Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Kedekatan dengan Tuhan Membawa Perubahan
2 Tawarikh 9:1-12 bercerita mengenai kunjungan Ratu Syeba. Ratu Syeba sangat tertegun dan kagum dengan hikmat yang dimiliki Salomo serta apa yang dilakukannya dalam tatanan kerajaannya. Ia kagum dengan bagaimana kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi kerajaan yang berubah dalam Kerajaan Salomo. Salomo telah berhasil mengubah tradisi-tradisi kerajaan yang tidak bisa diubah oleh generasi sebelumnya.
Mengubah tradisi bukanlah hal yang mudah. Tanpa otoritas dan hikmat dari Tuhan, Salomo juga tidak bisa mengubah tatanan dan tradisi yang sudah diwariskan turun temurun. Kita akan kesulitan mengubah tradisi jika tidak memiliki otoritas, namun otoritas hanya diberikan kepada seseorang yang memiliki kapasitas untuk itu.
Perubahan dimulai dengan kedekatan kepada Tuhan yang memberikan hikmat
Salomo adalah raja yang penuh dengan hikmat. Tanpa kedekatan dengan Tuhan, hikmat itu tidak akan ada. Tuhan memberikan hikmat kepada Salomo karena ia memiliki kapasitas, tidak hanya menerima hikmat, namun juga menggunakannya untuk membawa perubahan dan menyenangkan hati Tuhan.
Banyak hikmat-hikmat palsu yang berasal dari iblis. Iblis memberikan godaan dengan tipu daya dunia yang menyenangkan daging, seperti kekayaan dan tahta, namun semuanya itu adalah semu. Jika kita tidak dekat dengan Tuhan sebagai sumber hikmat yang sejati, kita akan mudah tertipu dan disesatkan. Lawan dari hikmat adalah kebodohan, dan banyak orang yang bodoh karena tidak dekat dengan Tuhan. Ketika kita mencari dunia dan segala keinginannya, kita akan binasa.
Bukan hal yang salah jika kita berfokus untuk mencari kekayaan demi meningkatkan kualitas keluarga, yang berbahaya adalah jika kita tidak melibatkan Tuhan dalam proses mencapai tujuan tersebut. Kita akan terjebak pada usaha-usaha menjaring angin.
Tipu daya dunia memang menyenangkan, tetapi Tuhanlah sumber pemuasan kita yang sejati. Mari kita meletakkan fokus kita hanya kepada Tuhan dan mengejar hikmat dari Tuhan.
Yesus telah memberikan contoh yang baik dan sempurna. Yesus senantiasa mencari Bapanya, memiliki hubungan dengan Bapa. Demikian juga kita, kita harus membangun hubungan yang dekat dengan Bapa, memiliki koneksi dengan Tuhan, sehingga kita tidak mudah disesatkan, seperti penjual emas akan mudah mengetahui emas yang asli dan palsu. Tanpa kedekatan dengan Tuhan, kita tidak akan tahu pengajaran-pengajaran yang salah dan menyesatkan yang merusak gereja Tuhan di akhir jaman ini.
Hikmat dari Tuhan menghasilkan perubahan yang menyenangkan Tuhan
Hikmat dari Tuhan berbanding lurus dengan perubahan kepada Kristus. Walaupun Salomo memiliki hikmat yang luar biasa, jika ia tidak mau berubah, tidak akan ada perubahan. Seseorang yang berkata mendapat hikmat dari Tuhan, tetapi tidak mau berubah untuk menyenangkan Tuhan, itu tidak mungkin. Ada transformasi dalam kehidupan mengikuti Kristus. Kalau tidak ada perubahan, artinya kita belum mengikuti Kristus.
Banyak orang memisahkan perkara-perkara rohani dengan perkara-perkara sekuler. Namun Firman Tuhan berkata bahwa kita adalah garam dan terang dunia, yang artinya kita memberi pengaruh kepada dunia. Jika kita memisahkan perkara rohani dengan perkara sekuler, bagaimana kita bisa memberi pengaruh kepada dunia. Tuhan tidak pernah memisahkan perkara dunia dan perkara sekuler, kita harus menjadi pelaku Firman Tuhan di manapun kita berada.
