Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Dipanggil Menjadi Anak-anak Raja
Manusia seringkali menggunakan pemikiran-pemikirannya sendiri untuk memikirkan apa yang terjadi di sekelilingnya. Kemudian menjadi sangat khawatir dan tanpa sadar ragu, bahkan tidak percaya dengan janji-janji Tuhan. Kita sibuk waspada dengan apa yang akan kita hadapi, hingga lupa akan berkat-berkat Tuhan yang setiap hari datang menyertai kita.
1 Petrus 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
Imamat artinya adalah panggilan Tuhan, misalnya imamat Musa. Musa mendapat urapan dan perkenanan Tuhan, meski ia tidak pandai bicara. Musa memiliki iman yang tidak tergoyahkan, tidak seperti Harun yang meski memiliki pesona pandai bicara dan diurapi juga, namun ia mudah terpengaruh oleh orang-orang di sekelilingnya.
Imamat rajani artinya panggilan sebagai anak-anak raja. Namun sayangnya tidak semua orang mau diurapi menjadi anak-anak raja. Kita dipanggil untuk menjadi anak dari Raja segala raja, tetapi mereka tidak bisa menikmatinya. Bukan hanya sekadar memegang kuasa yang diberi Tuhan untuk menjadi anak-anak raja, melayani dengan luar biasa, tetapi juga menikmati setiap hidup yang telah dianugerahkan oleh Tuhan.
Miliki iman, pengharapan dan kasih
Yakobus 2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
Iman bukan hanya sekadar percaya saja kepada Tuhan, karena setan pun mempercayainya, bahkan mereka gemetar karena hal itu. Manusia beriman kepada Tuhan, tetapi manusia tidak gemetar dengan dosa-dosanya.
Tanpa iman, manusia tidak mungkin selamat, tetapi iman bukanlah hanya sekadar percaya, namun percaya akan jalan-jalanNya dan tanpa ragu mengikutiNya. Pengharapan berarti kita bersandar pada janji-janji Tuhan. Kasih adalah yang terbesar dari semuanya, karena tanpa kasih, kita tidak bisa melakukan kerinduan Tuhan dengan sukacita.
Tuhan memiliki kerinduan dan panggilan bagi setiap kita, tetapi panggilan Tuhan bisa saja tidak seperti yang kita pikirkan. Misalnya, kita mungkin berpikir bahwa ada banyak orang yang belum pernah mendengar kebenaran kasih Kristus di desa-desa dan kota-kota kecil. Namun sebenarnya kota-kota besar juga membutuhkan kebenaran kasih Kristus. Banyak gereja-gereja di kota besar yang tidak lagi tertuju kepada Kristus dan sibuk bersaing satu sama lain. Banyak gereja Tuhan kehilangan urapannya karena terlalu sibuk dengan organisasi dan fokus kepada memperkenalkan organisasinya, bukan Tuhan-nya, mereka kehilangan suara dan kerinduan Tuhan.
Gereja bukan hanya sekadar tempat berkumpul dan memuji Tuhan, tetapi adalah tempat orang-orang yang beriman kepada Kristus. Iman bukan sekadar percaya kepada Yesus adalah Tuhan, tetapi melakukan kerinduan Tuhan.
Hidup dalam kekudusan
Anak Tuhan tidak mengalami kuasa mujizat karena mereka kehilangan perkenanan Tuhan, mereka menolak mendengar suara Tuhan, menolak kerinduan Tuhan. Saat seseorang setengah hati mengerjakan kerinduan Tuhan dan hidup tanpa kekudusan, makan mujizat Tuhan tidak akan terjadi. Kalaupun terjadi, itu adalah kedaulatan Tuhan dan hak Tuhan untuk menyatakan diriNya. Kedaulatan Tuhan selalu ada, tetapi perkenanan Tuhan jugalah yang mengadakan mujizat. Kejarlah kekudusan untuk mendapatkan perkenanNya.
Gereja bukanlah tentang tempat, tetapi tanah hati kita di mana Tuhan harus bertahta.
Ketika gereja Tuhan kehilangan esensi akan panggilan Tuhan dan rumah Tuhan menjadi sarang penyamun, penuh dengan penggosip, bertindak cabul, dan bersilat lidah. Para pelayan berbuat dosa, bahkan menganggap dosa sebagai hal biasa dan menyelepelekannya. Mereka merasa berjalan dalam negeri kemenangan tapi sebenarnya sedang berjalan menuju api neraka. Perkenanan Tuhan hilang dari kehidupan mereka.
Nikmati setiap anugerah yang diberikan Tuhan
Banyak anak Tuhan yang masuk dalam peperangan yang tidak perlu ia masuki. Memikirkan peperangan milik orang lain yang tidak perlu dipikirkan. Mencemaskan banyak hal yang tidak perlu dicemaskan. Akhirnya mereka tidak bisa menikmati hidup mereka karena terlalu cemas akan banyak hal. Percayalah pada kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan kita bukan Tuhan yang kejam, yang tertawa-tawa ketika kita menderita, itu iblis bukan Tuhan! Tuhan kita adalah Tuhan yang setia, yang sedih ketika kita sedih, yang rindu melepaskan kita dari penderitaan-penderitaan kita.
Belajar bersyukur dan berbahagia. Ada banyak hal yang bisa kita syukuri dan banyak alasan untuk kita berbahagia. Hitunglah berkat Tuhan yang bisa kita nikmati. Jangan menjadi anak yang kurang ajar yang selalu komplain dengan hal-hal yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Bagaimana Tuhan bisa meningkatkan level kita untuk bersyukur dalam hal-hal yang buruk dalam hidup ini jika yang baik saja tidak bisa kita syukuri. Bersyukur untuk setiap kesempatan dalam hidup ini, kesempatan untuk bisa bernafas, bisa menjalani hari demi hari yang Tuhan anugerahkan dalam hidup kita.
Stop memikirkan luka-luka di masa lalu dan berfokus pada penyembuhan luka tersebut. Luka di masa lalu sudah terjadi dan Tuhan telah menyiapkan masa depan yang indah bagi setiap kita. Jika ktia terus menerus mengorek luka itu, kita tidak akan pernah sembuh bahkan luka itu semakin dalam dan melukai orang lain juga.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Evie Mehita : Meresponi Panggilan Tuhan
Di akhir jaman ini banyak penyimpangan yang terjadi di gereja-gereja Tuhan. Penyesatan dimana-mana, dan banyak sekali penyimpangan-penyimpangan ajaran di gereja Tuhan. Banyak jemaat Tuhan yang ke gereja karena mengidolakan hamba Tuhannya, bukan Tuhan yang dicari.
Gereja Tuhan hari-hari ini mempertontonkan pertunjukan-pertunjukan yang tidak sesuai dengan kebenaran, supaya menarik anak-anak muda. Banyak orang tidak sadar bahwa dia di tipu oleh penyesat- penyesat. Bukan Tuhan yang disembah, tetapi hanya kedagingan mereka yang disenangkan.
