Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Pentingnya Ketaatan
Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah. (1 Korintus 7:19)
Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia. (Kisah Para Rasul 5:29)
Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.” (Yohanes 3:36)
Karena taat, Abraham mengikuti perintah Tuhan, Musa berjalan bertahun-tahun memimpin bangsa Israael ke tanah perjanjian yang tidak pernah ia lihat. Ketaatan mengandung makna sangat dalam dan luar biasa. Ketaatan tidak membutuhkan mata jasmani kita atau bukti akan apa yang kita dapatkan ketika kita melakukannya. Asal Tuhan berbicara, kita lakukan dengan setia, maka Tuhan akan memampukan setiap kita.
Para rasul taat sebagai murid Yesus, dibentuk dan didisiplin secara luar biasa. Banyak orang mundur, meninggalkan Tuhan dan bahkan meninggalkan pesekutuan orang percaya, karena tidak bisa melihat apa yang dijanjikan Tuhan. Ketika kita tidak melihat atau belum melihat apa yang Tuhan janjikan, belum tentu hal itu tidak terjadi. Kita seringkali melihat hanya dengan mata jasmani kita dan itu membuat iman kita menjadi lemah.
Ketaatan adalah penyembahan
Ketaatan itu tidak mudah, tetapi ketaatan adalah penyembahan yang harum di hadapan Tuhan. Di dalam ketaatan, tidak perlu menimbang-nimbang keberatan-keberatan hati nurani, karena hati nurani manusia sebenarnya sudah kotor karena dosa dan luka. Upaya pengenalan akan Tuhan akan sia-sia saja jika hanya berdasarkan hati nurani. Kita perlu menerima Yesus agar kita diberikan hati yang baru untuk kita dapat belajar ketetapan-ketetapan Tuhan. (menit 50)
Ada orang yang disuruh untuk memulai pekerjaan, tetapi selalu berdalih karena tidak ada alat, atau alat kurang berkualitas dan lain sebagainya. Sibuk mempertanyakan peralatan-peralatan tapi tidak benar-benar melangkah mengerjakan. Sibuk dengan pembenaran-pembenaran diri untuk menutupi kekurangan diri dan tidak pernah ingin memperbaiki diri menjadi lebih baik. Menjawab “iya” tidak berarti “taat”. Taat berarti mengerjakan apa yang diperintahkan. Taat adalah total, seratus persen. Ketaatan yang tidak seratus persen sama dengan tidak taat, seperti Saul yang taat setengah-setengah dan berdalih mengatasnamakan rakyat.
Ketaatan mendatangkan pemulihan
Ketika kita disakiti seseorang, Firman Tuhan berkata bahwa kita harus tetap mengasihi sesama kita dan mengampuninya. Maukah kita melakukannya? Ego kita mungkin berkata “kenapa harus aku yang minta maaf, dia yang berbuat salah.” Tetapi ketika kita mau taat, Tuhan berikan sukacita dan hati kita yang terluka dipulihkan oleh Tuhan.
Yesus Kristus taat untuk mengosongkan diriNya, Ia rela meninggalkan semuanya, mengambil rupa sebagai manusia untuk taat kepada perintah Bapa. Karena ketaatanNya, kita beroleh keselamatan dan perjalanan kita di bumi tidak akan sia-sia karena nantinya kita akan berjumpa dengan Tuhan yang kita nantikan di surga. Ketaatan Yesus menebus dosa-dosa kita dan hubungan kita kepada Bapa di surga dipulihkan. Kita mungkin tidak melihatnya saat ini, tetapi kita akan merasakan buahnya yang lebat dan kita menjadi pribadi yang dirindukan Tuhan.
Di bumi banyak penderitaan, kesedihan, sakit penyakit, tetapi ketika kita berjalan bersama Tuhan, Tuhan akan memampukan kita menyelesaikan segala perkara di dalam namaNya. Para rasul juga mengalami sakit penyakit dan penderitaan, mereka dipenjara, diasingkan, bahkan dibunuh, tetapi mata mereka tertuju kepada Kristus karena mereka tahu bahwa penderitaan yang mereka alami di bumi akan membawa mereka pada kekekalan di surga. Mereka memegang janji-janji Tuhan.
