Khotbah Jumat Agung Ps. Daniel Hadi Shane : Jumbai Jubah Yesus
Tuesday, 27 April 2021
by Ellen Natalia
Hidup ini penuh dengan kejadian ironis. Banyak kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ada teman baik yang dipercaya, namun justru dialah yang mencelakai. Orang tua yang menyayangi dan membesarkan anaknya, berharap anak itu akan menyayanginya, namun ternyata anak itu tidak terlalu menyayangi orang tuanya. Pelayan Tuhan menggembalakan jiwa-jiwa dengan sepenuh hati, namun rupanya jiwa-jiwa yang dilayani dan diharapkan justru meninggalkan.
Murid Yesus bersama dengan Yesus selama 3.5 tahun. Mereka melihat kuasa, mujizat, dan cinta Yesus, namun mereka-lah yang pertama kali melarikan diri dan mengingkariNya ketika Dia ditangkap.
Kebersamaan yang lama tidak menunjukkan bahwa kita bisa betul-betul mendapatkan hati seseorang. Kebersamaan yang lama juga tidak menunjukkan kita yakin dicintai.
Kebersamaan Yesus dengan murid-muridNya tidak membuat hati mereka tetap teguh mengikut Yesus dalam masa yang sulit. Ini sebuah ironi, tetapi Yesus tahu bahwa semua ini harus terjadi.
Cinta adalah anugerah, namun dalam cinta kita juga akan mengalami rasa sakit.
Akan tetapi mengalami rasa sakit karena cinta adalah anugerah Tuhan. Semakin kita mencintai seseorang, maka rasa sakit itu pun juga semakin dalam. Demikian juga ketika Yesus mencintai seluruh umat manusia; Dia rela menanggung penderitaan yang teramat sangat karena mencintai kita.
Yesus merasakan apa yang manusia rasakan.
Ketika dalam kandungan, Yesus terhubung oleh tali pusar dengan ibunya. Seorang bayi dalam kandungan ibu juga turut merasakan apa yang di rasakan oleh ibunya. Demikian juga dengan Yesus; Dia turut merasakan apa yang ibunya rasakan. Ia merasakan kecemasan dan penderitaan ibunya yang digunjing dan difitnah oleh orang-orang sekitarnya karena dianggap mengandung di luar nikah. Dia bukan Tuhan yang tidak mengerti penderitaan kita; Dia Tuhan yang mengerti dan mengalami semua yang pernah kita alami.
Sungguh ironis, Yesus ditolak oleh para imam, orang-orang yang mengikuti ketetapan yang dibuatNya sendiri, tetapi semua ini harus terjadi untuk menggenapi nubuatan para nabi (Markus 8:31). Namun Petrus mengelak ketetapan Tuhan itu, dan Yesus pun menegurnya (Mrk.8:32-33). Bukan apa yang kita pikir baik adalah yang terbaik menurut pemandangan Tuhan.
Demikian juga Yesus berkata untuk menjadi muridNya, kita harus memikul salib, menyangkal diri, dan mengikut Dia (Mrk.8:34). Mengikut Kristus bukan tentang bukan tentang menjadi kaya dan tanpa masalah. Tetapi mengikut Kristus artinya ikut menderita memikul salib kita.
Jubah Yesus adalah jubah yang layaknya digunakan orang yahudi pada masa itu. Ada benang berwarna biru dan keunguan yang dikepang di keempat sudutnya, untuk mengingatkan akan hukum/ ketetapan Tuhan (Bil. 15:37-39).
Jubah adalah perlambang dan peringatan Tuhan bahwa kita harus melakukan semua ketetapan yang ada dalam Firman Tuhan. Yesus sebagai pembuat hukum itu pun memakainya. Para imam menggunakan jubah dengan jumbai yang panjang hanya untuk “pamer” menunjukkan mereka orang rohani. Secara harafiah mereka melakukan Hukum Taurat, tetapi mereka tidak mengenal Yesus sebagai pembuat hukum itu.
Yesus menggenapi inti dari jumbai jubah itu, yaitu Kasih sebagai hukum yang terutama. Kasih-Nya yang besar dibuktikan dengan kerelaanNya yang mau mati bagi kita. Semua hukum itu sudah dibayarNya lunas di atas kayu salib. Jubah juga perlambang perlindungan. Ketika kita hidup memegang jubah itu dengan ketaatan, maka Tuhan akan diberikan perlindungan penuh.
Ada kuasa dalam jubah Yesus. Perempuan yang sakit pendarahan dan menyentuh jumbai jubah Yesus, dia menjadi sembuh. Perempuan itu mengambil bagian memegang “jubah” itu, artinya dia mengambil bagian dalam Firman Tuhan dan menghidupinya.
Jubah Yesus itu berkuasa, jika kita mau mengambilnya. Artinya kita mengambil bagian dan hidup dalam Firman Tuhan.
Banyak orang menjadikan Firman Tuhan sebagai pajangan di rumah-rumah, tetapi tidak pernah hidup di dalam Firman itu. Tetapi kalau kita hidup dalam Firman, maka kita akan melihat kuasa Yesus bekerja dalam hidup kita. Kalau kita berjalan dalam kuasa, maka Tuhan akan menyatakan kebenaran-Nya lewat kita semua. Tuhan memberkati.
Ps. Daniel Hadi Shane
- Published in The Shepherd's Voice