Gereja sedang dalam kesakitan. Karena itu kita harus hidup dalam kebenaran yang murni. Kesesatan harus diberitakan, bukan hanya tentang berkat-berkat saja yang perlu dikumandangkan oleh gereja-gereja Tuhan.
Kita membutuhkan Revival. Revival bukan EO rohani, yang dikemas dengan pertunjukan mewah, artis-artis terkenal, atau musik yang spektakuler. Revival adalah hati yang berbalik kepada Kristus, hati yang bertobat, Hati yang diberikan kepada rencana dan kehendak Tuhan.
Yunus dipanggil oleh Tuhan untuk memberitakan tentang Tuhan kepada Niniwe. Tetapi dia hendak melarikan diri ke Tarsis. Sehingga Tuhan mendidik Yunus, Tuhan membiarkan dirinya jatuh ke laut dan masuk dalam perut ikan selama 3 hari. Tuhan memanggilnya kembali ke panggilannya yang semula: memenangkan kota Niniwe, sehingga seluruh Niniwe mengenal Tuhan (Yunus 1:3).
Tuhan punya panggilan untuk setiap kita
Mungkin kita juga seperti Yunus, kita melarikan diri dari panggilan Tuhan. Tetapi Tuhan begitu rindu mempertahankan dan mengejar setiap kita. Tuhan sudah menyiapkan sebuah misi untuk kita kerjakan dalam hidup ini. Sayangnya banyak orang yang tidak mau menjalankan misinya. Mereka mau mengatur hidup mereka sesuka hatinya.
Pada mulanya, Yunus dengan sengaja menaiki perahu yang tujuannya bukan ke Niniwe. Apakah kita juga demikian?
Jangan salah menaiki kapal! Ada kapal yang bisa membawa kita menuju panggilan kita, dan ada kapal yang bisa membuat kita jauh dari panggilan Tuhan. Ada kapal pesiar yang isinya orang2 kaya, mereka berpesta pora dalam kapal, sedangkan pelayan-pelayan bekerja keras untuk melayani orang-orang kaya itu. Berbeda dengan kapal perang. Dalam kapal perang semua bergandengan tangan untuk menghadapi peperangan di depan mereka. Gereja Tuhan harusnya menjadi kapal perang, yang tujuannya membawa kita kepada kemenangan.
Banyak orang yang lari dari panggilannya. Tetapi Tuhan panggil lagi Yunus dengan cara-Nya.
Ini adalah sebuah proses penyadaran. Kalo kita ingin diangkat Tuhan, kita harus siap diproses dan dimurnikan Tuhan. Ketika Yunus mendapatkan panggilan yang kedua, Yunus taat dan melakukan apa yang Tuhan katakan. Ketika dia meresponi panggilan Tuhan, satu kota diselamatkan. Tuhan juga rindu memakai kita untuk menjadi alat-Nya menjangkau mereka yang terhilang.
Bagi tuhan, jiwa-jiwa itu sangat berharga. Mari ajak orang-orang sekeliling kita untuk mengenal Tuhan. Diperlukan orang-orang yang meresponi panggilan-Nya. Dibutuhkan orang-orang yang mau dipakai Tuhan menggenapi rencana-Nya yang besar. Maukah anda meresponinya?
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Elita Chandra : Berjalan dalam Panggilan
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2:10)
Mungkin ketika kita mendengar kata “panggilan”, kita tidak mengerti apa artinya. Padahal sebenarnya panggilan itu adalah rancangan Tuhan bagi hidup kita, yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan Tuhan mau supaya kita hidup di dalamnya. Manusia diciptakan untuk sebuah tujuan. Di dalam tujuan ada kerinduan–detak jantung Tuhan untuk setiap kita. Berbicara kerinduan itu adalah sebuah perjalanan, bukan pijakan akhir. Panggilan itu tidak diam, tetapi terus bergerak seiring kita belajar menggenapinya dalam hidup kita.
Panggilan bukan hanya berbicara tentang pekerjaan, bukan juga sebatas profesi. Tetapi panggilan Tuhan ada di sekitar kehidupan kita.
Ketika mendekati kelulusan saya, saya kebingungan, “apa yang akan saya kerjakan? Saya mau kerja apa? “ Hal semacam ini sering terjadi di setiap orang yang mendekati kelulusannya. Dan ketika saya belajar melangkah dan masuk lebih dalam menjadi pekerja penuh waktu, itu membuat saya lega. Saya berpikir bahwa perjuangan saya menemukan panggilan sudah selesai. Tetapi ternyata itu bukanlah akhir dari perjalanan saya berjalan dalam panggilan. Itu adalah sebuah awal dimana Tuhan akan mengajar saya untuk menggenapi tujuan yang lebih besar dalam hidup saya. Jadi panggilan bukan hanya berbicara tentang pekerjaan atau menjadi apa, tetapi panggilan Tuhan itu ada setiap hari dalam hidup kita. Hanya apakah kita mendengarnya atau tidak.
Kita perlu mengalami Perjumpaan dengan Tuhan (Yesaya 6:1-6)
Sebelum kita berbicara jauh soal panggilan, kita harus masuk ke step pertama, yaitu perjumpaan. Kita harus belajar mengenal Tuhan. Ketika kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan, Dia akan memberitahukan siapa Dia sebenarnya. Dia adalah Tuhan yang berkuasa atas hidup kita. Perjumpaan akan membuat kita sadar akan dosa kita. Tuhan rindu kita tidak hanya berhenti di perjumpaan, tetapi juga ke level berikutnya, yaitu kerinduan.
Perjumpaan tidak cukup sekali. Jikalau kita hanya berjumpa sekali saja, mungkin kita hanya melihat sekilas, kita tidak mengenal lebih lagi. Butuh berkali-kali supaya kita ingat, lebih kenal, dan sampai kita mengenal seluruh kepribadian Tuhan. Karena itu, jangan puas menjadi penikmat kebaikan Tuhan, tetapi kita diciptakan Tuhan untuk melakukan kerinduan Tuhan.
Panggilan adalah sebuah Proses
Setelah kita menemukan panggilan, Tuhan akan memanggil kita untuk masuk lebih lagi ke dalam panggilan yang sesungguhnya (Keluaran 3:11-12). Jangan kita menjadi seperti Musa yang sering berkata “Kok aku?“; Kita fokus dengan diri kita sendiri. Ataukah berkata “Apa yang harus aku lakukan?” Terkadang kita bisa dengan mudahnya menolak panggilan Tuhan karena kita merasa kita tidak bisa apa-apa. Bagus kalau kita tidak tahu apa-apa. Karena pada saat itu, kita belajar untuk mengandalkan Tuhan. Atau mungkin kita pernah berkata, “Aku punya banyak kelemahan. Apakah orang lain akan percaya kalau Engkau memanggilku?”
Ketika kita tidak bisa, Tuhan akan mengajari kita lewat tantangan-tantangan yang harus kita lalui. Jangan kita menjadi banyak alasan ketika Tuhan memanggil kita, karena ketika Tuhan memanggil kita, Dia yang akan memperlengkapi kita. Akan selalu ada alasan untuk segala sesuatu di dunia ini. Tetap pertimbangan yang terlalu banyak membuat kita tidak akan bisa maju lebih lagi dalam Tuhan.