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. – Matius 5:13-16
Mengubah kebiasaan akan menimbulkan pertentangan dari banyak orang. Tetapi hendaknya kita tetap teguh pada kebenaran dan bersandar pada hikmat dari Tuhan. Kita berikan yang terbaik untuk Tuhan, baik sikap hidup kita, cara kita berbicara, cara kita melayani Tuhan. Hadirat Tuhan akan dinyatakan ketika kita senantiasa mengutamakan Tuhan.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Pdm. Silvia Marryasa Hannah : Perhatikan dengan Siapa Anda Bergaul
“Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Sadarlah kembali sebaik-baiknya dan jangan berbuat dosa lagi! Ada di antara kamu yang tidak mengenal Allah. Hal ini kukatakan, supaya kamu merasa malu.” (
1 Korintus 15:33-34
“Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang yang bebal menjadi malang.” (Amsal 13:20)
Jika kita bergaul dengan orang bijak, maka kita akan menjadi bijak. Jika kita bergaul dengan orang bebal, maka kita akan menjadi malang. Satu hal yang perlu kita perhatikan dalam hidup ini adalah dengan siapa kita bergaul hari ini, menentukan kehidupan kita di masa mendatang. Tentu hal ini juga berlaku sebaliknya, jika kita bergaul dengan orang yang takut akan Tuhan, orang yang mencintai Tuhan, melayani dan memberikan hidupnya sepenuhnya bagi Tuhan, maka hidup kita juga akan seperti itu. Bukan berarti kita sedang membeda-bedakan dengan siapa kita berteman dan tidak mengasihi orang lain, tetapi terkadang kita tidak menyadari bahwa pergaulan sangat mempengaruhi kehidupan kita.
Pesan ini disampaikan kepada jemaat di Korintus. Bukan jemaat yang tidak mengenal Tuhan, tetapi justru jemaat yang kehidupannya sudah dibangun untuk mengenal Tuhan. Kenapa? Karena nyatanya, sekalipun kita merupakan seorang Kristen yang sudah lama pergi ke gereja dan melayani Tuhan, pergaulan yang buruk bisa merusakkan segala kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah kita miliki.
-
Salomo
“Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het, padahal tentang bangsa-bangsa itu TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: “Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.” Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta” (1 Raja-Raja 11:1-2).
Tidak dalam satu malam Salomo meninggalkan Tuhan dan mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain. Pergaulannyalah yang melakukan itu. Ia bergaul dengan perempuan-perempuan bangsa asing yang membuatnya menyimpang dari Tuhan. Sekalipun Tuhan sudah memperingatkan, tetapi hati Salomo sedang tertuju kepada perempuan-perempuan yang tidak takut akan Tuhan. Apakah penting memperhatikan dengan siapa kita bergaul hari-hari ini? Tentu saja!
-
Lot
Keponakan Abraham, Lot, memilih untuk tinggal di lembah Yordan dan dekat gerbang Sodom dan Gomora, kota yang penuh dengan dosa amoral yang sangat tinggi. Lot adalah seorang yang benar, tetapi ia memiliki pilihan dengan siapa ia bergaul. Sudahkah kita berdoa sebelum kita memilih? Lot mengandalkan apa yang ia lihat dan yang ia rasa baik. Banyak hal yang harus ia tanggung karena bergaul dengan orang Sodom.
dan ia berkata: “Saudara-saudaraku, janganlah kiranya berbuat jahat. Kamu tahu, aku mempunyai dua orang anak perempuan yang belum pernah dijamah laki-laki, baiklah mereka kubawa ke luar kepadamu; perbuatlah kepada mereka seperti yang kamu pandang baik; hanya jangan kamu apa-apakan orang-orang ini, sebab mereka memang datang untuk berlindung di dalam rumahku.” (Kejadian 19:7-8)
Ayat 7-8 menunjukkan bahwa moral Lot telah sama seperti orang Sodom dan Gomora pada umumnya. Ia menjual anak-anaknya perempuan untuk diperkosa. Ini menunjukkan bahwa pergaulan kita dapat menjadikan diri kita seperti apa. Lot awalnya seorang yang benar dan mempercayai Tuhan, tetapi ia salah memilih pergaulan. Lot diselamatkan, tetapi ia harus kehilangan istri dan kedua menantunya.
Lot membawa kedua anaknya perempuan. Kedua anaknya memiliki darah Sodom dan Gomora, sebab istri Lot berasal dari bangsa Sodom. Anak-anaknya yang masih terbiasa dengan perilaku kota Sodom, membuat ayahnya mabuk dan tidur dengan ayahnya. Lahirlah bangsa Moab dan Amon, yang menjadi musuh bangsa Israel di kemudian hari. Nama Lot kemudian tidak lagi dicatat setelah kejadian tersebut.
Lot merasa kuat, ia merasa tidak masalah dekat-dekat dengan orang Sodom dan membawanya pada kebinasaan. Kita juga mungkin sering merasa kuat, tidak memilih-milih pergaulan, tanpa kita sadari kita mulai menjadi serupa dengan dunia.
-
Bileam
Bileam adalah seorang nabi Tuhan, tetapi ia bergaul dengan Balak. Ketika Balak mengutus pemukanya untuk mengutuki bangsa pilihan Tuhan, ia goyah, apalagi mendapat imbalan yang besar. Bileam bisa langsung menolak, tetapi karena hati dan pikirannya tidak tertuju pada Tuhan, ia goyah dan menyuruh pemuka-pemuka untuk bermalam sekali lagi. Ia tidak dapat dengan tegas menolak, meski sudah tahu apa yang Tuhan mau, karena pergaulannya dengan Balak. Bileam memang tidak mengutuki bangsa Israel, tetapi dari Bileam, bangsa Israel dibujuk untuk menyembah allah-allah lain.