Dalam ketaatan, ada tanggung jawab
Setiap kita memiliki tujuan hidup yang sudah Tuhan tentukan bagi setiap kita. Ketika kita taat kepada Tuhan, kita akan peka dengan suaraNya dan kita akan mengerti kehendakNya dalam hidup kita. Tujuan hidup kita bisa berbeda dengan orang lain terlihat sempurna, nyaman dan makmur. Mungkin tujuan hidup kita penuh dengan penderitaan dan kesesakan. Tetapi jika kita tidak berhenti dan menyelesaikannya sampai garis akhir, ketika kita berusaha menghitung berkat Tuhan, kita akan bersukacita dan bersyukur, karena berkat itu terlalu banyak sampai tidak bisa kita hitung lagi.
Ada tanggung jawab dalam ketaatan. Untuk mengerjakan tujuan hidup kita, ada tanggung jawab yang harus kita selesaikan dan ada hal-hal yang harus kita kesampingkan lebih dulu. Ketika kita taat, surga bersukacita. Ketika di akhir hidup kita, kiranya Tuhan dapat menyambut kita dengan sukacita di surga, “baik sekali perbuatanmu, hai anakKu!”
Kita mungkin tidak memiliki masa lalu yang baik, tetapi ketika kita mau taat dan setia, masa depan kita begitu indah di dalam Tuhan. Kita memiliki Tuhan yang hidup dan setia, Ia tidak akan pernah meninggalkan pekerjaan tanganNya. Dalam segala aspek kehidupan kita, kita akan menyenangkan hati Tuhan.
Sebab memang adil bagi Allah untuk membalaskan penindasan kepada mereka yang menindas kamu dan untuk memberikan kelegaan kepada kamu yang ditindas, dan juga kepada kami, pada waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan diri-Nya bersama-sama dengan malaikat-malaikat-Nya, dalam kuasa-Nya, di dalam api yang bernyala-nyala,dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya, apabila Ia datang pada hari itu untuk dimuliakan di antara orang-orang kudus-Nya dan untuk dikagumi oleh semua orang yang percaya, sebab kesaksian yang kami bawa kepadamu telah kamu percayai.
2 Tesalonika 1:6-10
Tidak perlu iri dengan orang-orang yang tidak mau taat.
Tuhan tahu kapan waktunya untuk menghukum mereka yang tidak taat pada perintahNya. Firman Tuhan berkata bahwa mereka akan dijauhkan dari kemuliaan Tuhan, dari hadirat Tuhan. Tuhan akan menahan sesuatu yang baik dalam hidupnya. Demikian juga ketika kita kehilangan sentuhan Tuhan, merasa mengalami masa-masa sukar, mungkinkah ada perintah Tuhan yang tidak kita taati? Ketidaktaatan menjauhkan kita dari hadirat Tuhan dan sukacita.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Aku Hidup oleh Perkataan-Mu
“Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engaku diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” (Ibrani 12: 5-6)
Tuhan adalah Bapa yang mengasihi kita. Dia juga adalah Tuhan yang rindu mendidik kita. Tuhan mendidik orang-orang yang diakui-Nya sebagai anak. Apa reaksi kita ketika dididik Tuhan? Berbahagialah karena jika kita dididik Tuhan, artinya kita masih diakui sebagai anak oleh Tuhan.
Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi orang tua selain melihat anak-anak mereka melakukan kebenaran.
Bagiku tidak ada sukacita yang lebih besar daripada mendengar, bahwa anak-anakku hidup dalam kebenaran. (3 Yohanes 1:4)
Fungsi Bapa adalah mendidik dan menyesah anak-Nya. Bapa rindu memukul kita dengan kebenaran. Di akhir jaman, ada begitu banyak Injil-Injil palsu. Karena itu, kebenaran harus terus diwariskan kepada anak-anak kita, sehingga kita tidak disesatkan oleh rupa-rupa pengajaran. Untuk itu, kita perlu rela untuk dibentuk dan dimurnikan oleh Tuhan sehingga hidup kita akan dapat dipakai oleh Tuhan. Dan marilah kita menjadi orang-orang yang mau berkata: “Hidupku karena perkataanMu, bukan kata orang lain.”
