan pencobaan dan peperangan. Kita tentu ingin melewati jalan pintas, kita tidak suka jalan yang memutar. Tetapi tahukah Anda kenapa Tuhan membawa bangsa Israel melewati jalan yang memutar untuk sampai ke tanah yang dijanjikan? Kenapa Tuhan membuat kita harus sabar menunggu untuk mendapatkan janji Tuhan?
Karena Tuhan tahu kita tidak sanggup berperang, Tuhan tahu kelemahan-kelemahan yang ada di hati kita. Bukan berarti ketika Tuhan tidak menjawab doa-doa kita dalam waktu yang cepat, Tuhan tidak menyertai kita. Percayalah Tuhan menyertai kita, tetapi Tuhan kita adalah Tuhan yang mengenal hati kita, Tuhan yang mengenal gereja-Nya.
Ketika pertama kali gereja Christ Mercy Center didirikan, Tuhan rindu gereja ini menjadi gereja yang Rasuli, Rahmani, dan Rajani, menjadi gereja yang memiliki hatinya Tuhan, gereja yang menggenapi kerinduan dan mimpi-mimpi Tuhan. Tetapi menjadi gereja yang dirindukan Tuhan tidaklah mudah. Seringkali kita berburuk sangka kepada Tuhan. Mungkin kita berkata kepada Tuhan seperti bangsa Israel, “Kenapa aku tidak diizinkan berjalan melalui negeri orang Filistin? Aku sanggup berperang, aku masih muda.” Tetapi Tuhan sangat mengenal hati kita. Tuhan tahu bahwa ada begitu banyak perangkap peperangan yang sudah iblis siapkan di hadapan kita, sehingga ketika kita belum siap, kita akan kalah, dan itu bisa saja membuat kita kecewa dan pergi meninggalkan Tuhan.
Kita bukan anak-anak lagi, tetapi kita adalah gereja yang bertumbuh di dalam kedewasaan. Kita semua harus menjadi semakin dewasa di dalam Tuhan Yesus Kristus. Tinggalkan sifat-sifat yang menyakiti hati Tuhan.
Tuhan tahu ketika kita menempuh jalan orang Filistin, kita akan menyesal berada di jalannya Tuhan. Kadang Tuhan bawa kita melewati padang gurun di dalam hidup kita, setiap kita mengalami prosesnya Tuhan. Oleh karena itu, gereja bukanlah kumpulan orang kudus, gereja adalah kumpulan para pendosa yang dipanggil Tuhan untuk mengalami transformasi dalam hidupnya dari gelap menuju terang-Nya yang ajaib. Gereja yang sejati adalah gereja yang mengalami perubahan. Tidak ada seorangpun yang kebal terhadap dosa. Tetapi gereja adalah kumpulan orang percaya yang rindu rencana Tuhan dinyatakan dalam hidupnya.
Keluaran 13:19-22 “Musa membawa tulang-tulang Yusuf, sebab tadinya Yusuf telah menyuruh anak-anak Israel bersumpah dengan sungguh-sungguh: “Allah tentu akan mengindahkan kamu, maka kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini.” Demikianlah mereka berangkat dari Sukot dan berkemah di Etam, di tepi padang gurun. TUHAN berjalan di depan mereka, pada siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam di depan bangsa itu.”
Tulang-tulang Yusuf merupakan lambang perjanjian Tuhan. Sekalipun generasi sebelumnya sudah tiada, Tuhan tidak pernah meninggalkan pekerjaan tangan-Nya. Ketika Tuhan sudah berjanji, maka Dia Tuhan yang pasti menggenapi janji-Nya. Kita harus menjadi gereja yang memiliki tujuan di hadapan Tuhan. Apa yang menjadi tujuan hidup kita di dalam Tuhan? Kerjakan itu dengan setia dan percayalah Tuhan akan menyertai hidup kita seperti Tuhan berjalan menyertai bangsa Israel dalam tiang awan dan tiang api.
