Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Keselamatan yang Terjamin
Saya berusaha untuk hidup benar di hadapan Tuhan, namun saya tidak bisa. Dosa selalu ada menghampiri. Contohnya, ketika saya bertobat tidak lagi mencontek ataupun memberikan contekan, teman saya memohon agar saya memberikan contekan dengan memberikan alasan-alasan mengapa ia membutuhkan bantuan. Saya menolaknya dan membuatnya sedih… Saya sudah berbuat dosa… Saya tidak mau menolong teman saya dan membuatnya terluka.
Kita tidak mungkin dapat berhenti berbuat dosa jikalau kita tidak pernah menerima kemurahan dari Tuhan. Yang membuat manusia bebas dari dosa bukanlah segala perbuatan baik kita. Tidak ada seorangpun di dunia, bahkan nabi sekalipun sanggup menjalankan taurat Tuhan 100% sempurna. Yesus datang ke dunia untuk menyelesaikan tugas, yakni menggenapi hukum Taurat dan mematahkan kutuk. Karena itulah, keselamatan kita tergantung kepada Yesus Kristus, hasil usaha kita tidak dapat berbuat apa-apa untuk mendapatkannya. Tanpa kita sadar, kita sering mengingkari kuasa Yesus. Kita menjadi seorang yang sangat rohani, tapi kita sendiri meragukan keselamatan kita. Ketika kita diberi pertanyaan “jika engkau mati hari ini, apakah engkau akan masuk surga?”, 99% akan ragu menjawabnya. Ini adalah contoh kita mengingkari kuasaNya.
Kita sering diombang-ambingkan oleh pengajaran hukum taurat, bukan injil. Misalnya, suatu pengajaran mengatakan “kalau tidak berbahasa roh, tidak bisa masuk surga“. Tentu saja ini salah! Bahasa roh membuat kita dekat dengan Tuhan, tapi tidak membuat kita kehilangan keselamatan. Begitu banyak injil-injil palsu yang tidak pernah ada dalam Firman Tuhan, tapi disampaikan dan ditanamkan.
Keselamatan tidak tergantung pada perbuatan kita, tetapi dari kasih karunia.
Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya.
Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”
Yohanes 5:2-7
Orang ini percaya akan adanya kesembuhan, namun tidak pernah mengalaminya sendiri. Ia mempercayai sesuatu yang salah, ia percaya kepada mitos-mitos, kepercayaan dan roh-roh agamawi yang ada. Ketika Yesus datang dan menjumpai dia, Yesus bertanya suatu pertanyaan yang konyol kepadanya “maukah engkau sembuh?“. Seharusnya, Yesus sudah tahu bahwa ia ingin sembuh. Bahkan tidak hanya Yesus, pasti semua orang tahu bahwa ia ingin sembuh. Tetapi jawaban dari orang lumpuh ini justru berbeda. Ia tidak marah, ia bahkan tidak menjawab dengan benar. Ia justru mengalihkan pembicaraan pada situasi-situasi yang ada, seolah-olah ia meminta Yesus untuk menolongnya sampai ke kolam. Sesuatu yang baik dari orang lumpuh ini adalah ia tidak kehilangan harapannya untuk sembuh selama 38 tahun.
Betesda artinya rumah kemurahan. House of Mercy, di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk sembuh. Lalu mengapa orang ini tidak menerima kemurahan di rumah kemurahan? Karena ia memiliki pola pikir yang salah, pikiran-pikiran yang berkubu. Berpikir bahwa Yesus akan menolong saya ketika saya melakukan perbuatan yang wah, ketika saya melayani Dia dengan sempurna. Kita sering lupa akan hukum kasih karunia. Kesembuhan yang kita dapatkan tidak tergantung pada situasi dan kondisi, karena itu jangan salahkan situasi dan kondisi ketika kita tidak sembuh.
