Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Dipanggil Menjadi Anak-anak Raja
Manusia seringkali menggunakan pemikiran-pemikirannya sendiri untuk memikirkan apa yang terjadi di sekelilingnya. Kemudian menjadi sangat khawatir dan tanpa sadar ragu, bahkan tidak percaya dengan janji-janji Tuhan. Kita sibuk waspada dengan apa yang akan kita hadapi, hingga lupa akan berkat-berkat Tuhan yang setiap hari datang menyertai kita.
1 Petrus 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
Imamat artinya adalah panggilan Tuhan, misalnya imamat Musa. Musa mendapat urapan dan perkenanan Tuhan, meski ia tidak pandai bicara. Musa memiliki iman yang tidak tergoyahkan, tidak seperti Harun yang meski memiliki pesona pandai bicara dan diurapi juga, namun ia mudah terpengaruh oleh orang-orang di sekelilingnya.
Imamat rajani artinya panggilan sebagai anak-anak raja. Namun sayangnya tidak semua orang mau diurapi menjadi anak-anak raja. Kita dipanggil untuk menjadi anak dari Raja segala raja, tetapi mereka tidak bisa menikmatinya. Bukan hanya sekadar memegang kuasa yang diberi Tuhan untuk menjadi anak-anak raja, melayani dengan luar biasa, tetapi juga menikmati setiap hidup yang telah dianugerahkan oleh Tuhan.
Miliki iman, pengharapan dan kasih
Yakobus 2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
Iman bukan hanya sekadar percaya saja kepada Tuhan, karena setan pun mempercayainya, bahkan mereka gemetar karena hal itu. Manusia beriman kepada Tuhan, tetapi manusia tidak gemetar dengan dosa-dosanya.
Tanpa iman, manusia tidak mungkin selamat, tetapi iman bukanlah hanya sekadar percaya, namun percaya akan jalan-jalanNya dan tanpa ragu mengikutiNya. Pengharapan berarti kita bersandar pada janji-janji Tuhan. Kasih adalah yang terbesar dari semuanya, karena tanpa kasih, kita tidak bisa melakukan kerinduan Tuhan dengan sukacita.
Tuhan memiliki kerinduan dan panggilan bagi setiap kita, tetapi panggilan Tuhan bisa saja tidak seperti yang kita pikirkan. Misalnya, kita mungkin berpikir bahwa ada banyak orang yang belum pernah mendengar kebenaran kasih Kristus di desa-desa dan kota-kota kecil. Namun sebenarnya kota-kota besar juga membutuhkan kebenaran kasih Kristus. Banyak gereja-gereja di kota besar yang tidak lagi tertuju kepada Kristus dan sibuk bersaing satu sama lain. Banyak gereja Tuhan kehilangan urapannya karena terlalu sibuk dengan organisasi dan fokus kepada memperkenalkan organisasinya, bukan Tuhan-nya, mereka kehilangan suara dan kerinduan Tuhan.
Gereja bukan hanya sekadar tempat berkumpul dan memuji Tuhan, tetapi adalah tempat orang-orang yang beriman kepada Kristus. Iman bukan sekadar percaya kepada Yesus adalah Tuhan, tetapi melakukan kerinduan Tuhan.
Hidup dalam kekudusan
Anak Tuhan tidak mengalami kuasa mujizat karena mereka kehilangan perkenanan Tuhan, mereka menolak mendengar suara Tuhan, menolak kerinduan Tuhan. Saat seseorang setengah hati mengerjakan kerinduan Tuhan dan hidup tanpa kekudusan, makan mujizat Tuhan tidak akan terjadi. Kalaupun terjadi, itu adalah kedaulatan Tuhan dan hak Tuhan untuk menyatakan diriNya. Kedaulatan Tuhan selalu ada, tetapi perkenanan Tuhan jugalah yang mengadakan mujizat. Kejarlah kekudusan untuk mendapatkan perkenanNya.