Bukankah perempuan-perempuan ini, atas nasihat Bileam, menjadi sebabnya orang Israel berubah setia terhadap TUHAN dalam hal Peor, sehingga tulah turun ke antara umat TUHAN. (Bilangan 31:16)
Bangsa Israel berubah setia karena perempuan-perempuan yang dikirim oleh Balak atas saran dari Bileam. Bangsa Israel bergaul dengan perempuan-perempuan tersebut dan berbalik menyembah allah lain.
Hari ini kita mungkin berkata bahwa kita adalah seorang Kristen yang takut dan mengasihi Tuhan. Tetapi jika kita tidak sungguh-sungguh mengarahkan hati kita kepada Tuhan dan terus membiarkan pergaulan yang buruk itu masih ada dalam kehidupan kita, maka pergaulan yang buruk itu akan merusakkan setiap kebiasaan baik yang kita miliki dan membuat kita secara perlahan semakin menjauh bahkan meninggalkan Tuhan.
Memperhatikan dengan siapa kita bergaul hari-hari ini, itu artinya kita peduli dengan masa depan kita.
Tuhan Yesus memberkati.
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Evie Mehita : Pengorbanan Yesus yang Membebaskan
Kita diselamatkan saat kita mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. “Juru Selamat” artinya kita percaya Tuhan sebagai penebus kita. PengorbananNya bagi kita di atas kayu salib menebus setiap dosa dan pelanggaran kita.
Ada 7 peristiwa yang Yesus lewati sebelum Dia di salib yang perlu menjadi perenungan bagi kita semua :
1. Pakaiannya ditanggalkan (Mat. 27:28)
Pasukan yang menangkap Yesus menanggalkan jubah Yesus. Ketelanjangan melambangkan kehinaan dan rasa malu. Akibat dari dosa adalah rasa malu. Di Kejadian 3:8-10, Saat manusia jatuh dalam dosa, mereka mendapati diri mereka telanjang dan menjadi malu (Kej. 3:8-10). Sejak manusia memakan buah pengetahuan, mata mereka terbuka dan mereka menyadari bahwa tidak ada cover yang menutupi mereka lagi.
Seorang yang melakukan dosa/ kesalahan sewajarnya merasa malu. Seperti kisah anak yang hilang; Dia tahu dia berdosa, dan dia malu datang kembali kepada bapanya. Namun akhirnya dia kembali kepada bapanya, karena dia tahu bapanya akan menerima dia kembali. Yesus menggantikan rasa malu dan hina kita akibat dosa yang kita lakukan.
Sadari keadaan kita.
Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang (Wahyu 3:17)
2.Dikenakan jubah ungu (Mat. 27:28)
Jubah ungu adalah jubah yang dipakai raja-raja yang pada saat itu mahal harganya. Sehingga ada kemungkinan Yesus dikenakan jubah tentara romawi yang berwarna merah. Jubah warna merah artinya penebusan, pengampunan. Seperti dalam Yesaya 1:18 dikatakan dosa kita merah seperti kirmizi, tetapi Tuhan menjadikannya putih seputih salju. Darah Yesus menyucikan, menebus, dan memberi pengampunan atas dosa kita.
3.Dipakaikan mahkota duri (Mrk. 15:17)
Ini adalah penghinaan bagi Yesus. Seorang Raja seharusnya menggunakan mahkota yang terbuat daro emas, tetapi Yesus dipakaikan mahkota duri. Duri melambangkan kutuk, kesengsaraan, dan penderitaan. Yesus menanggung kutuk manusia supaya kita ditebus dan menjadi orang yang bebas.
4.Diberikan buluh di tangan kananNya (Mat. 27:29)
5. Diolok-olok dan diberi salam sebagai “Raja Yahudi” (Mat. 27:29)
6. Diludahi (Mat. 27:30)
7. Dipukul (Mat. 27:30)
Mereka memukulkan buluh ke kepala Yesus sehingga duri-duri di mahkota yang dipakaikan kepadaNya semakin masuk dan menyakiti Yesus.
Marilah kita membawa setiap kehidupan kita di hadapan Tuhan. Tuhan sanggup memulihkan, menyucikan dan membebaskan setiap kita.
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Christin Jedidah : Anak Tuhan Punya Integritas
Orang yang berintegritas memiliki ketetapan hati dan melakukan apa yang menjadi ketetapan hatinya (Daniel 1:8-21)
Orang yang berintegritas adalah orang memiliki kerendahan hati (Daniel 2:1-49)
Orang yang berintegritas tetap memilki iman kepada Tuhan dalam keadaan apapun (Daniel 3:1-30)
Orang yang berintegritas adalah orang yang memiliki ketulusan hati (Daniel 5:1-22)
Menjadi orang yang tulus hati artinya melakukan kebaikan untuk orang lain dengan ikhlas, bukan karena ingin mendapat imbalan/balasan. Sama dengan kasih Yesus yang tak bersyarat kepada setiap kita, hendaklah kita melakukan segala sesuatu tanpa mengharapkan balasan.