Ketika Yesus mati di kayu salib, dosa dan kutuk kita sudah ditanggung olehNya, karena itu Ia berkata “sudah selesai“
Barang siapa percaya Yesus sungguh-sungguh, dosanya telah diampuni dan kita diselamatkan. Ada proses pengudusan yang membuat kita semakin lama, semakin serupa dengan Yesus.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Evie Mehita : Seorang Anak – Teknon vs Huios?
Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.
Yohanes 3:6
Setiap kita dilahirkan oleh ibu kita, dari keturunan ayah dan ibu kita dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kita berasal dari daging, kita sudah pasti memiliki sifat-sifat daging. Tapi daging kita ini hanya bungkus saja, sebab kita adalah anak-anak Tuhan. Kita memiliki DNA roh, yakni ada sifat-sifat rohani.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Digembalakan adalah Sebuah Seni
Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.
Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.
Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan Etiopia dan Syeba sebagai gantimu.
Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.
Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai engkau, Aku akan mendatangkan anak cucumu dari timur, dan Aku akan menghimpun engkau dari barat.
Aku akan berkata kepada utara: Berikanlah! dan kepada selatan: Janganlah tahan-tahan! Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi, semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!”
Yesaya 43:1-7
Inilah waktunya anak-anak Tuhan untuk bangkit dan bersinar menceritakan kemuliaan Tuhan. Ide yang bagus belum tentu benar di mata Tuhan. Kita harus belajar untuk mendengar suara Tuhan dan belajar untuk digembalakan olehNya. Dengan tongkat, untuk memukul, mendisiplinkan dan mengarahkan. Bagi domba yang nakal, tongkat sangat diperlukan.
Digembalakan adalah sebuah seni. Ada suatu waktu di mana Tuhan menuntun dan menjaga kita, memanjakan kita. Tapi ada suatu waktu, Tuhan membiarkan kita berjalan sendiri dengan berjaga-jaga dengan tongkatNya untuk mengarahkan kalau kita mulai keluar arah.
Banyak orang yang tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan karena mereka tidak berdoa. Doa mengubah segala sesuatu, tapi sering dilupakan karena terlalu sibuk untuk mengubah segala sesuatu.
Sekarang waktunya kita meminta Tuhan untuk mendidik dan mendisiplin kita, menuntun kita dengan tongkatNya. Kita memiliki Roh Kudus, tapi bagaimana bisa berbeda pendapat dan saling menghujat satu sama lain. Roh Kudus ditunjukkan dengan buah-buah yang tetap dan dapat kita bagikan.
Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:
“Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!”
Yohanes 11:33-34
Ia bukan Tuhan yang tidak mengerti keluh kesah dan pergumulan kita. Tuhan bersedih ketika menghadiri pemakaman Lazarus. Ia tertekan melihat Maria menangis. Yesus mengerti keadaan Maria dan menangis bersamanya.
Ketika kita seperti tidak ada jalan keluar dalam pergumulan kita, Ia menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan kemuliaanNya. Kalau kita mengalami tongkat penggembalaan Tuhan, nikmati saja. Itu akan menuntun kita ke padang rumput yang hijau.
2 poin yang harus kita ingat untuk digembalakan Tuhan :
- Lepaskan apa yang kita percayai agar kita bisa digembalakan Tuhan.
- Pahami dan percaya tuntunan Roh Kudus.
Mukjizat tidak terjadi di atas kemungkinan, mukjizat terjadi di atas ketidakmungkinan.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Evie Mehita : Dasar dari Mukjizat
Kemudian Yesus berangkat dari situ dan tiba di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: “Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?
Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
(Markus 6:1-6)
Yesus ditolak di kampung halamannya sendiri; Nazaret. Orang-orang Nazaret hanya percaya Yesus sebagai anak tukang kayu bukan Anak Allah. Pada awalnya, mereka sempat takjub akan apa yang telah Yesus perbuat. Tetapi begitu menyadari latar belakang Yesus, mereka kecewa dan menolak Dia.