Keluaran 14:8 mengatakan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun. Firaun yang dimaksud adalah masalah-masalah kita. Kadang Tuhan izinkan masalah terjadi dalam kehidupan kita, bahkan masalah itu menjadi semakin besar. Dan saat itulah karakter kita yang sebenarnya akan terlihat, apakah kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan atau tidak. Seringkali kita mudah berkata-kata, tetapi Tuhan mengetahui hati kita yang sebenarnya. Apakah kita tetap mempercayai Tuhan di tengah masalah hidup kita, bahkan di saat masalah kita menjadi semakin besar.
Keluaran 14:13-14 “Tetapi berkatalah Musa kepada bangsa itu: “Janganlah takut, berdirilah tetap dan lihatlah keselamatan dari TUHAN, yang akan diberikan-Nya hari ini kepadamu; sebab orang Mesir yang kamu lihat hari ini, tidak akan kamu lihat lagi untuk selama-lamanya. TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.””
Ketika kita percaya, kita akan melihat bahwa Tuhan berperang bagi kita. Diam artinya kita menjadi tenang dan percaya kepada Tuhan. Kita percaya Tuhan memegang kendali sekalipun masalah kita terlihat begitu besar, karena kita tahu kita punya Tuhan yang lebih besar dari setiap masalah kita. Ketika kita mengangkat tangan dan percaya kepada Tuhan, percayalah musuh kita akan mundur.
Tuhan berperang bagi kita dan Tuhan ingin kita tinggal tenang dan percaya. Tetapi ada masa di mana Tuhan ingin kita untuk bertindak dengan iman. Tuhan ingin kita pergi dan menyatakan kuasa-Nya, menceritakan bahwa Yesus itu dahyat dan kasih-Nya sempurna kepada banyak orang. Tidak mudah berada di kondisi seperti bangsa Israel saat itu, dibutuhkan iman untuk mereka berjalan melewati laut. Tembok air berada di kanan dan kiri mereka, sungguh hal yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya, sementara tentara orang Mesir berada di belakang mengejar mereka.
Penyertaan Tuhan itu sempurna. Dia Tuhan yang membuat jalan saat tidak ada jalan. Oleh karena itu ada pengharapan bagi orang yang percaya kepada Tuhan.
Saat tentara orang Mesir mengejar bangsa Israel, kondisi begitu gelap sehingga mereka tidak dapat melihat bahwa mereka sedang berjalan di tengah lautan yang sedang terbelah, sedangkan bangsa Israel memiliki tiang api sebagai penerangan mereka. Tetapi ketika pagi itu datang, tentara orang Mesir yang melihat lautan yang terbelah menjadi ketakutan luar biasa. Saat itulah Tuhan menyuruh Musa untuk mengulurkan tangannya ke laut dan mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut (Keluaran 14:27).
Keluaran 14:30-31 “Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa hamba-Nya itu.”
Tuhan juga mengasihi orang Mesir. Kasih Tuhan juga ada buat orang Mesir. Ketika Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya, maka musuh kita akan juga berbalik menjadi percaya kepada Tuhan. Percayalah tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Dia Tuhan yang mengenal segala kelemahan-kelemahan kita, Dia Tuhan yang mengasihi setiap kita, dan Dia Tuhan yang akan menyelamatkan kita dari setiap masalah hidup kita.
Tuhan yang memanggil kita, Dia Tuhan yang akan menuntun kita menuju tanah yang dijanjikan.
Tuhan Yesus memberkati.
Ps. Daniel Hadi Shane
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Christin Jedidah : Ketaatan
Di dalam Alkitab, banyak kisah tentang orang-orang yang taat kepada Tuhan. Abraham, Nuh, dan Musa adalah orang-orang yang taat kepada Tuhan. Puncak ketaatan di dalam Firman Tuhan dilakukan oleh Yesus, dimana Dia turun ke dunia, menjadi manusia dan pengorbanan-Nya menyelamatkan seluruh umat manusia dari dosa (Roma 5:9).