Panggilan Tuhan bukan soal kita siap atau tidak, tetapi tentang mau taat atau tidak
Panggilan Tuhan bukan soal siap apa tidak, tapi tentang mau taat atau tidak. Di dunia akan selalu ada alasan. Tetapi Tuhan mau KETAATAN kita; kita mau atau tidak untuk dipakai oleh Tuhan dalam rencanaNya atas hidup kita.
Mari kita berjalan dalam panggilanNya. Alami perjumpaan dengan Tuhan, kenali pribadiNya, hingga kita memahami dan mengerjakan kerinduanNya. Dan ketika kita sudah menemukan panggilan hidup kita, mari kita bukan hanya berhenti di sana, tetapi kita mau diproses lebih lagi untuk mengerjakan kerinduanNya yang lebih besar dalam hidup kita.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Evie Mehita : Perhatikan Bait Sucimu!
Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Allah dengan semua domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkan-Nya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya. Kepada pedagang-pedangang merpati Ia berkata, “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Lalu teringatlah murid-murid-Nya bahwa ada tertulis: Cinta untuk rumah-Mu akan menghanguskan Aku. (Yohanes 2:15-17)
Yesus datang ke Bait Suci dan membersihkannya dari pedagang-pedagang yang berjualan di depan Bait Suci. Dia melihat bait suci tidak lagi menjadi tempat yang kudus, sehingga Dia mau mengembalikan fungsi Bait Allah yang sebenarnya. Demikian juga dengan hidup kita; Kita adalah bait sucinya Tuhan.
Perhatikan Bait Sucimu! Bait suci berbicara tentang hati kita dan hidup kita.
Apakah hatimu penuh dengan kepahitan, dosa, dan hal yang tidak berkenan di mata Tuhan? Dia akan obrak-abrik dan usir itu, karena Tuhan mau mengembalikan fungsi bait Allah kita sesuai dengan panggilannya yang semula. Kalau Yesus masuk dalam hati kita dan mengintervensi kita, apa reaksi kita? Kita seringkali bisa menjadi seperti para Imam dan pedagang yang marah kepada Yesus atas tindakannya tersebut, karena mungkin seringkali kita mencari keuntungan diri kita sendiri. Tanpa kita berusaha mengerti, bahwa apa yang Tuhan lakukan tujuannya baik, yaitu supaya kita diubahkan dan dikuduskan.
Seringkali kita bisa memiliki “kamar-kamar rahasia” kita, dimana dosa kita ditutupi dan tidak ada seorang pun yang tahu. Sepertinya kita baik-baik, sepertinya melayani Tuhan, ternyata ada dosa mengerikan yang tersimpan.
Hal itu pula yang diceritakan dalam Yehezkiel 8:6-17 tentang bangsa Israel yang memiliki berhala yang mengerikan: Para tua-tua Israel mengukir binatang berhala di tembok kamar mereka smbil membawa bokor ukupan mereka (ay 10-12); Perempuan2 menangisi dewa Tamus pada musim gugur (ay 14); dan banyak Laki-Laki membelakangi bait Allah sambil sujud kepada matahari (ay. 16). Mereka berbalik dari Tuhan menyembah kepada berhala lain.
Perkara Kecilkah Itu??
Apakah itu sebuah perkara kecil? Tidak! Karena itu jangan anggap remeh hal-hal yang tidak baik dalam dirimu: malas ke gereja.. malas doa.. malas persekutuan. Itu menghambat kerohanian kita bertumbuh, membuat kerohanian kita bisa mati; kita tidak lagi suka pergi ke gereja.. atau tidak lagi bersemangat untuk berdoa. Belajarlah disiplinkan dirimu untuk tidak menjauhi jam-jam ibadah. Itu yang akan membuat kita tetap kuat di dalam Dia.
Jangan biarkan bait sucimu dicemari!
Jagalah setiap perkataanmu. Lidah kita bisa menjadi berkat, tetapi juga bisa menjadi kutuk buat orang lain. Dan Tuhan berjanji kita jikalau kita mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka kita akan dipakaiNya menjadi penyambung lidah bagiNya (Yeremia 15:19).
Maukah kamu membiarkan Dia masuk dan mengintervensi hatimu? Dia mau membersihkan hatimu.. Dia mau mengubahkan hidupmu, sehingga hidupmu dikuduskan dan sesuai dengan panggilanNya yang semula untuk hidupmu. Jaga lidah dan perkataanmu, maka kita akan dijadikanNya penyambung lidah bagiNya.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Melihat Gambaran Seutuhnya
Bacaan: Yosua 1 :1-9
Yosua adalah pelayan Musa yang setia. Tuhan memberikan kedudukan yang luar biasa kepada Yosua karena dia setia kepada pemimpinnya. Kita tidak bisa setia dengan Tuhan bila kita tidak belaja setia dengan pemimpin. Bagaimana mungkin kita bisa setia dengan yang tidak terlihat, sedangkan kita tidak bisa setia dengan yang terlihat? Nama asli Yosua adalah Hosea, yang berarti keselamatan. Tetapi Musa menggantinya menjadi Yosua, yang berarti : engkau yang akan menyelamatkan. Yosua adalah pribadi yang melihat gambar seutuhnya rencana Tuhan di dalam diri Musa. Dia begitu percaya bahwa Musa akan memiliki tanah perjanjian sesuai dengan kehendak Tuhan.
Proses setia itu tidak mudah; kita perlu melihat apa yang Tuhan lihat. Kita sering tidak bisa melihat gambaran seutuhnya dari pandangan Tuhan, sehingga kita bisa berubah tidak setia. Kita bisa marah dan bersungut-sungut kepada Tuhan.
Kehidupan kita bagaikan sebuah Puzzle
Kehidupan kita seperti sebuah puzzle. Pada mulanya kita tidak tahu gambarannya sama sekali. Tetapi jika semua disatukan, itu membentuk gambaran utuh. Setelah lihat secara keseluruhan, kita bisa mengerti maksud puzzle tersebut. Sayangnya banyak anak Tuhan yang menjadi frustasi sebelum mereka menyelesaikan puzzle mereka. Mereka melihat potongan kecil yang mereka dapatkan nampaknya tidak sesuai dengan janji yang Tuhan. Mereka akhirnya membongkar kembali puzzle itu, dan menggantinya dengan puzzle yang baru. Akibatnya kita tidak pernah bisa memiliki tanah perjanjian.
Ada orang yang setia berdoa 40 tahun. Doa itu tidak terjawab melalui dirinya, tetapi melalui keturunannya. Itu berarti doanya mengerjakan sesuatu. Itu yang disebut dengan buah kesetiaan. Banyak yang meragukan janji Tuhan karena kita tidak bisa melihat apa yang Tuhan lihat dalam hidup kita.