Seringkali manusia hanya melihat apa yang terlihat: fisik, latar belakang keluarga, dan masa lalu. Mukjizat yang dilakukan Yesus tidak memandang hal-hal duniawi. Ia bekerja sesuai kemauan dan ketetapan waktu-Nya.
Ketidakpercayaan–memandang segalanya penuh kemustahilan–menghambat banyak sekali mukjizat yang akan atau bahkan sudah dikerjakan oleh Tuhan dalam diri kita. Respon hati yang beku, hambar, dan tawar menyulitkan kita untuk mengecap mukjizat Tuhan di dalam hidup kita. Mukjizat jadi terlihat biasa aja atau bahkan seperti tidak ada mukjizat. Semua perbuatan Tuhan juga terlihat biasa saja. Padahal, Tuhan selalu datang dan berbicara pada setiap pribadi kita. Rasa cinta dan gairah untuk mengejar Tuhan kian lama makin meluruh.
Mengapa kita sukar menyenangkan Tuhan?
- Pribadi kita yang belum dibereskan. Mungkin itu luka masa lalu atau kepahitan yang masih dibiarkan terluka dan belum segera dipulihkan, sehingga ketika Tuhan berbicara, kita semakin tawar hati.
- Tidak mau bayar harga untuk mengikut Tuhan. Banyak followers Tuhan yang masih sebatas kagum akan mukjizat. Tidak mau membayar harga lebih untuk mengikut Tuhan dan enggan memikul salib.
- Banyak anak-anak Tuhan yang lari dari ‘peperangan’. Memiliki perasaan yang sensitive, banyak ketidakcocokan dengan gembala rohani–sehingga mundur dari komunitas, dan lain-lain.
Jangan membatas-batasi mukjizat Tuhan yang ingin Ia kerjakan. Generasi kita membutuhkan revival. Mengapa demikian? Kita sudah berada di akhir zaman. (Hari yang ke-6 selanjutnya hari ke-7 yang merupakan hari Sabat). Akan banyak penganiayaan, sengsara, air mata di penghujung zaman ini. Janganlah kita menjadi ‘ringan’ rohani sehingga kita mudah terlempar ke masa-masa kesukaran. Tuhan ingin melakukan permunian terhadap setiap pribadi kita. Berilah respon hati yang benar sehingga kita dapat peka akan pekerjaan Tuhan.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Syarat Pemulihan
Ketika saat teduh malam sebelumnya, pikiran saya melayang-layang pada penelitian orang Jepang yang dapat mengubah kotoran manusia menjadi makanan yang bisa dikonsumsi kembali. Saya menjadi terpikir “bisakah tempe berubah kembali menjadi kedelai?“. Otak saya berpikir untuk mencari jawaban. Karena saya adalah seorang sarjana kimia, saya merumuskan cara-cara mengubah tempe kembali menjadi kedelai. Setelah pikiran saya terpuaskan, pikiran saya berlanjut untuk mengubah tahu kembali menjadi kedelai.
Sejujurnya saya sedikit pusing. Jika itu tempe, sisa-sisa kedelai masih ada, tetapi kalau tahu yang lebih lembut, bisakah itu diubah kembali. Tidak cukup sampai di situ, pikiran kembali berlanjut untuk mengubah bubur kembali menjadi nasi. Pikiran itu cukup mengganggu saya sehingga saya tidak bisa melanjutkan saat teduh saya.
Kemudian pikiran saya melayang lagi, ketika gereja Tuhan sudah kehilangan api, mengalami penyimpangan-penyimpangan, tidak lagi mengutamakan Tuhan sebagai Tuhan dan Raja, apa yang harus dilakukan untuk memulihkannya kembali?