Gereja bukanlah tentang tempat, tetapi tanah hati kita di mana Tuhan harus bertahta.
Ketika gereja Tuhan kehilangan esensi akan panggilan Tuhan dan rumah Tuhan menjadi sarang penyamun, penuh dengan penggosip, bertindak cabul, dan bersilat lidah. Para pelayan berbuat dosa, bahkan menganggap dosa sebagai hal biasa dan menyelepelekannya. Mereka merasa berjalan dalam negeri kemenangan tapi sebenarnya sedang berjalan menuju api neraka. Perkenanan Tuhan hilang dari kehidupan mereka.
Nikmati setiap anugerah yang diberikan Tuhan
Banyak anak Tuhan yang masuk dalam peperangan yang tidak perlu ia masuki. Memikirkan peperangan milik orang lain yang tidak perlu dipikirkan. Mencemaskan banyak hal yang tidak perlu dicemaskan. Akhirnya mereka tidak bisa menikmati hidup mereka karena terlalu cemas akan banyak hal. Percayalah pada kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan kita bukan Tuhan yang kejam, yang tertawa-tawa ketika kita menderita, itu iblis bukan Tuhan! Tuhan kita adalah Tuhan yang setia, yang sedih ketika kita sedih, yang rindu melepaskan kita dari penderitaan-penderitaan kita.
Belajar bersyukur dan berbahagia. Ada banyak hal yang bisa kita syukuri dan banyak alasan untuk kita berbahagia. Hitunglah berkat Tuhan yang bisa kita nikmati. Jangan menjadi anak yang kurang ajar yang selalu komplain dengan hal-hal yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Bagaimana Tuhan bisa meningkatkan level kita untuk bersyukur dalam hal-hal yang buruk dalam hidup ini jika yang baik saja tidak bisa kita syukuri. Bersyukur untuk setiap kesempatan dalam hidup ini, kesempatan untuk bisa bernafas, bisa menjalani hari demi hari yang Tuhan anugerahkan dalam hidup kita.
Stop memikirkan luka-luka di masa lalu dan berfokus pada penyembuhan luka tersebut. Luka di masa lalu sudah terjadi dan Tuhan telah menyiapkan masa depan yang indah bagi setiap kita. Jika ktia terus menerus mengorek luka itu, kita tidak akan pernah sembuh bahkan luka itu semakin dalam dan melukai orang lain juga.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Elita Chandra : Iman yang Mengalahkan Dunia
Markus 4:34-36
Markus 4:38
KARAKTER TUHAN ADALAH SETIA.
Matius 6:25-34
PENGUASAAN DIRI (Filipi 4:11-12)
Hidup ini fana, hidup ini seperti uap yang sebentar saja lalu hilang.
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Christin Jedidah : Pengharapan dalam Yesus
Tahun 2020 bukanlah tahun yang mudah untuk dilewati dan tahun 2021 ini mungkin keadaan tidak akan bertambah baik. Bagaimana kita dapat melewati tahun ini dengan penuh kemenangan?
Hanya PENGHARAPAN dalam Yesus yang akan memampukan kita untuk melewati tahun demi tahun.
Hendaklah hidup kita memiliki pengharapan dan hanya mengandalkan Yesus.
Disaat kita mengandalkan Tuhan, maka kita tidak akan kuatir dengan hari depan yang nampak sulit bagi dunia. Orang yang demikian adalah orang yang memiliki kedekatan dan keintiman dengan Tuhan. Yang tertanam dekat pada sumber kehidupan, yaitu Yesus Kristus Tuhan kita.
Hidup yang mengandalkan Tuhan adalah hidup yang berbuah.
Hiduplah dengan menghargai setiap waktu yang Tuhan beri, hidup yang Tuhan beri adalah sebuah kesempatan kita untuk melayani Tuhan dan memberikan yang terbaik buat Tuhan. Hiduplah seolah-olah hari ini adalah hari terakhir kita hidup. Layanilah Tuhan dalam segala hal, apapun yang kita lakukan adalah untuk kemuliaan nama Tuhan.