Tuhan Menikmati Penyembahan Kita
Penyembahan adalah sesuatu yang bersifat pribadi. Itu adalah ungkapan cinta kita kepada Tuhan. Seseorang yang tidak memiliki inisiatif untuk melakukan sesuatu kepada orang yang dikasihinya, tentu saja diragukan: apakah dia sungguh-sungguh mencintai atau tidak?
Cinta itu berat. Cinta itu butuh pengorbanan, dan jatuh cinta adalah hubungan pribadi yang tidak bisa dicampuri oleh orang lain. Dan jika kita mencintai Tuhan, maka kita akan menyembah Dia dengan sepenuh hati.
Mirisnya, banyak orang yang meninggalkan gereja hanya karena alasan “Aku tidak bisa menikmati penyembahan di tempat ini.” Lantas, sebenarnya untuk siapa penyembahan kita? Sesungguhnya yang berhak menerima dan menikmati penyembahan kita adalah TUHAN.
Seringkali kita sebagai manusia menilai apa yang kita lihat. Ketika melihat orang yang memuji Tuhan dengan meneteskan air mata, kita menganggap bahwa dalam penyembahannya ada hadirat Tuhan. Padahal penyembahan yang dikagumi oleh Tuhan bukan hanya milik orang yang menyembah dengan berurai air mata; Tuhan lebih tertarik dengan hati kita. Tuhan yang menilai setiap cinta dan pengorbanan kita.
Manusia melihat rupa, tetapi Tuhan melihat hati
Seperti seorang janda miskin yang memberikan yang ada padanya. Sekalipun ada orang kaya yang memberikan persembahan yang nampaknya sangat banyak, namun Tuhan memuji janda ini daripada orang kaya itu, karena dia memberikan yang terbaik untuk Tuhan; Ia korbankan apa yang ada padanya untuk diberikan kepada Tuhan.
Hubunganmu dengan Tuhan adalah urusanmu dengan Tuhan. Sama seperti orang yang jatuh cinta, ekspresikan cintamu kepada Tuhan. Jangan biarkan penilaian orang menjatuhkan dirimu, karena Tuhan yang menilai semuanya.
Bapa rindu Kita mengerjakan kerinduanNya
Tuhan rindu kita menjadi gereja yang hidup. Seperti jemaat mula-mula yang memecahkan roti dan bersatu, mereka menceritakan Injil Kristus yang sejati tanpa iming-iming kekayaan, tanpa iming-iming kenyamanan. Maukah kita menjadi gereja yang hidup itu? Kita hidup dalam kebenaran dan menceritakan kebenaran yang sejati itu kepada banyak orang.
Apakah kita seperti Petrus yang menyangkal Tuhan Yesus? Petrus adalah orang yang menyangkal, bahkan menghujat Yesus. Ketika dia sadar akan kesalahannya, dia bersembunyi dari Yesus. Tapi Yesus datang memanggil dia dengan namanya. Sama halnya dengan kita; Mungkin kita berdosa dan terikat, tetapi Tuhan sedang memanggil kita.
Seberapa parahnya dosa dan kesalahan kita, Tuhan masih mengasihi kita, dan selalu ada harapan untuk pulang ke rumah Bapa.
Berapa banyak kita masih hidup terikat dengan dosa? Ayo kita bangkit! Kita diciptakan segambar dengan Tuhan. Roh Tuhan dalam diri kita jauh lebih besar untuk melawan dosa-dosa kita.
Tuhanlah yang menilai hidup kita. Karena itu janganlah kita hidup hanya dari penilaian manusia semata. Biarkan Tuhan yang menikmati setiap penyembahan dari hidup kita.
- Published in The Shepherd's Voice