Saya mencari jawabannya lewat alkitab, tetapi tidak menemukan jawabannya. Akhirnya saya mencari jawabannya di internet untuk menemukan jawabannya. Tetapi tetap tidak menemukan jawabannya dan kemudian saya justru membuka acara America’s Got Talent. Di sana saya melihat seorang anak kecil bernyanyi dengan indah dan sangat merdu sekali. Orang tuanya terliaht begitu bangga terhadapnya.
Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu, katanya: “Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku. Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?
(Yunus 2:1-4)
Selanjutnya hati saya terasa hambar. Membaca alkitab menjadi tidak bergairah. Saya merasa seperti terbuang dan tidak mampu menyenangkan Tuhan, seperti Yunus yang gagal dalam panggilannya. Saya merasa Tuhan begitu sukar untuk disenangkan, seolah apa yang telah saya lakukan tidak pernah cukup. Kemudian saya merasa sedikit sedih, seolah berteriak “mengapa Engkau begitu sulit untuk disenangkan?“
Kemudian RohNya dengan lembut menjawab saya
“Engkau telah mengenalku begitu lama, tetapi sudahkah engkau benar-benar mengenal kasihKu?“
Pikiran saya lalu melayang kepada acara sekolah pelepasan siswa CMC School. Di sana anak-anak kecil itu menari dengan gerakan yang sangat sangat jauh di bawah peserta America’s Got Talent. Dengan gerakan yang sangat biasa saja, mereka bisa salah. Tetapi, meskipun demikian, orang tua mereka bangga melihat anak-anak mereka. Mereka merekam penampilan anak mereka dengan begitu sukacita.
Kita berpikir bahwa Tuhan akan bangga dan mengasihi kita kalau kita berprestasi. Tapi sesungguhnya, apapun yang kita lakukan, itu tidak mengubah fakta bahwa kita adalah anak-anak kesayangan Tuhan. Ia tetap bangga atas hidup kita. Tetapi Ia rindu kita pulih dan mengalami mujizatNya. MujizatNya akan terasa hambar kalau kita sudah kehilangan kasih Bapa.
Kemudian terlintas dalam pikiran saya “apakah kamu tidak percaya pada mujizat?”
Seringkali kita percaya pada mujizat, tetapi tidak mempercayai mujizat Tuhan. Kita bersukacita ketika ada momen-momen mujizat, tetapi apakah kita telah mengalami mujizat Tuhan secara pribadi? Saya tidak menyangka bahwa semua pikiran-pikiran nakal saya saat bersaat teduh adalah pengajaran Roh Kudus untuk saya.
Ketika kondisi hidupmu, keuanganmu atau hal-hal lainnya tampak buruk, pernahkah kita berharap mengalami mujizat? Hanya mujizat yang dapat mengubah bubur menjadi nasi kembali dengan rasa yang sama, bahkan mungkin lebih enak. Mujizat juga pasti dapat mengubah tempe menjadi kedelai kembali.
Kita seringkali melupakan mujizat. Kita percaya akan mujizat, tetapi tidak mengalami. Kita berpikr bahwa mujizat itu bukan untuk kita. Mujizat itu untuk orang lain. Petrus mengalami mujizat Tuhan, mengalami sentuhan Tuhan. Ia berubah. Paulus pun demikian. Ia yang seorang pembunuh anak-anak Tuhan, mengalami mujizat Tuhan dan diubahkan kembali.
Seberapa buruk hidup yang kita alami sekarang? Apakah hidup kita hanya dipenuhi nafsu-nafsu kehidupan, memenuhi kebutuhan kita, memikirkan jalan-jalan pribadi, tetapi tetap tidak bisa berhasil. Kita putus asa karenanya, seolah Tuhan telah meninggalkan kita. Padahal hanya satu yang kita butuhkan untuk memulihkan hidup kita, yaitu mujizat.
Kita tidak tahu kapan kita pergi dari dunia. Waktu Tuhan seperti pencuri dan iblis membuat kita tidak sadar bahwa hari Tuhan sudah sangat semakin dekat. Ciri hari Tuhan semakin dekat adalah hilangnya kasih dari manusia.