Pengharapan adalah sebuah penantian.
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Christin Jedidah : Masih Adakah Iman?
Yesus menceritakan tentang seorang janda yang tidak jemu-jemu meminta pertolongan kepada hakim untuk membela perkaranya (Lukas 18:1-8). Yesus mengajarkan kita untuk senantiasa tekun berdoa; seperti janda itu yang tidak berhenti memohon kepada hakim itu. Ini adalah perumpamaan tentang Yesus: Hakim yang tidak mengenal Tuhan itu saja dapat membenarkan perkara janda itu. Apalagi Tuhan: tentu Ia akan segera menolong orang-orang pilihanNya.
Namun saat Yesus datang kedua kalinya, akankah Ia mendapati Iman di bumi?
Di akhir zaman ini, kasih kebanyakan orang menjadi dingin. Banyak orang mengalami putus asa dan kehilangan iman, sehingga tidak lagi mau berdoa dan tidak percaya kepada Tuhan.
Iman seperti apa yang Tuhan rindukan?
Iman yang dipraktekkan
Iman harus diaplikasikan dalam hidup kita; bukan hanya teori. Artinya kita sungguh-sungguh mempercayakan hidup kita dalam Tuhan. Hidup kita mencermikan bahwa kita punya Tuhan. Ketika ditimpa masalah, kita tidak melihat seberapa besar masalah kita, tetapi kita percaya bahwa kita punya Tuhan yang jauh lebih besar dari masalah-masalah kita. Akhir zaman ini, Iman kita semakin diuji. Karena pandemi, banyak kebiaasan kita yang berubah. Disinilah sikap hati dan iman kita akan diuji, namun jangan sampai hati kita menjadi dingin dan tidak lagi sungguh-sungguh kepada Tuhan.
Orang yang punya iman akan mempercayakan hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan; Hidupnya menjadi milik Kristus.
Percaya bahwa segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah untuk kebaikan kita (Roma 8:28). Serahkan segala permohonan kita dan biarlah jadi seturut dengan kehendak Tuhan.
Ada kasih dalam dirinya (Efesus 3:16-20)
Orang yang memiliki iman pasti memiliki kasih dan Kristus tinggal dalam hidupnya. Dia akan mampu merasakan kasih Kristus dalam dirinya.
Iman memampukan kita membedakan ajaran sesat, mengampuni orang lain, dan yang berkuasa menyembuhkan.
Dengan memiliki iman, kita dapat membedakan ajaran-ajaran sesat. Iman juga memampukan kita untuk mengampuni orang lain (Luk. 17:1-6). Kita juga perlu memiliki iman dalam pelayanan, untuk kesembuhan dan pemulihan orang lain (Matius 17:14-20).
Iman yang bertumbuh
Iman sebesar biji sesawi saja dapat melakukan perkara yang mustahil, tetapi Tuhan mau iman kita bertumbuh seperti biji sesawi. Biji sesawi adalah biji yang paling kecil, tetapi ketika dia bertumbuh, dia menjadi pohon besar dan menjadi tempat bagi burung untuk bersarang (Matius 13:31-32).
Iman yang dimulai dari hal yang kecil, dan kita bisa melakukan perkara yang ajaib. Milikilah iman yang bertumbuh, maka kita akan bisa menjadi berkat bagi banyak orang.
Bagaimana supaya memiliki iman?
Iman timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan (Roma 10:17). Kita perlu membaca dan tinggal dalam Firman Tuhan; Kita memiliki kedekatan dengan Tuhan, maka iman kita akan timbul, bahkan terus bertumbuh. Tuhan segera datang. Jangan sampai ketika Dia datang, Dia tidak mendapati iman dalam hidup kita. Minimal kita memiliki iman sebesar biji sesawi saja, kita akan dimampukan untuk memindahkan gunung-gunung persoalan kita.