Daniel dapat dipercaya, setia dan tidak bercacat cela (Daniel 6)
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Elita Chandra : Hati yang Degil
Dalam kitab Markus, Tuhan Yesus menegur murid-murid-Nya karena memiliki “hati yang degil”. Apa itu hati yang degil? Hati yang degil artinya hati yang menebal, hati yang tumpul dan tidak berpengertian.
Kedegilan hati berbicara ketidakpercayaan kepada Tuhan
Kedegilan hati bukan hanya berbicara tentang pemberontakan, tetapi juga berbicara hati yang tidak percaya dan penuh keraguan. Murid Yesus telah banyak menyaksikan mujizat yang Yesus lakukan, tetapi mereka tidak percaya; hati mereka degil. Mereka melihat mujizat Yesus memberi makan 5000 orang dan tersisa 12 bakul penuh, namun dalam kisah Yesus berjalan di atas air di Markus 6:45-52 dikatakan bahwa mereka tetap tidak mengerti, dan hati mereka tetap degil (Mark. 6:52).
Di kisah selanjutnya, murid Yesus kembali menyaksikan mujizatNya memberi makan 4000 orang dan tersisa 7 bakul (Mark.8:1-10), namun Yesus menegur mereka akan kedegilan hati mereka saat Yesus menceritakan tentang ragi orang Farisi dan ragi Herodes; Mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan, mereka hanya berfokus pada roti yang tidak mereka bawa (Mark. 8:14-21).
Hati kita degil ketika menuntut Tuhan melakukan apa yang kita inginkan
Kedegilan murid Yesus juga diceritakan dalam Yohanes 6:30-36. Ketika Yesus menceritakan tentang Roti Hidup, mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan. Mereka terus berpikir tentang roti yang dapat mengenyangkan mereka, bukan Yesus sebagai Roti Hidup yang memberikan kehidupan kekal.
Adakah kita seperti murid-murid Yesus? Kita mungkin orang yang mengalami Tuhan, tetapi kita menuntut Yesus menjadi figur yang sesuai dengan pikiran kita. Kita menuntut Yesus memberi kita “roti”, namun ketika Dia tidak memberikannya, kita menjadi tidak percaya dan meragukan Tuhan. Kita menuntut kasih Tuhan seperti yang kita mau, kita mengkoreksi kasih Tuhan.
Kita seringkali mengkoreksi kasih Tuhan, padahal kasihNya kepada kita tidak pernah berubah dalam hidup kita. Kitalah yang seharusnya mengkoreksi kasih, kesetiaan dan iman kita kepada Tuhan.
Cara pikir kita yang salah membuat hati kita menebal dan tumpul. Ketika hati kita menebal dan tumpul, maka kebaikan dan mujizat Tuhan nampak biasa saja. Demikian pula dengan murid Yesus; Mereka mengharapkan penyertaan dan kebaikan Tuhan versi mereka. Sehingga kebaikan yang Tuhan berikan dianggap biasa saja, karena tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Hati kita degil karena tidak berfokus kepada Tuhan.
Seorang yang memiliki fokus terhadap sesuatu otomatis akan peka dengan hal tersebut. Namun Murid Yesus tidak fokus kepada Yesus. Itulah yang membuat mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan. Sudahkah kita berfokus dengan kerinduan Tuhan dalam hidup kita? Jikalau kita berfokus, maka kita akan menjadi peka dengan pekerjaan-pekerjaan Tuhan; Kita akan diberikan pengertian untuk mengerti rencanaNya.
Hati kita degil karena ketidaktaatan
Kedegilan berkaitan erat dengan kebodohan dan orang yang tidak mengenal Tuhan (Efesus 4:17-20). Kebodohan bukan tentang tahu atau tidak, tetapi tentang kita mau taat atau tidak: Sebab kita bisa tahu, belum tentu kita mau taat. Kita bisa menjadi orang bodoh bukan karena kurang pengetahuan, tetapi karena hawa nafsu yang membuat hati menjadi tumpul (Ef.4:19), bebal, dan tidak mau diajar; Karena itu, pengertian kita perlu diterangi oleh kebenaran; Dengan menempatkan kebenaran sebagai sesuatu yang utama dalam hidup kita. Minta Tuhan mengubahkan hati dan pikiran kita.
Tuhan ingin kita taat akan perintahNya, tetapi terkadang Tuhan membiarkan kita dengan pilihan kita karena kita keras hati.