Bahasa kasih terbesar adalah mendengar, kemudian yang kedua adalah bertindak. Bagaimana kita bisa memberi kalau kita tidak mendengar kebutuhan mereka.
- Published in The Shepherd's Voice
PIC (Pro-M Impact City) : Conflict Management (Manajemen Konflik)
Dalam berorganisasi, konflik merupakan hal yang selalu dapat kita alami. Entah dengan rekan sesama anggota, rekan kerja atau dengan pimpinan atau atasan. Oleh karena itu, diperlukan jurus jitu untuk menangani konflik tersebut agar konflik itu tidak berlarut-larut dan bahkan berujung dengan dampak yang negatif bagi pertumbuhan karakter dan rohani kita. Berlatar belakang itulah, PIC bulan ini kembali melaksanakan seminar dewasa muda yang bertemakan Conflict Management dengan menghadirkan Pembicara Tamu Bapak Ir. Benny Lianto Effendy Sabema, M.M.B.A.T yang merupakan Direktur Politeknik Universitas Surabaya.
Sebagai pembuka, pembicara membagi 4 organisasi yang pengelolaan konfliknya dinilai paling sulit yaitu :
- Rumah Sakit
- Perguruan Tinggi
- Gereja
- Rumah Tangga
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai penanganan konflik yang baik, kita harus sama-sama menanamkan dalam mindset kita bahwa :
- Published in News & Events
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Percaya Buta
Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.
Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ.
Kejadian 12:1-5
Ketika Tuhan memanggil Abraham, Tuhan tidak memberikan sebuah perintah yang spesifik, seperti apa negerinya, bagaimana memasukinya. Sangat sukar sekali bagi orang percaya diberikan perintah oleh Tuhan. Generasi ini adalah generasi yang seringkal meminta segala sesuatu dengan spesifik.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Christin Jedidah : Warisan Kristus
Ketika seseorang akan mati, ia pasti meninggalkan sesuatu untuk orang yang dikasihiNya. Demikian juga Yesus meninggalkan suatu pesan-pesan untuk umatNya. Jika di film-film, pesan-pesan yang disampaikan sebelum orang tersebut pergi harus dilakukan. Lalu apa pesan-pesan Yesus?
Wasiat
Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.”
Yohanes 20:21
Kita sudah mengenal Amanat Agung yang tertulis dalam Matius 28:18-20. Satu hal yang Tuhan tekankan adalah pengutusan dan menjadikan semua bangsa murid Kristus. Gereja tidak peduli berapa banyak bangku yang terisi, tetapi berapa banyak orang yang datang ke gereja dan menjadi seorang murid. Menjadi murid Kristus bukanlah pilihan, tetapi keharusan. Itulah perintah Tuhan. Maka sebelum kita diutus untuk menjadikan semua bangsa murid Kristus, kita harus menjadi murid Kristus terlebih dahulu.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Evie Mehita : Rahasia Kekuatan
Kita beberapa kali sering merasa tidak kuat, lemah iman, bosan dan lain sebagainya. Kalau KKR, iman kita kuat, kalau bukan saat KKR, kita merasa lemah iman. Kita perlu untuk mengalami rahasia kekuatan.
Rahasia kekuatan kita adalah tinggal di dalam Yesus.
Ada seorang wanita berusia 28 tahun dan telah menikah selama 10 tahun. Kedua anaknya gugur dalam kandungan, mertuanya setengah lumpuh dan parahnya, ia berada di dalam ambang perceraian ketika ayahnya baru saja meninggal. Suatu ketika dalam sebuah perjalanan di pesawat, ia bertemu dengan seorang pria yang berasal dari Jepang. Mereka mengobrol dan hingga akhirnya pria Jepang itu bertanya “apakah kamu sudah mengenal Yesusku?”.