Seringkali kita memaksa Tuhan melakukan apa yang kita mau. Kita claim janji-janji Tuhan, tetapi kita tidak melakukan kesetiaan dan ketaatan seperti Abraham. Dia memberikan anaknya yang didapatnya melalui penantian yang panjang. Dia harus menunggu puluhan tahun penggenapan janji Tuhan untuk memberikan keturunan kepadanya. Tetapi Abraham memegang teguh janji Tuhan. Dia taat dan setia dengan apa yang Tuhan mau; Dia sangat percaya dengan janji Tuhan bahwa dia akan menjadi bapa dari segala bangsa. Puzzle-puzzle yang harus dia lewati seakan-akan bertentangan dengan janji Tuhan kepadanya: Istrinya mandul, dia sudah tua, keadaan di sekelilingnya tidak mendukung, sehingga mustahil dia bisa memiliki keturunan. Tetapi Abraham setia dan percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhan tidak mungkin mengingkari janjiNya.
Sama halnya dengan memahami konsep Allah Tritunggal. Kita tidak bisa melihat gambaran Allah secara keseluruhan karena pengetahuan yang kita miliki terbatas. Allah Tritunggal tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Semua rahasianya terletak di dalam Firman Tuhan. Untuk mengetahui Allah Tritunggal secara benar kuncinya adalah terima Yesus terlebih dahulu baru kita akan tahu tentang Allah Tritunggal. Yesus pun berkata dalam Yohanes 14 : 6, “Akulah jalan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.” Oleh karena itu, kita harus menerima Yesus dulu, barulah selubung di hati dan pikiran klita dibukakan.
Tanpa Yesus, kamu tidak akan bisa mengenal Bapa kita
Terima Yesus dan kamu akan terbuka dengan misteri pengenalan Tuhan. Saat kita mengenal Yesus, kamu akan tahu tentang Bapa dan Roh kudus. Janganlah kita malah menggoyahkan iman orang percaya dengan pemahaman dan pengetahuan kita yang terbatas.
Percaya artinya kita menyerahkan apa yang Tuhan minta dalam hidup kita
Memahami Allah Tritunggal sama halnya dengan memahami rencana Tuhan dalam hidup kita. Kita harus percaya kepada Yesus terlebih dahulu. Percaya artinya kita menyerahkan apa yang Tuhan minta dalam hidup kita. Kita tidak bisa menuntut Tuhan berikan penggenapan janjiNya kalau kita tidak mau berikan yang terbaik untuk Tuhan. Abraham ketika menerima penggenapan janji Tuhan, dia rela mempersembahkan anaknya ketika Tuhan minta; karena dia percaya kepada Tuhan. Ketika kita percaya, kita dapat menyerahkan apa yang paling Tuhan inginkan.
Bukan karena kita tidak bisa melihat, maka janji Tuhan itu tidak terlihat sama sekali
Mari kita sungguh-sungguh menyerahkan hati dan hidup kita sungguh-sungguh kepada Tuhan; Penyerahan secara total. Mengapa kita seringkali tidak melihat janji Tuhan? Mungkin kita harus introspeksi diri: apakah kita sudah serahkan apa yang Tuhan inginkan? Tuhan kita bukan pembunuh, yang membunuh mimpi-mimpi kita. Tetapi Dia Tuhan yang setia.
Setiap orang memiliki bagiannya. Kita belajar menyerahkan apa yang menjadi bagian kita. Ketika kamu melihat pertumbuhanmu nampaknya seperti tanaman-tanaman yang kecil, percayalah kamu akan dapat melihatnya perlahan bertumbuh semakin besar dan kuat, asal kamu percaya dan menginjikan Yesus tinggal dalam hatimu. Maukah kamu belajar untuk percaya dan melihat gambaran Tuhan seutuhnya? Mari kita bertumbuh bukan karena perkara receh, tapi kita bertumbuh dari kebenaran Firman Tuhan.
Hidupmu bisa berpengaruh untuk orang lain; Berdampak luar biasa. Kuncinya adalah setia. Katakan kepada Tuhan: “Aku mau Kau pakai, Tuhan.” Maukah kamu memberikan apa yang paling kamu inginkan? Jikalau kamu memberikannya seperti Abraham memberikan Ishak kepada Tuhan, janji itu akan terjadi dalam hidupmu.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Evie Mehita : Live in Passion
Pernahkah kita merasa bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan? Rasanya tidak mau berhenti dan ingin terus melakukannya. Orang-orang biasa menghubungkan hal ini dengan passion.
Banyak orang bijak berkata, “Bekerjalah sesuai passion.” Orang yang memiliki passion menulis, akan selalu menulis tanpa kenal waktu. Orang yang tidak memiliki gairah dalam menulis pasti akan mengalami kesulitan ketika harus membuat esai. Itulah pengertian orang tentang passion. Padahal, passion tidak harus berupa sebuah kesenangan atau yang paling baik yang dapat kita lakukan.
Passion diambil dari kata ‘pass’ yang artinya mampu menderita. Demi melakukan passion, seseorang berani menderita. Berani membayar harga dan mau memberikan seluruh harta, waktu, dan tenaga demi mendapat kepuasan akan passion tersebut. Passion atau gairah itu akan terpancar hingga orang-orang dapat melihatnya.
Passion juga terbentuk dari kata ‘En’ dan ‘Theos’ yang artinya memiliki energi atau gairah dalam Tuhan. Energi ini tidak akan pernah ada habisnya. Suatu gairah yang berapi-api untuk melaksanakan kerinduan Tuhan di dalam hidup manusia.
“Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” Roma 12:11
Passion yang benar dalam Tuhan akan menghasilkan ‘buah-buah’ yang nyata. Dia memiliki gairah yang berapi-api akan melakukannya berulang-ulang. Menceritakannya dengan mata berbinar-binar agar orang lain turut merasakan rasa antusias yang ia alami.
Passion juga identik dengan rasa antusias kita terhadap suatu hal. Memiliki passion tanpa dibarengi dengan tujuan untuk memuliakan Tuhan, sama saja nol. Sudahkah kita antusias dalam memuliakan nama Tuhan? Begitulah seharusnya ketika kita memiliki passion dalam Kristus. Tidak malu untuk menceritakan kasih-Nya kepada setiap orang. Kalau kita tidak memiliki gairah dalam hal ini, ada yang salah dengan api roh kita. Setiap dari kita pasti diberikan sebuah passion dari Tuhan untuk membawa jiwa-jiwa mengenal Dia. Sudahkah kita melakukan passion itu?
Tidak ada seorangpun yang bisa membayar passion atau panggilan kita di dalam Tuhan.
“Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.”
Matius 9:36
Passion akan membawa kita pada compassion (belas kasihan). Yesus tergerak oleh rasa belas kasihan. Belas kasihan bukan hanya tentang memberi, tetapi ada aksi lebih. Kata belas kasihan tidak ada di perjanjian lama. Barulah pada zaman perjanjian baru, orang-orang mengenal belas kasihan karena tidak bisa menggambarkan passion yang dimiliki Yesus ketika Ia menolong orang lain. Apa yang Yesus lakukan adalah hal baru bagi mereka. Itulah bukti nyata dari sebuah gairah yang membuahkan rasa belas kasihan.
Passion tidak terbatas oleh kelemahan fisik. Seseorang yang memiliki passion akan mencoba banyak hal untuk menekan kelemahannya agar tidak membatasi ruang geraknya.