Mari gunakan setiap waktu yang ada untuk memberikan hidup bagi Tuhan. Hidup ini singkat. Mari melayani dan berikan yang terbaik bagi Tuhan.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Christin Jedidah : Ketaatan dan Perjanjian dengan Tuhan
Tuhan punya perjanjian dengan Abraham untuk memberikan suatu tanah perjanjian bagi keturunan Abraham. Hingga beberapa generasi, akhirnya Tuhan mempersiapkan Musa untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir menuju ke tanah perjanjian, dan Yosua melanjutkan perjuangan Musa membawa bangsa Israel masuk dalam tanah perjanjian itu.
Yosua adalah seorang abdi; Dia tidak terkenal dan menonjol, tetapi dia dipilih Tuhan, karena dia memiliki kesetiaan dan respon yang benar terhadap perintah Tuhan dan dalam menerima janji Tuhan (Kisah 12 pengintai). Di dalam menggenapi janji Tuhan, Yosua juga mengalami ketakutan dan kegentaran, tetapi Tuhan tetap setia dan berjanji akan senantiasa menyertai serta tidak akan meninggalkan Yosua (Yosua 1:9,17-18).
Setiap kita rindu janji-Nya digenapi dalam hidup kita. Namun seringkali sebelum kita menerima penggenapan janji-Nya, ada banyak tantangan yang harus kita lalui.
Bagaimanakah respon kita? Marilah kita meresponi dengan benar setiap janji Tuhan. Ketaatan dan percaya saja adalah kunci dari penggenapan janji Tuhan. Adakah kita mengalami kemustahilan dalam melihat janji Tuhan? Mari belajar percaya dan terus maju seperti Yosua. Jika Tuhan sudah berjanji, Tuhan pasti akan menggenapinya.
Dengarkan dan lakukan kehendak Tuhan dengan penuh ketaatan.
Tuhan hendak memilih kita menjadi generasi jawaban doa yang menjawab doa generasi-generasi kita yang sebelumnya. Kuduskanlah kehidupan kita supaya senantiasa berkenan kepada Tuhan.
Tetap kuatkan dan teguhkanlah hatimu, Yesus akan berjalan di depan mu memberikan kemenangan demi kemenangan.
Ev. Christin Jedidah
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Silvia Marryasa Hannah : Pertandingan Iman yang Benar
Hidup kita digambarkan sebagai sebuah pertandingan; Tuhan punya tujuan bagi setiap kita. Namun banyak anak Tuhan yang tidak memiliki tujuan, atau mereka yang punya tujuan tetapi mengejar tujuan yang salah. Tuhan rindu kita semua masuk dalam pertandingan iman yang benar (1 Tim 6:12).
Di dalam pertandingan kita, ada banyak saksi yang sedang menyaksikan kita, dan untuk dapat memasuki pertandingan iman yang benar, kita harus menanggalkan beban dan dosa yang merintangi kita (Ibrani 12 :1).
Ada 3 babak yang kita lalui di dalam pertandingan iman yang benar:
Pelatihan
Tidak ada pertandingan tanpa pelatihan. Seorang atlit yang dipersiapkan untuk lomba perlu latihan dengan keras, sehingga dia bisa menang. Tuhan mau melatih kita mulai dari hal kecil. Tuhan melatih Daud melalui hal-hal kecil: dia terlatih melawan singa dan beruang sejak dia menggembalakan 2-3 ekor kambing domba, sehingga dia berani menghadapi Goliat (1 Sam 17:34-37).
Tuhan adalah pelatih terbaik kita. Dalam pelatihan ada rasa sakit, namun semuanya dilakukannya untuk memproses dan membentuk hidup kita. Pelatihan Tuhan adalah sebuah investasi terbaik yang diberikanNya supaya kita siap membangun kerajaanNya. Karena itu, cintailah setiap proses Tuhan dalam hidupmu.