Ketaatan artinya percaya penuh kepada orang yang kita taati
Ketika kita percaya, kita akan melakukan tanpa banyak bertanya, tanpa banyak alasan. Untuk taat kepada Tuhan, kita perlu percaya penuh kepada-Nya, kita menyerahkan kehidupan kita di tangan-Nya. Kita menghambakan diri kepada Kristus (Roma 6:16). Seorang hamba Akan melakukan perintah dari tuannya.
Ketaatan membutuhkan sebuah tindakan
Seperti perumpaan 2 anak di Matius 21:28-32, salah seorang anak berkata “iya” tetapi tidak melakukan, sedang yang lainnya melakukan apa yang diperintahkan oleh ayahnya. Demikian juga dengan hubungan kita dengan Tuhan; Kita perlu bukan hanya mendengar dan mengerti Firman Tuhan, tetapi kita juga harus melakukannya.
Ketaatan kepada Tuhan haruslah ketaatan 100% (Yak. 2:10)
Kita taat kepada perintah Tuhan tidak setengah-setengah. Tuhan memang menerima kita apa adanya tetapi Tuhan mau setiap kita makin disempurnakan serupa dengan Kristus. Ketaatan penuh juga berarti kita tidak kompromi akan dosa, tetapi Kita sungguh-sungguh melakukan perintah Tuhan.
Kepada siapa kita harus taat?
Tuhan
Ketaatan yang pertama dan terutama adalah kepada Tuhan. Jika Kita mengatakan kita mengasihi Tuhan, kita mau belajar taat akan segala perintah dan kehendak Tuhan.
Orang Tua (Efesus 6:1-9)
Mari kita belajar taat akan orang tua kita. Jika orangtua kita belum di dalam Tuhan, kita patut tetap menghormati mereka, kita doakan mereka. Tentunya tindakan ketaatan kita kepada orangtua tetaplah fokusnya sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.
Otoritas di atas kita (Efesus 6:5-9)
Melakukan ketaatan kita kepada otoritas di atas kita dengan tulus hati, bukan karena takut. Kita taat dan melakukan dengan sukacita, bukan karena terpaksa. Mari melakukannya bukan untuk menyenangkan manusia, tetapi kita lakukan seperti untuk Tuhan.
Pemimpin (Ibrani 13:17)
Kita perlu taat pada pemimpin-pemimpin kita di dalam Tuhan, sebab mereka berjaga-jaga atas hidup kita. Ketaatan kita kepada pemimpin tentunya harus sesuai dengan koridor Firman Tuhan.
Pemerintah (Roma 13:1-3)
Belajar taat pada hal-hal kecil, misalnya taat akan lalu lintas, membuang sampah, dsb. Dan juga di saat masa pandemi ini, kita belajar taat akan peraturan pemerintah untuk mengikuti protokol yang ada.
Ketaatan kita adalah bukti kita mengasihi Tuhan (Yoh 14:15,21). Sebab itu, mari kita taat sepenuhnya kepada Tuhan.
Biarlah ketaatan menjadi gaya hidup Kita. Kita melakukan dengan sungguh-sungguh, dengan sukacita Karena Kita mengasihi Tuhan. Jangan menjadi seperti Saul; Saul tidak taat kepada Tuhan, sehingga Tuhan tidak lagi berkenan kepada-Nya (1 Sam 13 ; 1 Sam 15).
Ketaatan adalah kunci kehidupan kita hidup dalam kebenaran, Ketaatan adalah bukti kita mengasihi Tuhan. Mari senantiasa belajar taat, sehingga kehidupan kita berkenan di hadapan Tuhan.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Jangan Takut!