Dari sebuah gairah yang berapi-api akan melahirkan sesuatu yang besar. Para rasul di perjanjian baru menghasilkan jemaat mula-mula karena passion mereka dalam menjaring jiwa kepada Kristus. Passion itu berjalan selaras dengan compassion yang akhirnya membuat banyak orang mengenal Yesus. Mereka tidak mau dibayar, tetapi mau bayar harga. Itulah passion yang sejati dalam Kristus.
HIDUPILAH PASSION KRISTUS
RASAKAN APA YANG YESUS RASAKAN
LAKUKAN APA YANG YESUS LAKUKAN
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Evie Mehita : Panggilan Menjala Manusia
Bacaan : Lukas 5:1-11
Hidup di dunia, pastinya kita tidak terlepas dari proses seleksi. Masuk universitas, melamar pekerjaan, bahkan masuk ke tim sepakbola selalu ada proses ini. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan yang terbaik, sehingga orang yang tidak memenuhi kualifikasi tertentu akan gagal pada tahap ini. Ia memilih kita dengan tidak sembarangan. Sesungguhnya manusia adalah ciptaan yang gagal memenuhi kualifikasi masuk surga; hidup kudus. Betapa ajaibnya kasih karunia yang Yesus berikan sehingga melayakkan setiap kita untuk memiliki hidup yang kekal dan penuh arti. Tinggal dalam kasih karunia artinya ada gaya hidup yang tidak sama lagi. Ketika mengikuti ketetapan Tuhan dan kebenaran firman-Nya, kita akan dipandang ‘abnormal’ oleh dunia. Tetapi, pernahkah kita merasa ingin memiliki kehidupan yang ‘normal’ dan mencoba menjalani panggilan dari dunia?
Ia memilih kita dengan tidak sembarangan. Sesungguhnya manusia adalah ciptaan yang gagal memenuhi kualifikasi masuk surga; hidup kudus. Betapa ajaibnya kasih karunia yang Yesus berikan sehingga melayakkan setiap kita untuk memiliki hidup yang kekal dan penuh arti.
“Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai.” [Lukas 5:3]
Mengapa Yesus memilih kapal Simon?
Simon memiliki latar belakang sebagai nelayan. Menjala ikan adalah pekerjaan yang ia lakukan selama bertahun-tahun. Sungguh aneh bila Yesus menyuruh Simon Petrus untuk menjala ikan di tengah laut. Padahal, saat itu para nelayan hampir menyerah karena tak kunjung mendapat ikan. Yesus tidak punya pengalaman di bidang perikanan, tetapi Ia dengan yakin menyuruh Petrus ke tengah laut dan ia taat. Hasil dari ketaatannya adalah mukjizat yang terjadi, yaitu banyak ikan yang terperangkap dalam jala. Di momen itulah, Yesus mengajak Petrus untuk menjadi penjala manusia. Petrus pun menerima tawaran itu dan meninggalkan kehidupannya sebagai nelayan [Lukas 5:11].
Sama seperti Simon, Yesus bisa memanggil kita dari apapun latar belakang yang ada. Tuhan dapat berbicara dengan banyak cara yang ajaib dan kreatif. Namun, terkadang manusia memiliki pride yang membuatnya cenderung untuk ragu akan rencana-Nya. Pride adalah ketika kita mempertahankan apa yang paling benar menurut versi kita.
Mengapa Tuhan memakai kata ‘penjala’ manusia?
Karena menjala adalah kegiatan yang membutuhkan proses dan kesabaran. Kita harus mengetahui ‘ikan’ apa yang harus ditangkap, dimana lokasinya, dan mengerti bagaimana cara melempar ‘jala’. Apa yang merupakan ‘jala’ kita? Bisa pekerjaan, hobi, tempat dimana kita belajar, dll. Yang menjadi ‘ikan’ adalah orang-orang yang belum mengenal Yesus dan hidup di dalam kasih karunia. Ikan memiliki sifat tidak suka ditangkap. Kita pun dahulu menjadi ‘ikan-ikan’ yang lari dari panggilan Tuhan. Tetapi ketika Tuhan memanggil kita sebagai penjala manusia, ada suatu makna hidup sejati yang kita temukan.
Petrus pun setelah kematian Yesus kembali lagi menjadi penjala ikan. Namun, pada akhirnya Yesus mengingatkannya pada tujuan hidupnya yang sebenarnya [Yohanes 21:15]. Pada momen itulah, Petrus mendapatkan kembali gairah hidupnya sebagai penjala manusia. Sudahkah kita taat akan panggilan-Nya menjadi penjala manusia? Kita sama seperti ‘ikan’ yang terperangkap. Terperangkap dalam rencana-Nya yang besar dan ajaib.
JARINGLAH ‘IKAN’ SEBANYAK-BANYAKNYA UNTUK MENJADI PERSEMBAHAN YANG HARUM BAGI TUHAN.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Evie Mehita : Penjaga Jiwa (Soul Keeper)
Firman TUHAN kepada Kain: “Di mana Habel, adikmu itu?”
Jawabnya: “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?”
Kejadian 4: 9
Dosa mengintip kepada Kain. Setelah pertama kali kejatuhan manusia yang pertama, terjadilah kejatuhan yang selanjutnya yang dilakukan oleh Kain. Kain menjadi iri hati dan memiliki pikiran yang buruk terhadap adiknya. Dia merasa: “Adikku kok lebih disayang dan diperhatikan oleh Tuhan, ya.. Sedangkan aku tidak..” Dia tidak mengoreksi dirinya, tapi melihat kepada orang lain. Ketika dia sudah membunuh, Tuhan bertanya: “Di mana Habel, adikmu itu?” Dia menjawab dengan membantah, “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?” Seringkali kita pandai beralasan. Kita tidak mau menerima kesalahan kita; kita susah ditegur dan tidak mau disalahkan.
“Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku.”
Yehezkiel 3:17
Tuhan rindu kita semua menjadi penjaga jiwa. Jangan seperti Kain yang banyak berdalih. Sebagai kakak, tentu saja dia adalah penjaga adiknya. Sebenarnya kita semua adalah penjaga buat orang lain. Kita ditetapkan Tuhan untuk menjadi penjaga bagi orang lain, jadi janganlah kita menjadi cuek dengan keadaan orang lain. Kalau kita adalah orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan kita percaya hidup kita sudah diselamatkan oleh-Nya, maka salah satu tandanya adalah: Hidupmu akan mengalirkan sebuah aliran kehidupan. Orang yang sudah percaya hidupnya sudah diselamatkan, dia tidak akan berdiam diri dan seenaknya. Orang yang sudah diselamatkan, pastilah dia rindu orang lain juga diselamatkan. Sudahkah dalam hati kita mengalir aliran anugerah Tuhan? Apakah hati kita masih berdetak ketika melihat keluarga, teman, dan sahabat kita jatuh dalam dosa atau mengalami kemunduran di dalam Tuhan?