Wanita ini begitu terusik dengan pertanyaan pria Jepang itu. Ia adalah seorang Kristen dan pelayan Tuhan, ia sudah mengenal Yesus, tetapi pertanyaan itu sangat mengganggunya.
Begitu ia sampai, ia mengunjungi bapak gembala gerejanya dan meminta agar bapak gembala ini mendoakannya untuk bisa mengenal Yesus, menghancurkan kepahitan hatinya dan pemulihan akan hidupnya. Ia juga bercerita mengenai segala permasalahannya dan membuat bapak gembalanya terkejut. Wanita ini adalah ketua pemuda wanita dan seorang guru sekolah minggu yang aktif. Seluruh gereja telah menganggap pasangan suami istri ini adalah keluarga yang patut diteladani, tidak bermasalah dan aktif melayani Tuhan.
Setelah wanita ini keluar dan pulang, ia mengalami sukacita yang luar biasa.
Jadi, apakah kita sudah mengenal Yesus yang sejati?
Kalau kita sudah mengenal Yesus, mungkin kita sudah lupa bahwa kita telah mengenal Yesus.
Bukan berarti kita melayani, kita benar-benar hidup untuk Tuhan dan telah mengenal Yesus.
Hati wanita ini telah mati. Kekecewaan yang diberikan dunia ini membuat hatinya perlahan-lahan mati. Kerohanian kita dikatakan hidup bukan karena perkataan-perkataan kita yang baik dan rohani, recom yang ramai dan meriah atau khotbah-khotbah yang bagus, tetapi kehidupan kerohanian kita adalah pengalaman kita bersama Tuhan. Kita hidup bukan hanya melalui firman yang disampaikan oleh pengkhotbah saja.
Bagaimana pengalaman pribadi kita dengan Tuhan?
Apakah pengalaman kita bertumbuh atau stagnan?
Banyak orang mati rohani sekarang. Dimulai dari patah semangat menghadapi kehidupan, dunia kerja, kuliah, dalam menantikan janji Tuhan dan lain sebagainya. Patah semangat terus menerus, hingga akhirnya bingung akan jati dirinya. Tidak percaya akan Firman Tuhan dan panah-panah masuk.
“Firman itu bukan untuk aku…” “Janji Tuhan itu bukan untuk aku…” “Aku nggak bisa dipulihkan…“
Kemudian menjadi sinisme dan hati menjadi mati.
Seseorang dapat dimenangkan jika mau mengubah pola pikirnya. Pikiran kita tidak sama dengan pikiran Tuhan.
Kalau Tuhan mau ada gereja, meskipun gereja sudah banyak, maka dirikanlah gereja.
Meskipun sudah banyak orang berjualan makanan, kalau Tuhan kehendaki, juallah makanan.
Jangan hanya menjadi orang rata-rata, tetapi bergeraklah menembus ke atas, selaras dengan Tuhan.
Gunung Sinai atau Gunung Horeb adalah tempat Musa menggembalakan kambing dombanya. Horeb memiliki arti tandus, kering, mandul, padang pasir, padang gurun. Ketika itu Musa mengalami titik rendah dalam hidupnya, dari seorang raja menjadi pengasingan menggembalakan kambing domba. Sebenarnya apakah arti tempat Horeb itu?
Tempat padang gurun
Seperti tidak dikasihi, dibiarkan dan ditinggalkan oleh Tuhan. Tetapi saat kita mengalami hal ini, inilah saatnya kita mengalami Tuhan. Yang terpenting adalah penantian. Tuhan mau membentuk ketahanan dalam kerohanian kita untuk bertahan di tempat ini.
Tempat di mana visi Tuhan diperbarui
Di Gunung Horeb ini juga Elia bersembunyi dalam pelariannya, juga tempat Israel membuat lembu emas.