Bacaan : Lukas 8:22-25
Pernahkah kamu mengalami ketakutan? Ketakutan muncul karena kita tidak percaya atau kurang percaya. Terkadang ketakutan muncul karena bukan kejadian yang sebenarnya, tetapi karena kita sudah takut duluan. Bahkan seringkali masalah yang terjadi dalam hidup kita bukan karena kita ada masalah tapi karena ketakutan kita yang berlebihan.
Angin taufan adalah salah satu jenis angin besar yang hanya terjadi 5 – 10 menit lalu berhenti. Tetapi murid-murid Yesus begitu panik seolah-olah itu akan terjadi selama-lamanya.
Apakah kita seperti mereka? Kita mungkin di tolak, tidak punya anak, rumah masih kontrak, tidak punya jodoh, lalu kita panik dalam menghadapi masalah, seolah-olah itu akan terjadi selama-lamanya dalam hidup kita. Padahal masalah itu tidak terjadi selama-lamanya; masalah itu akan selesai pada waktunya, karena untuk semua ada waktunya (Pengkhotbah 3)
Murid-murid ada dalam perahu bersama dengan Yesus ketika angin taufan itu terjadi. Artinya hidup ikut Tuhan bukan berarti hidup tanpa masalah, tetapi bersama Yesus kita bisa menguasai masalah. Dan Tuhan memberikan kita kesempatan supaya iman kita bertumbuh dengan masalah-masalah yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita.
Tuhan sedang Melatih Iman Kita
Ketika dihadapkan dengan masalah, apa respon kita? Tuhan sedang melatih kita supaya iman kita bertumbuh. Jangan biarkan ketakutan menguasai hidup kita; Karena ketika kita membiarkannya, iman kita akan semakin pasif dan tidak bertumbuh. Iman kita harusnya bertumbuh seiring dengan kedewasaan kita dalam menghadapi masalah.
Seorang anak kecil yang meminta sesuatu dengan merengek, orang tuanya akan dengan segera memberikannya kepadanya. Tetapi berbeda ketika dia sudah semakin dewasa. Orang yang sudah dewasa sudah tidak sepantasnya merengek seperti anak kecil. Tidak semua yang dia mau akan diberikan. Seperti itu juga iman kita; iman kita sedang didewasakan oleh Tuhan.
Bangunkan Yesus
Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: “Guru, Guru, kita binasa!” Ia pun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itu pun reda dan danau itu menjadi teduh (Lukas 8:24)
Jikalau kamu punya masalah dan kamu menjadi kurang percaya, yang kamu perlu lakukan adalah bangunkan Yesus. Ini yang dilakukan murid-murid Yesus. Minimal kamu teriak sama Tuhan Yesus, walaupun kamu bakal ditegur. Jika ada pencuri masuk rumahmu dan kamu mulai takut, lebih baik kamu teriak membangunkan orang tuamu untuk telepon polisi daripada kamu sok bisa mengatasi sendiri dengan kemampuan bela dirimu yang tidak seberapa; itu hanya akan mencelakakanmu.
Peperangan rohani bukan tentang baca buku-buku pelajaran atau teori-teori. Pelajaran terbaik adalah ketika kita mengalaminya secara pribadi. Jika kita mau mengalami mujizat, kita harus alami masalah terlebih dahulu. Dari situ, kita akan punya pengalaman mengalami mujizat. Jangan cuma sekedar tahu teori!
Jadilah Kristen yang benar. Kristen yang benar bukan hidup tanpa masalah. Kalau kamu minta hidup tanpa masalah, kamu akan cepat mati. Sama seperti tubuh kita, jika kita terlalu bersih, maka sistem imun kita tidak akan terlatih. Kita akan semakin mudah sakit. Tetapi jikalau sistem kekebalan tubuh kita sudah terlatih, kita bukanlah orang-orang yang mudah sakit.
Mari kita berkata pada masalah kita: “Aku punya Yesus.” Bagi yang kurang percaya, jangan takut, minimal kamu bukan orang yang tidak percaya. Minimal kamu bangunkan Yesus. Dia tidak sedang tertidur. Saya percaya Dia berjaga. Setiap waktu Dia siap untuk membantu kamu.