“Jati diri yang rusak”
Dalam kisah Musa, Tuhan beberapa kali memanggil Musa untuk memimpin bangsa Israel. Tetapi Musa beberapa kali menolak dengan banyak alasan. Dia tidak yakin bahwa dirinya dipakai Tuhan. Dia mengalami trauma dan hidup di bawah bayang-bayang kegagalan, ketakutan, dan masa lalu; Jati dirinya rusak. Inilah yang dialami oleh banyak pahlawan Tuhan. Yang seharusnya kita membebaskan bangsa Israel, tetapi kita terpuruk dengan permasalah diri kita, tembok-tembok kita, dengan trauma dan kegagalan.
Berapa banyak di antara kita yang tidak berani melangkah, tidak berani melayani sungguh-sungguh, tidak berani berikan hidup untuk Tuhan, karena memiliki trauma kegagalan. Mungkin kita pernah menjangkau jiwa, kemudian mereka lepas. Dan itu membuat kita trauma untuk menjangkau jiwa lagi. Jika kita ditinggalkan, itu adalah sebuah proses bagi kita. Tetapi kita jangan pernah berhenti menjangkau jiwa. Karena kita pasti akan memiliki anak-anak yang satu visi yang kelak akan menjadi pewaris mimpi Kerajaan Tuhan. Kita mendidik anak-anak rohani kita bukan dengan kekuatan kita, tetapi kita harus memuridkan mereka di dalam Roh Kudus. Artinya kita memiliki ikatan di dalam roh.
“Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu — dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.”
Keluaran 32:32
Musa adalah gambaran orang yang trauma dan takut melangkah, Musa yang tidak peduli dengan bangsa Israel. Tetapi Musa yang sama mengatakan, . Dulu dia begitu tidak peduli akan bangsa Israel dan menolak panggilan Tuhan, tetapi ketika dia belajar taat, ia mencintai apa yang Tuhan cintai. Kalau kita dulunya orang yang tidak peduli, ketika kita taat, mulai melangkah, mengalirkan sesuatu, kita pun akan mencintai apa yang Tuhan cintai. Yang Tuhan cintai adalah jiwa-jiwa diselamatkan. Oleh karena itu, mari kita belajar seperti Musa: taat dan melangkah.
Di dalam kisah Nabi Elisa, Tuhan memerintahkan Elisa untuk datang kepada seorang Janda. Janda itu memiliki buli-buli minyak. Elisa meminta janda itu untuk mengumpulkan bejana dan menuangkan minyak dalam bejana-bejana itu. Ketika semua bejana itu penuh, berhentilah aliran minyak tersebut. Saya percaya kita akan memiliki aliran Roh Kudus kalau kita melayani orang lain. Belajar mengalirkan aliran itu kepada orang lain. Mungkin kita tidak tahu mau melayani apa. Belajarlah dari hal yang paling simple: mendoakan orang, mengunjungi dan memperhatikan orang lain. Setiap kita adalah bejananya Tuhan. Tetapi kalau tidak ada bejana yang perlu diisi, aliran itu tidak bisa mengalir lagi. Sebagai bejana Tuhan, kita harus saling mengisi. Kita mengisi kehidupan sesama kita dengan Firman Tuhan, dengan kasih Tuhan.
Di atas tembok-tembokmu, hai Yerusalem, telah Kutempatkan pengintai-pengintai. Sepanjang hari dan sepanjang malam, mereka tidak akan pernah berdiam diri. Hai kamu yang harus mengingatkan TUHAN kepada Sion, janganlah kamu tinggal tenang dan janganlah biarkan Dia tinggal tenang, sampai Ia menegakkan Yerusalem dan sampai Ia membuatnya menjadi kemasyhuran di bumi.
Yesaya 62:6-7
Tugas seorang pengintai adalah menjaga suatu wilayah. Mereka menjaga dari atas tembok yang paling tinggi supaya dapat melihat dari kejauhan. Sehingga mereka tahu siapa yang mau masuk ke dalam wilayah mereka. Kalau ada musuh, mereka akan meniup sangkakala supaya rakyat yang ada di dalam tembok tersebut dapat bersiap-siap. Sama halnya kalau kita menjaga diri kita dengan baik, sebetulnya kita sedang menjaga keluarga kita, gereja kita, bahkan bangsa kita.
Ada banyak orang yang berkata, “Kalau aku gak sungguh-sungguh kerja untuk keluargaku, aku tidak mengangkat keluargaku, nanti bagaimana mereka??” Kita menganggap kita sendiri yang bisa memulihkan keluarga kita. Kita bisa meninggalkan panggilan Tuhan demi menjadi superhero untuk keluarga kita. Ada banyak orang yang berusaha membuktikan diri; mereka memenuhi panggilan mereka dan panggilan dari orang tua mereka, justru mereka tidak mendapatkan tanah perjanjian yang Tuhan janjikan. Tetapi kalau kita mengikuti rencana dan panggilan Tuhan, ada mimpi Tuhan yang jauh lebih besar untuk kita dan keluarga kita. Belajar taat.. Tuhan akan turun tangan, akan ada pemeliharan Tuhan buat kita dan keluarga kita.
Menjadi seorang penjaga, kita harus melihat dari tempat yag lebih tinggi. Kita harus melihat dengan pembedaan roh. Jadilah penjaga untuk anak-anak rohani, saudara, dan teman-teman kita. Ketika ada yang mengancam kehidupan mereka, jangan diam. Lakukan sesuatu, layani mereka, dan doakan mereka. Dan ketika kita mulai melakukan itu, aliran itu akan mulai muncul. Kalau kita diam, kita akan menjadi mengalami kematian rohani karena tidak mengalirkan sesuatu. Karena itu, jangan pernah berhenti melayani Tuhan. Dan jika kita mengalirkan dari hidup kita, secara otomatis kita akan “dibersihkan dari dalam”
Apakah hari-hari ini kita menangisi jiwa-ijwa dalam doa-doa kita? Mari kita berdoa dan menangis untuk orang lain yang terhilang, tersesat, dan terluka. Sebab air mata kita seperti air yang dapat membajak tanah hati kita yang kering. Jangan biarkan hati kita menjadi tandus, tetapi terus alirkan, bahkan jadikan itu menjadi sungai yang mengalir bagi banyak orang. Mari kita melakukan pelayanan kita keluar dari tembok gereja. Pelayanan misi dan penginjilan kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Beritakan kebenaran dan keselamatan kepada mereka.
Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya.
Yehezkiel 34:16
Tugas penjaga jiwa adalah mencari mereka yang terhilang, orang yang binasa, orang yang belum diselamat. Jangan kita pasif.. Kita mencari orang yang hilang, bukan tunggu mereka datang kepada kita. Untuk mencari yang terhilang ini, perlu tindakan dari kita. Yang tersesat dibawa pulang, artinya dipulihkan, ada restorasi dalam orang itu, sehingga ada pemulihan hubungannya dengan Kristus. Yang terluka dibalut dengan kasih. Yang sakit dikuatkan. Orang sakit adalah orang yang lemah. Mari kita yang sudah kuat, belajar menguatkan yang lain. Tuhan berkata dalam Yohanes 21:15-17, bahwa kalau kita mengasihi-Nya, gembalakanlah domba-domba bagi Tuhan. Artinya ada interaksi dengan jiwa-jiwa, mengingatkan, menjaga dan merawat mereka dengan kasih Kristus. Ini adalah tugas kita semua. Mari menjaga domba-domba Tuhan. Kalau kita memiliki sesuatu yang kita jaga, maka hidup kita akan lebih bermakna.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Jangan Punya Roh Pasif
“Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.”