Tuhan menegur Bileam melalui seekor keledai karena ketidaktaatannya; Bileam bisa mendengar apa yang Tuhan katakan untuk tidak mengutuki bangsa Israel, dia mengiyakan dengan mulutnya, tetapi ia tetap pergi bersama Balak yang memintanya mengutuki bangsa Israel. Dia bahkan tidak tahu bahwa ada malaikat, sekalipun dia adalah nabi yang bisa mendengar suara Tuhan (Bilangan 22:4-41).
Janganlah kita menjadi keras hati, tetapi biarlah kita diterangi oleh kebenaran dari Tuhan. Memiliki pengetahuan saja tidak cukup, tetapi kita harus memiliki hati yang taat.
Dalam ketaatan, kita mendapat pelajaran dari setiap musim dalam hidup kita. Dalam mengikut Tuhan, kedagingan kita memang akan dikikis. Tetapi ketaatan itu indah di mata Tuhan. Kebenaran kadang memang menyakitkan, namun itu baik dan akan memurnikan setiap kita.
Mengikuti jalan Tuhan bukan berarti kita kehilangan kebahagiaan.
Anak bungsu berpikir tentang kebahagiaan versinya, sehingga dia pergi jauh dari rumah. Padahal kebahagiaan yang sejati justru ada di dalam rumahnya, sebab di rumah bapanya sudah tersedia semua yang terbaik baginya; Dia memiliki pengertian yang gelap akan sebuah kebahagiaan.
Pengertian yang gelap tentang kebahagian versi kita membuat kita berpikir bahwa perintah Tuhan menjadi sebuah penghalang kebahagiaan kita. Kita perlu menyelaraskan pikiran kita tentang kebahagiaan dengan kebahagiaan yang sudah Tuhan sediakan.
Miliki sikap hati yang benar di hadapan Tuhan. Biarlah hati kita diterangi oleh kebenaranNya yang membuat hati kita memiliki pengertian akan kehendakNya yang sempurna dalam hidup kita.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Kembali Kepada Panggilan Tuhan
Bacaan : Kejadian 28 – 35
Yakub seringkali mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Sebuah perjumpaannya dengan Tuhan melalui mimpi; Dimana dia melihat malaikat Tuhan naik turun melalui tangga yang ujungnya sampai ke langit (Kej. 28 :12). Yakub menamai tempat itu Betel, disana Tuhan memberikan janji penyertaan-Nya kepada Yakub (Kej 28:13-17, 19). Perjumpaannya dengan Tuhan membuat Yakub takjub dan menyembah Tuhan. Namun Yakub seringkali lari mengingkari panggilan Tuhan dan pergi meninggalkan Betel.
Beberapa kali Yakub melarikan diri dan tidak mengindahkan panggilan Tuhan untuk kembali ke Betel, bahkan ia bergumul dengan Tuhan (Kej 32:22-32). Dia juga mendirikan mezbah bagi Tuhan, tetapi ia tidak mengambil bagian di dalamnya (Kej. 33:20). Dia menggunakan pikirannya pribadi daripada panggilan Tuhan atas hidupnya.
Seringkali kita bisa bertindak seperti Yakub. Kita mungkin sering mengalami Tuhan di KKR atau di retreat-retreat, tetapi kita lari dari panggilan dan kasih Tuhan dalam hidup kita. Kita menjadi orang dalam pelarian demi pelarian hanya untuk tujuan kita pribadi, atau kita sebenarnya menjadi bagian dari orang-orang yang hatinya tertuju kepada panggilan Tuhan, tetapi lebih melakukan suara dari pikiran kita pribadi daripada suara Tuhan.
Yakub tidak kunjung kembali ke Betel karena negeri itu lebih menarik hatinya (Kej 33:18-19).
Hal itu menurun kepada anak-anaknya. Meskipun Tuhan sudah melarangnya, tetapi mereka tetap bergaul dengan orang-orang Shikem yang suka akan berhala. Peristiwa Dina dan Shikem (Kej 34:1- 31) mencemarkan nama baik Yakub. Tuhan ijinkan Yakub mengalami proses sedemikian rupa supaya dia mengerti akan kasihNya dan membawanya kepada panggilan yang semula.
Tidak ada kekerasan hati kita yang tidak dapat Tuhan hancurkan.
Yakub orang yang keras dalam prinsip, tetapi sanggup Tuhan hancurkan untuk membuatnya kembali kepada panggilan Tuhan atas hidupnya. Saat dia menyadarinya, pemulihan terjadi atas keluarganya (Kej 35:1- 15).
Yang dapat kita pelajari dari kisah Yakub adalah :
1. Orang yang berjumpa dengan Tuhan belum tentu memberikan hidupnya bagi Tuhan. Diperlukan hati yang mau menerima panggilan-Nya.
2. Jangan mendirikan mezbah tetapi tidak mau masuk di dalamnya. Artinya jangan hanya tahu panggilan Tuhan, tetapi juga melakukannya.
