Khotbah Pdm. Christin Jedidah : Seperti Apa Orang Farisi Itu?
Orang farisi adalah orang yang sangat taat pada aturan-aturan dalam kitab taurat dan memegang teguh adat istiadat perjanjian lama bahkan sampai pada aturan-aturan terkecil. Ketika aturan-aturan tersebut dilanggar, mereka merasa akan mendapat hukuman yang sangat berat sehingga hal ini membuat mereka takut.
Orang farisi termasuk golongan orang yang sangat dihormati. Mereka terdiri dari orang-orang yang berpengaruh dan orang-orang tingkat menengah yang begitu banyak bergaul dengan masyarakat di sekitarnya. Sedangkan orang saduki termasuk dalam golongan orang yang juga memiliki pengaruh besar tetapi biasanya berasal dari golongan orang menengah ke atas sehingga jarang sekali bergaul dengan masyarakat.
Orang farisi, orang saduki dan ahli-ahli taurat sangat memelihara hari sabat, aktif berpuasa dan melakukan kegiatan keagamaan tetapi Tuhan begitu mengecam mereka bahkan Yohanes pembaptis juga sangat mengecam mereka karena apa yang mereka lakukan tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Tuhan (Matius 3:7-10).
Mereka hanya sekedar tahu dan melakukan apa yang diperintahkan oleh hukum taurat tanpa motivasi yang benar dan hanya menaruh perhatian pada hal-hal lahiriah sehingga hidup mereka tidak menghasilkan buah.
Orang farisi juga seringkali merasa bahwa mereka adalah orang paling benar serta tidak pernah berbuat dosa sehingga mereka menyombongkan diri dan tidak mau mengakui kesalahannya di hadapan Tuhan (Lukas 18:9-14). Oleh karena itu firman Tuhan berkata bahwa orang farisi tidak akan masuk ke dalam kerajaan sorga jika tidak menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan.
Dalam kehidupan kita sebagai orang percaya apakah kita juga hanya menaruh perhatian pada hal-hal lahiriah saja?
Kita mungkin datang dan aktif ke gereja lalu menganggap bahwa diri kita rohani. Kita melayani Tuhan atau penginjilan, dianggap terpandang oleh teman-teman kita lalu merasa bahwa kita telah mendapatkan keselamatan tetapi tetap hidup dalam dosa, menyimpan banyak kepahitan dan luka serta tidak pernah mengalami perubahan. Jangan sampai kita menjadi orang yang sombong rohani yang merasa bahwa diri kita baik-baik saja. Kita perlu untuk mengakui segala kesalahan dan kelemahan kita dihadapan Tuhan agar bisa mengalami pemulihan.
Kita juga perlu untuk mengalami perubahan terus menerus dalam hidup kita serta mau selalu diubahkan oleh Tuhan seperti emas yang akan selalu dimurnikan agar semakin bersinar dan hal itu tidaklah mudah karena harus melalui proses yang berulang kali. Oleh karena itu, firman Tuhan berkata bahwa hidup keagamaan kita harus lebih benar dari orang farisi dan tidak hanya sekedar memandang hal-hal lahiriah saja (Matius 5:20).
Orang farisi juga merupakan orang-orang munafik yang tidak bisa melakukan apa yang mereka katakan, mereka kelihatannya seperti orang-orang yang taat tapi sebenarnya mereka adalah penyesat-penyesat rohani (Matius 23:3-26).
Orang farisi kelihatannya baik dari luar tetapi dalam hatinya begitu busuk, mereka hanya mencari kepentingan mereka sendiri tetapi tidak benar-benar memahami apa yang menjadi kerinduan Tuhan serta suka memprotes dan mengkritik semua pekerjaan Tuhan. Begitu pula dengan orang saduki yang tidak percaya pada hal-hal supranatural, tidak percaya akan adanya kebangkitan setelah kematian dan tidak percaya pada kebangkitan Tuhan Yesus. Oleh karena itu bahaya sekali orang-orang seperti mereka di akhir zaman ini, mereka merasa dirinya paling benar, tidak pernah mau bertobat, paling rohani dan seolah-olah menuntun orang lain kepada kebenaran tetapi sesungguhnya adalah penyesat.
Sebagai anak-anak Tuhan hendaklah kita menjadi orang yang memiliki integritas, tidak hanya sekedar bisa bicara tetapi juga bisa melakukan serta mau belajar untuk memahami apa yang menjadi kerinduan Tuhan.
Jangan sampai kita melakukan segala sesuatu karena kewajiban, hal itu dapat membuat kita penuh dengan luka dan menjadi kecewa kepada Tuhan jika tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Lakukanlah segala sesuatu karena kita benar-benar mengasihi Tuhan sehingga ada sukacita dalam hidup kita dan kita dapat menghasilkan buah yang benar dihadapan Tuhan karena dari buahlah kita akan dikenal.
Sudahkah kita menghasilkan buah dalam hidup ini? Apakah buah yang kita hasilkan seperti orang farisi yang selalu meninggikan diri, merasa paling benar, tidak mau ditegur dan disalahkan ataukah kita menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan kita.
- Published in Sermons