Wahyu 3:15-16
Roh pasif berbicara tentang tidak berbuat apa-apa ketika Tuhan meminta kita untuk berbuat apa-apa. Sama halnya dengan kisah Raja Benhadad dan Raja Ahab dalam 1 Raja-Raja 20:1-5, diceritakan bahwa Raja Ahab mengalami intimidasi karena dirinya dikepung. Dia memberikan semua yang menjadi miliknya kepada Raja Benhadad tanpa perlawanan sama sekali. Inilah salah satu gambaran dari roh pasif/ suam-suam kuku. Banyak anak Tuhan melihat sebuah perkara dan membiarkannya begitu saja; itu yang disebut dengan roh pasif.
“Maka berkumpullah segenap umat Israel di Silo, lalu mereka menempatkan Kemah Pertemuan di sana, karena negeri itu telah takluk kepada mereka. Pada waktu itu masih tinggal tujuh suku di antara orang Israel, yang belum mendapat bagian milik pusaka. Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: “Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?”
Yosua 18:1-3
Kita sudah memiliki janji dari Tuhan. Tetapi jikalau kita hanya terpesona dan terbuai dengan nubuatan dan penglihatan tanpa melakukan apa-apa untuk mendapatkannya, kita tidak akan pernah bisa meraihnya. Mengapa Tuhan menunggu Samuel dilahirkan? Mengapa Tuhan tidak memakai generasi-generasi sebelumnya untuk menyatakan kemuliaan Tuhan? Karena Bangsa Israel tidak ada inisiatif untuk mencari Tuhan. Tidak ada satupun yang berdiri dan memecahkan kebuntuan. Tuhan menunggu Samuel, seorang yang mengerti isi hati Tuhan, yang dapat memecahkan keheningan surga, dan berjalan dalam kerinduan Tuhan.
Lalu berkatalah Elisa: “Dengarlah firman TUHAN. Beginilah firman TUHAN: Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.” Tetapi perwira, yang menjadi ajudan raja, menjawab abdi Allah, katanya: “Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?” Jawab abdi Allah: “Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.”
2 Raja-Raja 7:1-2
Roh yang meragukan kerinduan Tuhan dan roh pasif adalah roh yang berbahaya di dalam gereja Tuhan. Roh ini memiliki spirit seperti orang-orang Farisi. Kita mungkin hebat tentang Firman Tuhan atau pengetahuan agama kita, tetapi ketika kita tidak melakukan Firman Tuhan, kita adalah pembohong; kita tidak bertindak apapun, tidak memiliki gairah untuk kemuliaan nama Tuhan. Ketika kita tahu kerinduan Tuhan, tetapi tidak melakukannya, kita hanya akan melihat tetapi tidak dapat menikmatinya.
Bangunlah pelayananmu di hadapan Tuhan. Jika kita rindu membangun pelayanan kita di hadapan Tuhan, kita harus bertindak sesuatu. Sekecil apapun bagian kita, lakukanlah itu dengan segenap hati untuk Tuhan. Jika kita melakukannya, maka api akan turun dari sorga dan membakar setiap pelayanan kita. Tuhan tidak memakai orang-orang pandai, tetapi orang yang mau dipakai dan bersungguh hati kepada-Nya. Sudahkan anda melakukan pelayanan Kristus didalam hidupmu?
Hatimu adalah tempat bagi Roh Tuhan. Jikalau hatimu tidak berkobar untuk Tuhan, kita sedang membuat Tuhan tidak diaktifkan dalam hidup kita.
Kita bisa melecehkan Bait Suci Tuhan. Bukan dengan perbuatan dosa, tetapi dengan tidak adanya pujian, penyembahan, dan pelayanan kepada Tuhan. Kita tidak boleh memiliki roh suam-suam kuku. Mari lumasi matamu dengan minyak dari Tuhan supaya kita dapat melihat apa yang Tuhan mau lihat. Pandang ladang-ladang Tuhan yang begitu luas di hadapanmu.
Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Roma 12:11
Orang yang hidupnya berakar dan tertanam di dalam Tuhan pasti berbuah (Matius 13:18-23).
Apakah kita berdiam diri saja ketika Iblis berusaha mencuri banyak hal dalam hidup kita dan kita? Tidak akan terjadi apa-apa tanpa kita datang kepada Tuhan: berlutut, menjerit, menangis, dan berkata “Tuhan, apa yang harus aku lakukan?” Miliki Roh yang berapi-api seperti para rasul pada jaman dahulu. Hidup mereka dipenuhi dengan Roh Kudus dan berapi-api. Tunjukkan apimu! Bagaimana dunia bisa tahu kamu memiliki gairah mencintai Tuhan, jikalau kita hanya berdiam diri dan tidak melakukan apa-apa?
Orang yang memiliki roh pasif adalah mereka yang memiliki trauma dan luka yang mendalam
Mengapa banyak orang memiliki Roh Pasif? Pertama, karena mereka memiliki trauma dan luka yang mendalam. Bereskanlah trauma dan lukamu yang mendalam, sebab luka yang menjadi begitu besar membuatmu takut untuk melangkah kembali. Kedua, karena mereka terlalu sibuk dengan kejayaan masa lalu. Mereka membanggakan “ayah dan ibuku kaya… dulu kakekku konglomerat,” dsb. Kejayaan masa lampau akan membuat kita terlena, dan kita merasa bahwa kita akan baik-baik saja. Kita ini sedang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan; beritakan Injil sampai ke ujung-ujung bumi. Kita harus mempunyai visi untuk menjangkau dan merawat jiwa-jiwa bagi Kristus!
“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”
Matius 13:44-46
Sudahkah engkau melakukannya? Yesus adalah mutiara paling berharga bagi kita. Apakah kita sudah beri seluruh hidup kita untuk kemuliaan nama Tuhan? Jika engkau melihat Yesus hari ini, engkau akan melihat Yesus akan menjangkau yang letih lesu, berbeban berat, dan yang terhilang; Dia tidak membangun mimpi dan kerajaanNya sendiri. Dia menyelamatkan yang terhilang. Jikalau engkau memiliki Roh Kudus di dalam dirimu, tunjukkan itu pada dunia bahwa engkau sungguh-sungguh memiliki kasih Tuhan! Janganlah engkau menjadi orang yang hanya bisa berkata-kata, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Dalam 2 Korintus 11:1-4, Paulus mengecam jemaat di Korintus. Mereka begitu pasif dengan Yesus lain yang diberitakan.Mereka menerima begitu saja tanpa perlawanan. Mereka pasif melihat setiap ketidakbenaran di sana; mereka tidak melakukan apa-apa.