3. Melarikan diri dari panggilan Tuhan hanya akan membawa kita kepada proses-proses yang seharusnya tidak kita lalui kalau kita taat.
Mari kembali kepada hati dan panggilan Tuhan!
Terus lakukan sekalipun ditolak, terus melayani sekalipun tidak dilayani. Seperti Yesus yang tahu bahwa Yudas akan berkhianat, dan Petrus akan menyangkali Dia. Tetapi Tuhan tetap menjadikan mereka muridNya, bahkan membasuh kaki mereka. Bahkan Yesus tetap memakai Petrus untuk membangun jemaatNya. Itulah hati Tuhan. Tuhan akan memakai kita dan mengejar kita untuk menggenapi panggilan dan rencanaNya.
Mari kembali ke “Betel” kita, kembali kepada panggilan dan kasih-Nya. Mungkin kita merasa “Betel” kita sudah sangat jauh, kita sudah jauh dari Tuhan. Tetapi buatlah sebuah keputusan besar untuk berbalik. Seperti Yakub dipulihkan, demikian kita akan dipulihkan. Kenali kasih-Nya, kenali hati-Nya, dan jangan melarikan diri dari panggilan-Nya!
Ps. Daniel Hadi Shane
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Pdm. Christin Jedidah : Murid Palsu
Banyaknya mujizat yang dilakukan Yesus membuat banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka yang mengaku murid Kristus, tetapi mereka bukanlah murid Kritus yang sejati; Mereka adalah murid-murid palsu.
Banyak dari murid palsu itu meninggalkan Yesus karena perkataan Yesus yang keras (Yoh. 6:60-65).
Mereka tidak percaya kepada Yesus meskipun sudah melihat dan mengalami mujizat Yesus, karena mereka tidak mengenal Yesus secara pribadi. Mereka hanya datang kepada Yesus karena mencari roti supaya mereka kenyang, tetapi Yesus dengan tegas mengatakan bahwa mereka harus percaya sungguh-sungguh kepada-Nya, sang roti hidup, yang memberikan mereka kekekalan lebih daripada roti fana yang mereka inginkan (Yoh. 6:22-59).
Menjadi seorang murid bukanlah sebuah pilihan, tetapi sebuah keharusan.
Namun apakah kita adalah murid yang sejati atau murid yang palsu? Murid sejati adalah murid yang mau diajar dan tidak mudah mengundurkan diri; Mereka percaya kepada Kristus dan mengenal Yesus secara pribadi, bukan hanya dari apa kata orang lain saja. Murid sejati punya iman yang teguh di dalam Dia, sehingga ketika ada banyak badai hidup, ia tidak mudah digoncangkan. Kita jangan hanya mendengarkan dan membaca Firman Tuhan secara harfiah saja, tetapi juga biarkan kita menerima perkataan Yesus yang adalah roh yang berkuasa mengubahkan kehidupan kita.
Ciri-ciri murid palsu:
1. Tidak mau hidup di dalam terang (1 Yoh 5-8)
Murid palsu suka tinggal dalam dosa; Suka mengulangi dosa-dosanya. Murid Kristus yang sejati bukan berarti tidak bisa berbuat dosa, tetapi ketika mereka tersandung dalam dosa, mereka bangkit dan bertobat; mereka mau diubahkan dan ikut tuntunan Roh Kudus.
2. Tidak suka mengakui dosanya (1 Yoh 1 :8-9)
Mereka tidak mau mengakui dosanya sehingga hidupnya tidak dapat diubahkan dan dibenarkan. Orang yang seperti ini tidak mau bertobat.
3. Mengasihi dunia (1 Yoh 2:16-17)
Selalu mengutamakan perkara dunia untuk kesenangan dan keinginan pribadinya, tidak pernah puas akan pencapaiannya, dan lebih mengikuti apa yang dunia katakan daripada kebenaran. Dia dikuasai oleh kedagingan, bukan oleh Kristus.
4. Tidak suka akan Firman dan perintah Tuhan (1 Yoh 2:3)
Tidak mau belajar dan taat untuk mengikuti kebenaran Firman Tuhan.
5. Pikirannya mudah disesatkan oleh dunia (1 Yoh 2:26)
Karena tidak taat akan kebenaran Firman Tuhan, mereka tidak dapat membedakan ajaran yang benar dan yang salah. Sehingga mereka mudah disesatkan oleh pengajaran yang salah.
Tuhan Yesus akan segera datang. Mari kita menjadi murid-murid yang sejati di akhir zaman ini; Menjadi murid sejati yang punya iman yang tidak mudah digoncangkan dan tidak mengundurkan diri sampai akhirnya. Ketika kita percaya, Tuhan akan memberikan kehidupan kekal kepada kita. (Ibrani 10:37-39).