Ujian
Ujian diperlukan untuk melihat hasil dari latihan yang sudah dilakukan. Berbahagialah dalam ujian yang harus kamu lalui (Yak 1:2-4). Banyak orang yang berhasil menjadi pahlawan Tuhan mengalami berbagai Ujian : Yusuf diproses Tuhan 13 tahun sampai menjadi penguasa Mesir, Daud dikejar-kejar dan mau dibunuh dalam waktu yang lama sampai dia menjadi Raja Israel, Musa baru dipakai Tuhan di umur 80 tahun untuk memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir.
Dalam hidup ini, akan banyak musim yang kita lalui; akan banyak ujian yang kita lewati : Ditinggalkan, kesepian, kehilangan visi, kegagalan yang akan menguji iman kita kepada Tuhan. Namun jangan pernah menyerah. Tetaplah berharap, bertekun dan terus berkarya untuk Tuhan. Tetap tekun, sehingga kita tidak menjadi orang yang gagal di tengah pertandingan iman kita.
Selesaikan pertandingan dengan baik.
Mari selesaikan pertandingan dengan baik (2 Tim 4:7), pelihara dan pertahankan imanmu sampai akhir. Apa yang kita mulai dengan Roh jangan kita akhiri dengan daging. Justru di akhir pertandingan, kita harus semakin berjuang dengan keras, sehingga kita dapat mencapai garis finish kita dengan baik.
Kita semua adalah prajurit Tuhan; Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar. Jangan mundur atau kecewa kepada Tuhan dalam setiap pelatihan dan ujian, tetapi tetaplah setia dan bertekun sehingga kita dapat mengakhiri pertandingan kita dengan baik.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Bahaya Menunda-Nunda
Bacaan : 1 Raja-Raja 17:1-24
Elia adalah seorang yang hidupnya dipakai Tuhan luar biasa untuk menyatakan kemuliaan Tuhan pada masanya. Apa yang bisa kita pelajari dari kisah Elia supaya hidup kita bisa dipakai Tuhan?
Untuk menjadi orang yang bisa dipakai olehNya, kita perlu punya :
Ketaatan
Ketaatan Elia dilatih Tuhan ketika berada di tepi sungai Kerit. Dia berhadapan dengan sungai yang kering, tetapi ada penyertaan Tuhan ketika dia mengikuti apa yang Tuhan katakan. Mungkin saat ini kita mengalami “kekeringan” dalam usaha atau pelayanan kita, tetapi kita tetap belajar percaya dan melakukan apa yang Tuhan mau. Ketaatan juga dalam hal tidak menunda-nunda pekerjaan dan melewatkan kesempatan untuk dipakai Tuhan.
Iman
Tuhan tidak pakai orang kaya untuk memberkati Elia. Sebaliknya, Tuhan memakai janda miskin untuk memberi Elia makan. Butuh iman untuk melihat cara Tuhan menolong kita. Demikian juga dengan Janda Sarfat itu. Dia mulanya tidak punya iman bahwa makanannya akan cukup untuk mereka semua, tetapi ketika dia belajar menyerahkan apa yang dimilikinya untuk dikelola oleh Tuhan, perkara ajaib terjadi atas hidupnya. Tuhan mencukupkan kebutuhan Janda itu dan anaknya.
Tuhan rindu setiap kita taat dalam segala kondisi; kita belajar mengikuti kerinduan Tuhan tanpa menunda-nunda, tanpa berbantah, dan mau dikoreksi. Taat bukan hanya dalam perkataan, namun juga dalam tindakan yang kita lakukan.
Ketika anak Janda Sarfat itu sakit dan meninggal, dia kembali berperkara dengan Elia. Seringkali mungkin kita merasa kita sungguh-sungguh taat dan melakukan kerinduan Tuhan, tetapi kita melihat banyak hal buruk yang terjadi dalam hidup kita. Maka saatnya bagi kita untuk mengembalikan segalanya ke dalam kedaulatan Tuhan yang sempurna.