Orang-orang Farisi tidak pernah peduli dengan orang-orang sakit di jalan. Mereka hanya mematuhi apa yang ada di dalam Kitab Taurat. Mereka tidak akan mau menolong orang lain pada hari sabat. Jangan menjadi kristen-kristen Farisi! Mereka begitu bangga dengan pengetahuan, padahal pengetahuan yang kita miliki akan lenyap. Tetapi kasih tidak berkesudahan. Apakah kamu memiliki kasih dalam hidupmu? Kristus adalah kasih. Barangsiapa tidak memiliki kasih, dia tidak memiliki Kristus.
Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
2 Timotius 4 :5
Tunaikan tugas pelayananmu! Mari menginjil dan menangkan jiwa-jiwa dengan apa yang kemampuan yang kita miliki. Tuhan sedang berusaha untuk memanggil Samuel-Samuel muda yang mau mendengarkan apa yang menjadikan kerinduan Tuhan. Pada zaman Para Rasul, mereka rela memberitakan Injil walaupun mereka dianiaya; mereka memiliki api yang murni dari surga. Apa kita akan membiarkan iblis mengambil alih keluarga kita? Tidak! Ayo bangkit dan lawan. Tidak ada Rasul yang membiarkan diri mereka tanpa melakukan perlawanan yang kudus karena ketidakbenaran.
Kerinduan Tuhan dimulai dari hari ini; Jangan tunggu besok. Buang roh pasif dalam hidupmu. Memenangkan jiwa adalah intipati dari kekristenan. Lahirkan generasi-generasi yang takut akan Tuhan, yang akan memporak-porakporandakan negeri ini. Aku mau berikan hidupmu utk Tuhan. Mari tunaikan tugasmu sebagai pemberita Injil dan akhiri pertandingan dengan baik dan benar. Marilah kita hidup untuk Kristus, dan jangan tidak melakukan apapun. Bawa Tuhan tinggal dalam hidup kita. Buat spirit yg berbeda, buat sukacita yang berbeda, dan layani dengan api dari sorga!
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Evie Mehita : Katakan “TIDAK!” Pada Roh Pasif
Alkisah ada seorang bapa yang memiliki dua anak laki-laki. Suatu ketika, ia pergi dan menyuruh anaknya yang pertama untuk mengerjakan kebun anggurnya. Si sulung dengan enteng mengiyakan, namun di akhir hari, ia tidak melangkahkan kakinya untuk melaksanakan amanat bapanya. Kemudian pergilah juga bapa tersebut pada anak keduanya. Si bungsu mengatakan dengan tegas bahwa ia enggan mengerjakan pekerjaan itu. Namun akhirnya, ia pun menyesal dan melakukan permintaan sang bapa.
Kutipan kisah dalam Matius 21:28–32 ini dapat menggambarkan dua sikap yang dilakukan satu orang pada waktu yang berbeda. Di satu waktu, kita bisa menjadi anak yang begitu manis pada awal perjalanan. Lalu datanglah badai pencobaan dan ketika iman kita diuji, kita dengan segera melupakan janji awal kita kepada Bapa Sorgawi. Pada saat yang lain, kita bisa menjadi anak yang begitu bandel dan ogah-ogahan ketika kita perlu memberikan nazar yang pasti. Tetapi pada saat yang menentukan, kita bisa merasa menyesal dan bertobat, kembali mengerjakan kerinduan Bapa Sorgawi kita. Dalam kelanjutan ilustrasi ini, diceritakan bahwa anak yang terakhirlah yang melakukan kehendak bapa. Tetapi yang menjadi sorotan kita pada kesempatan ini ialah sikap si sulung: bagaimana bisa seorang yang demikian tidak melakukan kehendak bapa?
Jawabannya terletak pada roh pasif. Apa sih roh pasif itu? Wahyu menyatakan secara implisit bahwa roh pasif merupakan keadaan stagnan akibat sikap suam-suam kuku. Roh pasif ialah keadaan ketika kita tidak melakukan apa-apa saat Tuhan menginginkan kita bergerak untuk mimpi-Nya. Tuhan sangat tidak menyukai keberadaan roh pasif, sampai-sampai Ia akan memuntahkan orang yang demikian dari mulut-Nya.
“Dan, kepada malaikat jemaat di Laodikia tuliskanlah: Inilah perkataan Sang Amin, saksi yang setia dan benar, awal dari segala ciptaan Allah: Aku tahu perbuatan-perbuatanmu, bahwa kamu tidak dingin ataupun panas. Alangkah baiknya jika kamu dingin atau panas.
Jadi, karena kamu hangat, tidak panas ataupun dingin, Aku akan memuntahkanmu dari mulut-Ku.
Wahyu 3:14-16
Roh pasif bisa berupa:
- Roh ketakutan.
Sebagai raja umat pilihan Allah, Ahab seharusnya menggantungkan diri kepada Bapa ketika mendapat intimidasi yang sangat besar. Terkepung dari segala arah oleh pasukan raja Aram bernama Benhadad, Ahab tidak melakukan apa-apa sama sekali, membiarkan dirinya tenggelam dalam roh ketakutan dan membiarkan kerajaannya direnggut. Roh ketakutan akan berujung pada roh pasif yang tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Tuhan.
- Roh kemalasan.
“Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan kepadamu oleh Tuhan nenek moyangmu?”
Yosua 18:3
Roh pasif bisa berupa roh kemalasan. Seperti ilustrasi pada bagian prolog, si sulung bisa saja berapi-api di awal, namun kemalasan bisa menerjang dirinya sehingga ia tidak mengerjakan apa yang dikehendaki oleh Tuhan. Terkadang, ladang sudah siap dipanen, tetapi roh pasif berupa kemalasan pribadi kita akan menghambat pertumbuhan jiwa dan roh kita dalam Tuhan.
- Roh yang meragukan kerinduan Tuhan
Dalam 2 Raja-raja 7:1–18, seorang ajudan raja menunjukkan kebimbangan atas sabda Tuhan yang disampaikan melalui nabi Elisa. Seperti Thomas yang tidak percaya, Elisa menyatakan kepada ajudan itu bahwa sesungguhnya orang yang tidak percaya akan ikut menyaksikan kuasa Allah, tetapi tidak akan ikut menikmati bagian di dalamnya. Roh pasif dan sikap yang tinggal diam saja akan membuat kita melewatkan begitu banyak hal dalam rencana Bapa. Ketika kita tidak percaya, Tuhan pun tidak akan menaruh tonggak kepercayaan-Nya dalam diri kita.
Cinta kepada Tuhan itu bagaikan api yang membara. Oleh karena itu, roh pasif dan suam-suam-suam kuku akan membunuh dan membinasakan api cinta itu. Bagaimana seseorang dapat mempertahankan kasih dengan bersikap pasif? Bahwasanya cinta berbicara tentang pengorbanan nyata terhadap orang yang kita kasihi. Tuhan menghendaki orang yang berapi-api untuk memiliki buah berkali-kali lipat, tetapi orang yang suam-suam kuku tidak berakar dengan benar. Seperti yang diberitakan Paulus dalam Roma 12:11, #JanganKasihKendor atas ketekunan dan kerajinan kita dalam Tuhan! Haleluya!
- Published in Sermons