Pdm. Christin Jedidah
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Evie Mehita : Pelayanan Yesus
Kisah Yesus memberi makan 5000 orang adalah kisah mujizat Yesus yang sangat terkenal; Kisah ini tercatat di semua kitab Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes). Yesus dan murid-Nya hendak menyepi dan beristirahat, tetapi banyak orang yang mengikuti Yesus. Yesus tergerak oleh kasih dan melayani mereka (Matius 14:13-14, Markus 6:30-31).
Apa yang dapat kita pelajari dari pelayanan Yesus?
1. Pelayanan Yesus tidak egois
Pelayanan Yesus bukan pelayanan yang egois, tetapi ada kasih di dalam pelayanan-Nya. Sekalipun Yesus dan murid-Nya lelah dan belum makan, tetapi Yesus tetap menerima orang-orang itu dengan kasih.
2. Yesus menerima, mengajar, dan menyembuhkan
Yesus menerima mereka, mengajar mereka, dan menyembuhkan mereka yang sakit. Betapa di akhir jaman ini banyak orang mengalami “sakit”, mereka mengalami krisis kasih. Kasih kebanyakan orang menjadi dingin. Karena itu Yesus datang ke dunia ini untuk memberikan pemulihan akan kasih; semua ini dilakukan-Nya karena Dia sangat mengasihi kita.
3. Menjadi pemberi roti
Yesus memberikan teladan bagi kita untuk memberi “makan” kepada orang-orang yang membutuhkan, bukan hanya secara jasmani, tetapi juga secara rohani.
Anak kecil itu tahu cara memberikan yang terbaik (Yoh. 6:9).
Dia memberikan apa yang ada padanya: 5 roti jelai dan 2 ikan kecil. Banyak orang mencibir dia, “Bagaimana makanan yang sangat sedikit itu bisa memberi makan 5000 orang?”. Tetapi dia memberikan semuanya di tangan Tuhan, dan Tuhan sanggup melakukan perkara besar. Belajar dari anak kecil ini, mari kita menjadi pemberi roti, bukan karena kita kaya dan punya segalanya. Tetapi ketika kita menyerahkannya di tangan Tuhan, itu sanggup memberkati banyak orang.
Apa yang ada di tanganmu saat ini? Mari belajar menjadi pemberi roti; melalui talenta, kemampuan, dan apapun yang kamu miliki. Taruh semua di tangan Tuhan, dan biarkan Tuhan yang bekerja dan menjadikannya berkat bagi banyak orang. Percayalah bahwa Tuhan tahu dengan tepat apa yang akan dikerjakan-Nya.
Terkadang Tuhan menjawab pergumulan kita dengan cara yang unik.
Tuhan bertanya kepada Filipus dimana mereka dapat membeli roti (Yoh. 6:5); bukan berarti Tuhan tidak tahu jawabannya, tetapi karena Tuhan tahu Filipus orang yang mudah ragu, sekalipun dia melihat banyak mujizat Yesus. Terkadang kita bertanya kepada Tuhan dalam pergumulan kita, Tuhan tidak langsung menjawab; Tuhan mungkin diam, atau bahkan balik bertanya. Tetapi bukan berarti Tuhan tidak tahu apa yang akan dilakukan-Nya; Dia tahu dengan tepat apa yang akan dikerjakan-Nya.
Tuhan memberikan 5000 orang itu makan sampai mereka kenyang (Yoh. 6:11). Ini berbicara Tuhan memenuhi kebutuhan kita. Tetapi banyak orang mencari-Nya karena tujuan yang lain. Mereka mencari Yesus supaya mereka kenyang, bukan karena pribadi-Nya (Yoh. 6:25-26).
Bagaimana dengan kita? Mari kita berfokus kepada pribadi Yesus, bukan hanya kepada berkat-Nya (Yoh 6:27-29).
Yesus adalah Roti Hidup sejati, roti yang turun dari sorga dan yang memberi hidup kepada dunia (Yoh 6:33). Barangsiapa datang kepada-Nya, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan haus lagi (Yoh 6:35).
Pdm. Evie Mehita
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Ular Tembaga yang menjadi Berhala
Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup. (Bilangan 21:9)
Tuhan mendatangkan ular tedung kepada bangsa Israel yang bersungut-sungut, namun mereka memohon ampun kepada Tuhan. Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga, dan ular tembaga itu menyelamatkan bangsa itu dari ular-ular tedung. Ular tembaga yang dibuat Musa adalah lambang penyertaan dan perlindungan Tuhan atas bangsa Israel (Bil. 21:4-9). Tetapi ular itu justru menjadi berhala bagi mereka (2 Raj. 18:1-4). Bangsa Israel mengalami penyertaan Tuhan, tetapi karakter mereka belum diubahkan. Mereka berbalik kepada Tuhan sebentar, lalu kembali menyembah kepada allah lain.
Bangsa Israel keluar dari Mesir bukan karena mengasihi Tuhan, tetapi karena ingin kehidupan yang lebih baik. Tuhan menyebut bangsa Israel sebagai “pelacur”. Mereka hidup di dalam Tuhan, tetapi mereka tidak memberikan hati mereka total untuk Tuhan.