Kita perlu mengecek kembali visi yang kita miliki dari Tuhan atau tidak dengan cara :
- Mimpi itu baik
- Mimpi itu berdampak
- Berserah dan doakan
- Menjadi penyelesai visi Tuhan
Tempat Kemuliaan Tuhan
Tuhan menjumpai Musa untuk pertama kali melalui semak yang terbakar. Tuhan tahu, jika Musa dihadapkan langsung dengan kemuliaanNya yang besar, Musa akan kaget. Ketika Tuhan menampakkan diri dengan kemuliaan yang kecil, Musa masih dapat berdebat dengan Tuhan. Musa masih memakai luka dan kekecewaan dan belum dipulihkan, karena itu Tuhan hadir dengan semak yang terbakar.
Tapi saat kedua kalinya Tuhan menjumpai Musa, kemuliaan Tuhan menyelimuti gunung dan Musa naik ke atas gunung dan berjumpa muka dengan muka dengan Tuhan. Tak ada lagi tawar menawar dengan Tuhan dan mempercayai Tuhan sepenuhnya.
Kita lihat cara Tuhan bekerja. Kita mau kemuliaan Tuhan datang dalam hidup kita seperti apa. Bangsa Israel menolak untuk dekat dengan Bapa karena takut mati. Bangsa Israel menolak anugerah terbesar untuk berjumpa muka dengan muka dengan Bapa.
Perjumpaan kita dengan Bapa juga seharusnya semakin besar, tidak semak terbakar terus menerus.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Pergunakan Iman dalam Segala Hal
Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, semakin lemah iman kita.
1 Korintus 2:6-16
Sebagai orang percaya, kita harus tahu bahwa hidup kita tidak dikuasai oleh pikiran dan perasaan, melainkan dikuasai oleh iman kepada Kristus. Begitu banyak iman yang dihalangi oleh pengetahuan-pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, semakin lemah iman kita. Iman berarti mempercayai bahwa Tuhan sanggup melakukan segala perkara, meskipun secara pengetahuan kita, itu seperti tidak masuk akal.
Ketika dulu radio ada acara Healing From Heaven, terjadi begitu banyak kesembuhan dan mujizat. Mengapa bisa terjadi? Karena kami tidak melihat dengan pengetahuan kita, bagaimana kondisi mereka dan kami hanya percaya bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan dan memulihkan. Tetapi berbeda ketika kami dengan pasukan doa pergi ke rumah sakit-rumah sakit, iman kami hancur melihat kondisi pasien. “Sembuh tidak ya?”
Pengetahuan kita seharusnya tidak boleh melebihi iman kita karena pengetahuan kita tidak sempurna, pengetahuan Kristuslah yang sempurna.
Kalau hidup kita dikuasai dengan situasi, perasaan dan keadaan, kita tidak akan pernah melihat mujizat.
Ketika mengadakan KKR kesembuhan sebagai kelanjutan dari acara radio, saya mempersiapkan diri dengan membaca buku-buku kedokteran. Ketika mendoakan, lidah mudah berkata untuk kesembuhan seseorang. Tetapi suatu waktu ada seorang buta yang ternyata tidak ada bola matanya. Saya mulai bingung dan berkurang iman. Di dalam pikiran saya, jika dia katarak masih bisa untuk disembuhkan. Tapi kalau tidak ada bola matanya, saya bingung. Saya tidak berani untuk mendoakan pada awalnya dan menyuruh pendoa-pendoa yang lain untuk mendoakan. Tapi ternyata setelah beberapa bulan, seseorang tersebut mendapat anugerah dengan pertumbuhan bola mata. Itu adalah sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan. Pengetahuan kita harus kita taklukan di bawah kaki Kristus, karena pengetahuan menghambat mujizat terjadi dalam hidup kita.
Pengetahuan menghambat kita untuk melihat kemuliaanNya dinyatakan dalam hidup kita.