Dia tidak pernah merancangkan yang buruk, Dia selalu memberikan yang terbaik. Sekalipun badai terjadi dalam hidup kita, tetapi marilah kita bermegah dalan Kristus yang memberikan kekuatan kepada kita. Kita tetap dapat menari dalam badai.
Mari kita melakukan setiap perintah Tuhan dengan penuh ketaatan. Jerih payah kita dalam Tuhan tidak akan pernah sia-sia. Mari kita menyenangkan Tuhan dengan seluruh kehidupan kita.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Pikiran yang Membatasi Tuhan
Bacaan : 2 Petrus 1:2-9
Sudahkah kita mengenal Kristus lebih dalam? Seringkali pikiran kita membatasi kita untuk mengenal Kristus lebih dalam. Sehingga begitu banyak orang tidak bisa mengalami Tuhan karena dibatasi oleh pikirannya. Kita berpikir: “Sepertinya Tuhan tidak sayang.. Sepertinya semua sudah terlambat..” Dan dengan pikiran-pikiran itu, Kita membatasi kuasa Tuhan bekerja dalam hidup kita.
Seorang pesulap, Henry Hoodie, dikenal sebagai Master of Escape. Dia terkenal karena aksinya yang selalu berhasil membuka pintu penjara. Suatu hari, dia dipanggil di sebuah desa untuk menunjukkan kemampuannya membuka pintu penjara. Dengan semua jarum-jarum yang dia miliki, dia tidak bisa membukanya, sehingga dia mencoba mendobrak pintu penjara tersebut, tetapi tidak juga berhasil. Ternyata pintu itu tidak pernah terkunci.
Terkadang seperti itulah kita. Pikiran kita melihat semua pintu tertutup, semua pintu terkunci. Ketika masalah datang dalam hidup Kita, Kita merasa tidak ada jalan keluar; pikiran kita mengatakan demikian, padahal Tuhan sudah bukakan semua. Hanya saja pikiran kita yang terbatas akhirnya membatasi kuasa-Nya.
Ketika kita ditimpa masalah, Tuhan mau mengajarkan supaya pengenalan kita bertambah-tambah akan Tuhan. Dia mau kita mengenali dia selangkah lebih dekat.
Ketika kita merindukan mujizat terjadi dalam hidup kita, namun tidak kunjung terjadi, Tuhan mau mengajarkan kepada kita supaya kita semakin mendekat dan mengerti bahwa Dia lebih besar mujizat apapun yg ada di dunia ini.
Hati-hati! Kadangkala pikiran lebih jahat dari sakit penyakit. Karena itu mari rubah cara pikir kita. Kita sudah di berikan hikmat oleh-Nya untuk mengatasi masalah-masalah kita. Bertanyalah kepada Firman Tuhan, supaya kita menjadi benar
Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. (2 Petrus 1:5-7)
Kita perlu punya iman bijaksana, kebajikan, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan dan kasih. Iman yang bijak adalah iman yang tidak menuntut. Diperlukan juga pengetahuan dan penguasaan pikiran kita untuk percaya akan apa yang kita imani. Iman juga butuh ketekunan dan ketaatan yang disertai dengan kasih.
Tanpa kasih, iman kita akan menjadi iman yang tega dan iman yang keterlaluan. Kasih akan membuat iman kita bertumbuh dengan dasar yang benar di dalam Kristus.
Mari kita menjadi orang-orang yang mengerjakan segala sesuatu untuk kemuliaan nama Kristus. Tuhan cari orang-orang yang mau untuk dipakai-Nya. Mari kita mengenal Dia lebih dalam lagi. Kita bukan menjadi pengagum dari hamba Tuhan semata, tetapi kita menjadi pengidola Kristus yang sejati; Kita menjadi orang yang sungguh-sungguh mencintai Dia dan kebenaran.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Jangan Takut!