Berapa banyak kita mengikut Tuhan hanya karena berkat? Kita mengikut Tuhan karena ada hal yang baik yang kita terima.
Tuhan memberikan mujizat untuk menolong setiap kita, tetapi seringkali banyak yang akhirnya hanya tertuju pada mujizatnya, bukan kepada sang pemberi mujizat. Kita tak jauh berbeda dengan “pelacur”, yang mau dengan seseorang untuk mendapat keuntungan, namun tidak pernah memberikan hati dan cinta kepadanya. Dan ketika tidak ada lagi berkat, dengan mudahnya meninggalkannya.
Maukah Anda mengasihi Tuhan dengan segenap hati?
Dalam hidup ini Tuhan tidak hanya memberikan yang baik-baik saja, tetapi terkadang Tuhan ijinkan kita untuk mengalami masa-masa tergelap. Sekalipun demikian, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dalam masa tergelap kita; penyertaan dan pertolongan-Nya sempurna. Manusia seringkali salah sangka dengan Tuhan; kita sering menganggap Tuhan terlambat. Tetapi Tuhan tidak pernah terlambat. Wanita Samaria yang berjumpa dengan Yesus di sumur Yakub datang pada siang hari; dia datang pada saat sumber air sudah kotor (Yoh. 4:1-42). Dia malu bertemu dengan orang karena sudah berzinah dengan banyak laki-laki; dia menganggap hidupnya sudah terlambat, tidak dapat diperbaiki lagi. Tetapi perjumpaannya dengan Yesus mengubahkan kehidupannya.
Di kisah Lazarus (Yoh. 11:1-44), semua orang menganggap Yesus terlambat karena Lazarus sudah mati. Tetapi Yesus tidak terlambat, melainkan Dia mau menyatakan kuasa-Nya dengan membangkitkan Lazarus di waktu yang tepat.
Tuhan tidak pernah terlambat, sekalipun manusia sering memandangnya sebagai sebuah keterlambatan.
Waktu menurut cara pikir kita berbeda dengan waktu Tuhan; Waktu-Nya selalu yang terbaik bagi kita. Jangan paksa Tuhan untuk membuat segalanya sesuai pemikiran kita. Mari belajar memahami dan mengenal hati Tuhan. Jangan menggunakan pikiran pribadi, memotong standar kebenaran untuk memuaskan kedagingan kita. Tetapi biarkan Tuhan berdaulat penuh atas kehidupan kita.
Jangan mengikut Tuhan hanya karena mengejar berkat-Nya saja, tetapi mari kita mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati, mari belajar mengenal Dia dan percaya kepada-Nya; Dia Tuhan yang tidak pernah terlambat dalam hidup kita.
Ps. Daniel Hadi Shane
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Christin Jedidah : Ketaatan dan Perjanjian dengan Tuhan
Tuhan punya perjanjian dengan Abraham untuk memberikan suatu tanah perjanjian bagi keturunan Abraham. Hingga beberapa generasi, akhirnya Tuhan mempersiapkan Musa untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju ke tanah perjanjian, dan Yosua melanjutkan perjuangan Musa membawa bangsa Israel masuk dalam tanah perjanjian itu.
Yosua adalah seorang abdi; Dia tidak terkenal dan menonjol, tetapi dia dipilih Tuhan, karena dia memiliki kesetiaan dan respon yang benar terhadap perintah Tuhan dan dalam menerima janji Tuhan (Kisah 12 pengintai). Di dalam menggenapi janji Tuhan, Yosua juga mengalami ketakutan dan kegentaran, tetapi Tuhan tetap setia dan berjanji akan senantiasa menyertai serta tidak akan meninggalkan Yosua (Yosua 1:9,17-18).
Setiap kita rindu janji-Nya digenapi dalam hidup kita. Namun seringkali sebelum kita menerima penggenapan janji-Nya, ada banyak tantangan yang harus kita lalui.
Bagaimanakah respon kita? Marilah kita meresponi dengan benar setiap janji Tuhan. Ketaatan dan percaya saja adalah kunci dari penggenapan janji Tuhan. Adakah kita mengalami kemustahilan dalam melihat janji Tuhan? Mari belajar percaya dan terus maju seperti Yosua. Jika Tuhan sudah berjanji, Tuhan pasti akan menggenapinya.
Dengarkan dan lakukan kehendak Tuhan dengan penuh ketaatan.
Tuhan hendak memilih kita menjadi generasi jawaban doa yang menjawab doa generasi-generasi kita yang sebelumnya. Kuduskanlah kehidupan kita supaya senantiasa berkenan kepada Tuhan.
Tetap kuatkan dan teguhkanlah hatimu, Yesus akan berjalan di depan mu memberikan kemenangan demi kemenangan.
Ev. Christin Jedidah
- Published in Sermons
- 1
- 2