Kita sulit menerima perasaan tertolak, tidak menerima kalau ia ditolak dan menutupi rasa tertolak mereka. Hal ini membuat sulit untuk melihat kemuliaan dan susah untuk bertemu dengan Bapa karena Tuhan tidak dapat dijangkau dengan pikiran dan perasaan. Tuhan baik kalau diberkati, tapi Tuhan tidak baik kalau sakit dan menerima musibah. Pikiran dan perasaan seperti itu akan membuat kita jauh dari Tuhan. Tuhan ada dalam setiap kondisi kita dan tidak akan pernah tinggalkan kita.
Selalu ada berkat di balik masalah.
Dalam setiap pencobaan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita, akan selalu diiringi dengan berkat dan mujizat-mujizat. Tuhan tahu bagaimana menyatakan diriNya, menyatakan kemuliaanNya.
Dimensi pengetahuan tidak dapat menerima dimensi iman. Dimensi iman adalah percaya bahwa Tuhan tahu yang terbaik untuk kita, bahwa Ia akan menyediakan berkat-berkatNya yang cukup untuk setiap anak-anakNya. Stop pakai pengetahuan.
Kenapa fresh graduate selalu tersandung mendalami dunia usaha? Karena kebanyakan mereka pakai pengetahuan dan ego yang mereka rasa itu benar dan diterima saat di kuliah. Kita belajar untuk tidak dikuasai pikiran, perasaan dan pengetahuan. Pengetahuan itu baik, tetapi akan jauh lebih baik kalau diserahkan kepada Kristus. Mulailah belajar untuk bergantung pada Tuhan. Tuhan akan mengatur waktu yang tepat untuk mempertemukan dengan orang yang tepat.
Paulus adalah orang yang sangat pintar, tetapi setelah dia bertobat dan berjumpa dengan Kristus, selubung itu dibukakan dan ia mengerti bahwa pengetahuan yang ia miliki itu tidak sempurna dan sia-sia. Kita tidak bisa menerima Tuhan dengan pengetahuan. Hal-hal yg dari Roh hanya dapat diterima oleh roh.
Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.
1 Korintus 2:9-10
Jangan saat KKR, mendadak iman kita menjadi besar. Ketika KKR selesai, iman kita kembali menjadi kecil. Jangan latah secara rohani. Kita belajar pengenalan akan Kristus yang sejati. Gereja kita tidak dibangun dari kekayaan, tetapi Tuhan adalah Tuhan yang sanggup untuk memutarbalikkan keadaan karena Ia adalah pemilik langit dan bumi. Kita belajar untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
Hidup dari mengalami Firman adalah Firman yg hidup, bukan firman yang mati. Firman yang mati adalah firman yang hanya didengar di telinga tapi tidak terjadi dalam hidup kita.
Alami perjumpaan dengan Tuhan, buang perasaan dan pengetahuan. Dalam peristiwa 5 roti dan 2 ikan, ada teologia-teologia yang berkata bahwa ikan yang diberikan adalah ikan paus sehingga sanggup untuk diberikan kepada 5000 orang. Kemudian saat itu ada acara membuat roti terpanjang dan itulah roti yang dibagikan. Ada begitu banyak alasan yang dibuat untuk menolak mujizat Tuhan. Alasan-alasan itu akan membuat kita tidak dapat menerima dan melihat mujizat.
Terakhir, mulailah bergerak dalam dimensi Tuhan. Perbanyak waktu doa. Ketika kita mengandalkan Tuhan sungguh-sungguh, kita akan lebih banyak berdoa daripada berkerja dan saat itulah kita memasuki dimensi supranatural. Bagaimana berjumpa dengan orang-orang yang tepat di waktu yang tepat, seperti Sara yang seharusnya sudah tidak mungkin lagi untuk hamil tetapi ia dapat hamil. Kita belajar untuk mempercayai Tuhan, dimensi supranatural Tuhan itu mengatur ketidakmungkinan yang ada di bumi.
- Published in The Shepherd's Voice