Bacaan : Lukas 8:22-25
Pernahkah kamu mengalami ketakutan? Ketakutan muncul karena kita tidak percaya atau kurang percaya. Terkadang ketakutan muncul karena bukan kejadian yang sebenarnya, tetapi karena kita sudah takut duluan. Bahkan seringkali masalah yang terjadi dalam hidup kita bukan karena kita ada masalah tapi karena ketakutan kita yang berlebihan.
Angin taufan adalah salah satu jenis angin besar yang hanya terjadi 5 – 10 menit lalu berhenti. Tetapi murid-murid Yesus begitu panik seolah-olah itu akan terjadi selama-lamanya.
Apakah kita seperti mereka? Kita mungkin di tolak, tidak punya anak, rumah masih kontrak, tidak punya jodoh, lalu kita panik dalam menghadapi masalah, seolah-olah itu akan terjadi selama-lamanya dalam hidup kita. Padahal masalah itu tidak terjadi selama-lamanya; masalah itu akan selesai pada waktunya, karena untuk semua ada waktunya (Pengkhotbah 3)
Murid-murid ada dalam perahu bersama dengan Yesus ketika angin taufan itu terjadi. Artinya hidup ikut Tuhan bukan berarti hidup tanpa masalah, tetapi bersama Yesus kita bisa menguasai masalah. Dan Tuhan memberikan kita kesempatan supaya iman kita bertumbuh dengan masalah-masalah yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita.
Tuhan sedang Melatih Iman Kita
Ketika dihadapkan dengan masalah, apa respon kita? Tuhan sedang melatih kita supaya iman kita bertumbuh. Jangan biarkan ketakutan menguasai hidup kita; Karena ketika kita membiarkannya, iman kita akan semakin pasif dan tidak bertumbuh. Iman kita harusnya bertumbuh seiring dengan kedewasaan kita dalam menghadapi masalah.
Seorang anak kecil yang meminta sesuatu dengan merengek, orang tuanya akan dengan segera memberikannya kepadanya. Tetapi berbeda ketika dia sudah semakin dewasa. Orang yang sudah dewasa sudah tidak sepantasnya merengek seperti anak kecil. Tidak semua yang dia mau akan diberikan. Seperti itu juga iman kita; iman kita sedang didewasakan oleh Tuhan.
Bangunkan Yesus
Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: “Guru, Guru, kita binasa!” Ia pun bangun, lalu menghardik angin dan air yang mengamuk itu. Dan angin dan air itu pun reda dan danau itu menjadi teduh (Lukas 8:24)
Jikalau kamu punya masalah dan kamu menjadi kurang percaya, yang kamu perlu lakukan adalah bangunkan Yesus. Ini yang dilakukan murid-murid Yesus. Minimal kamu teriak sama Tuhan Yesus, walaupun kamu bakal ditegur. Jika ada pencuri masuk rumahmu dan kamu mulai takut, lebih baik kamu teriak membangunkan orang tuamu untuk telepon polisi daripada kamu sok bisa mengatasi sendiri dengan kemampuan bela dirimu yang tidak seberapa; itu hanya akan mencelakakanmu.
Peperangan rohani bukan tentang baca buku-buku pelajaran atau teori-teori. Pelajaran terbaik adalah ketika kita mengalaminya secara pribadi. Jika kita mau mengalami mujizat, kita harus alami masalah terlebih dahulu. Dari situ, kita akan punya pengalaman mengalami mujizat. Jangan cuma sekedar tahu teori!
Jadilah Kristen yang benar. Kristen yang benar bukan hidup tanpa masalah. Kalau kamu minta hidup tanpa masalah, kamu akan cepat mati. Sama seperti tubuh kita, jika kita terlalu bersih, maka sistem imun kita tidak akan terlatih. Kita akan semakin mudah sakit. Tetapi jikalau sistem kekebalan tubuh kita sudah terlatih, kita bukanlah orang-orang yang mudah sakit.
Mari kita berkata pada masalah kita: “Aku punya Yesus.” Bagi yang kurang percaya, jangan takut, minimal kamu bukan orang yang tidak percaya. Minimal kamu bangunkan Yesus. Dia tidak sedang tertidur. Saya percaya Dia berjaga. Setiap waktu Dia siap untuk membantu kamu.