Hiduplah di dalam Dia, karena di dalam Dia tidak ada ketakutan. Janganlah hidup kita dikuasai oleh ketakutan, tetapi bersama Tuhan kita kuasai ketakutan.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Silvia Marryasa Hannah : Tingkatkan Level Ketaatanmu
“Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” (1 Samuel 15:22)
Hari-hari ini begitu banyak suara lain yang bisa mengubah dan menggerakkan keputusan kita. Iblis berusaha untuk mengalihkan fokus kita: membuat kita melakukan begitu banyak hal, sehingga kita lupa untuk mendengarkan suara Tuhan dan mencari tahu apa yang Tuhan mau dalam hidup kita.
Kita adalah anak-anak Tuhan; dan sebagai domba, kita seharusnya bisa mendengar suara gembala kita. Tetapi begitu banyak hal yang bisa mengalihkan kita untuk tidak sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan.
Semakin kita mau menuju next level dalam hidup kita, Iblis akan semakin berusaha mengaburkan suara Tuhan. Karena itu, kita perlu memiliki hubungan yang semakin intim dengan Tuhan. Karena di dalam hubungan yang intim dengan Tuhan akan menghasilkan ketaatan yang benar.
Ada beberapa level ketaatan:
Taat karena Perintah (Level Anak-Anak)
Sama halnya dengan anak-anak, mereka hanya mau melakukan sesuatu ketika diperintah. Anak-anak yang belum mengerti apa-apa, hanya akan melakukan sesuatu karena disuruh oleh orang lain. Orang yang memiliki tingkat ketaatan di level anak-anak ini, hanya melakukan segala sesuatu karena diperintah; bukan karena keinginan sendiri, sehingga ada kecenderungan “terpaksa” dan menganggap hal yang dilakukannya adalah sebuah beban.
Taat karena Reward (Level Remaja)
Di level ini, mereka melakukan segala sesuatu karena mendapatkan penghargaan atau takut dihukum ketika tidak melakukannya. Ketaatan mereka menjadi sebuah ketaatan yang bersyarat. Banyak anak Tuhan yang mau melakukan perintah Tuhan supaya mendapatkan imbalan: berkat atau janji Tuhan dalam hidup mereka.
Taat karena Hubungan (Level Dewasa)
Ini adalah sebuah level ketaatan yang dewasa; Ketaatan karena kita memiliki hubungan kasih dengan Tuhan. Ketaatan yang timbul karena kita memiliki rasa percaya kepada Tuhan. Rasa percaya kita timbul karena kita memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan.
Tuhan mau ketaatan kita bertumbuh: Kita taat bukan karena perintah atau janji Tuhan saja, tetapi kita taat karena kita bergaul karib dengan Tuhan. Kita harus menambah level kasih kita kepada Tuhan, sehingga level ketaatan kita bertumbuh.
Abraham adalah sebuah contoh seorang yang memiliki ketaatan yang dewasa dengan Tuhan. Dia mendengarkan suara Tuhan dan dia taat dengan perkataan Tuhan dalam hidupnya. Dia meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke negeri yang Tuhan tunjukkan (Kej. 12:1). Dia juga taat ketika Tuhan memintanya untuk mempersembahkan anak yang paling di kasihinya (Kej 22:1-10). Ketaatan Abraham kepada Tuhan karena dia memiliki kepercayaan penuh kepada Tuhan. Dan kepercayaannya kepada Tuhan timbul karena kedekatannya dengan Tuhan.
Apakah suara Tuhan menjadi begitu penting dalam hidupmu? Mari kita memiliki pergaulan yang karib dengan Tuhan. Tingkatkan level kasihmu kepada Tuhan dan milikilah ketaatan yang bertumbuh dalam Tuhan.
- Published in Sermons