Hiduplah di dalam Dia, karena di dalam Dia tidak ada ketakutan. Janganlah hidup kita dikuasai oleh ketakutan, tetapi bersama Tuhan kita kuasai ketakutan.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Silvia Marryasa Hannah : Tingkatkan Level Ketaatanmu
“Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” (1 Samuel 15:22)
Hari-hari ini begitu banyak suara lain yang bisa mengubah dan menggerakkan keputusan kita. Iblis berusaha untuk mengalihkan fokus kita: membuat kita melakukan begitu banyak hal, sehingga kita lupa untuk mendengarkan suara Tuhan dan mencari tahu apa yang Tuhan mau dalam hidup kita.
Kita adalah anak-anak Tuhan; dan sebagai domba, kita seharusnya bisa mendengar suara gembala kita. Tetapi begitu banyak hal yang bisa mengalihkan kita untuk tidak sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan.
Semakin kita mau menuju next level dalam hidup kita, Iblis akan semakin berusaha mengaburkan suara Tuhan. Karena itu, kita perlu memiliki hubungan yang semakin intim dengan Tuhan. Karena di dalam hubungan yang intim dengan Tuhan akan menghasilkan ketaatan yang benar.
Ada beberapa level ketaatan:
Taat karena Perintah (Level Anak-Anak)
Sama halnya dengan anak-anak, mereka hanya mau melakukan sesuatu ketika diperintah. Anak-anak yang belum mengerti apa-apa, hanya akan melakukan sesuatu karena disuruh oleh orang lain. Orang yang memiliki tingkat ketaatan di level anak-anak ini, hanya melakukan segala sesuatu karena diperintah; bukan karena keinginan sendiri, sehingga ada kecenderungan “terpaksa” dan menganggap hal yang dilakukannya adalah sebuah beban.
Taat karena Reward (Level Remaja)
Di level ini, mereka melakukan segala sesuatu karena mendapatkan penghargaan atau takut dihukum ketika tidak melakukannya. Ketaatan mereka menjadi sebuah ketaatan yang bersyarat. Banyak anak Tuhan yang mau melakukan perintah Tuhan supaya mendapatkan imbalan: berkat atau janji Tuhan dalam hidup mereka.
Taat karena Hubungan (Level Dewasa)
Ini adalah sebuah level ketaatan yang dewasa; Ketaatan karena kita memiliki hubungan kasih dengan Tuhan. Ketaatan yang timbul karena kita memiliki rasa percaya kepada Tuhan. Rasa percaya kita timbul karena kita memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan.
Tuhan mau ketaatan kita bertumbuh: Kita taat bukan karena perintah atau janji Tuhan saja, tetapi kita taat karena kita bergaul karib dengan Tuhan. Kita harus menambah level kasih kita kepada Tuhan, sehingga level ketaatan kita bertumbuh.
Abraham adalah sebuah contoh seorang yang memiliki ketaatan yang dewasa dengan Tuhan. Dia mendengarkan suara Tuhan dan dia taat dengan perkataan Tuhan dalam hidupnya. Dia meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke negeri yang Tuhan tunjukkan (Kej. 12:1). Dia juga taat ketika Tuhan memintanya untuk mempersembahkan anak yang paling di kasihinya (Kej 22:1-10). Ketaatan Abraham kepada Tuhan karena dia memiliki kepercayaan penuh kepada Tuhan. Dan kepercayaannya kepada Tuhan timbul karena kedekatannya dengan Tuhan.
Apakah suara Tuhan menjadi begitu penting dalam hidupmu? Mari kita memiliki pergaulan yang karib dengan Tuhan. Tingkatkan level kasihmu kepada Tuhan dan milikilah ketaatan yang bertumbuh dalam Tuhan.
- Published in Sermons
- 1
- 2