Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane (Holy Spirit Series #2) : Mengenal Suara Roh Kudus
Roh Kudus adalah Roh Allah yang tinggal di dalam hati kita. Dia adalah penghibur dan kekuatan kita. Dia adalah pribadi yang lembut; Dia bisa bersukacita, Dia juga bisa didukakan. Ketika kita jatuh dalam dosa, Dia didukakan.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Intimacy With GOD
TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai kemenangan di kemah orang-orang benar: “Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan, tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!” Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN.
Mazmur 118:14-17
Berbicara tentang kedekatan dengan Tuhan, kita melihat banyak kata-kata yang dituliskan Daud yang menunjukkan kedekatannya dengan Tuhan. Seseorang bisa dekat dengan orang lain apabila mereka sudah memiliki hubungan cukup lama dengan orang tersebut. Seperti Daud dan Yonatan, mereka bersahabat cukup lama. Bahkan Yonatan bisa merasakan apa yang Daud rasakan ketika Daud dikejar oleh Saul. Yonatan berusaha keras untuk melindungi Daud. Daud dan Yonatan memiliki kedekatan karena mereka bersahabat sejak lama dan memiliki pengalaman bersama-sama.
Kunci utama dalam sebuah hubungan yang indah dengan Tuhan adalah pengalaman. Kita perlu mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita. Bagaimana cara kita mengetahuinya? Filter utama untuk mengerti kehendak Tuhan adalah pengalaman dan pergaulan kita dengan Tuhan. Tuhan memberitahukan perjanjian-Nya dengan orang-orang yang bergaul karib dengan Dia. Mustahil untuk mengenal Tuhan dan kehendak-Nya apabila kita tidak membangun hubungan dengan dia melalui waktu-waktu doa kita. Karena itu, kita harus memberikan waktu yang terbaik untuk berdoa kepada Tuhan. Sebab kita tidak akan bisa mengenal Tuhan dengan doa yang sangat singkat saja.
Kita perlu belajar untuk menjadikan Tuhan sebagai tujuan kita satu-satunya dalam hidup kita. Apa fokus hidup kita? Kita tidak akan berfokus dengan hal lainnya apabila Tuhan adalah fokus utama kita. Ada banyak orang yang begitu mengalami permasalahan dalam hidupnya, berusaha untuk mencari penyelesaian secara instan. Tetapi bukan dengan cara seperti itu. Jika Tuhan adalah fokus hidup kita, kita akan mencari Tuhan terlebih dahulu sebelum kepada hal lainnya. Karena itu kunci pertama untuk dekat dengan Tuhan adalah investasikan waktu yang terbaik untuk Tuhan. Waktu terbaik kita adalah pada waktu pagi hari. Mulailah pagi hari dengan mencari Tuhan.
Kita juga perlu belajar menjadi seorang pendengar yang baik. Karena mendengarkan adalah kunci sebuah hubungan. Jikalau kita minta didengarkan terus menerus tanpa mau mendengarkan, Kita sebenarnya tidak mengenali teman kita. Demikian juga hubungan kita dengan Tuhan. Apabila kita terus berbicara dengan Tuhan tanpa mendengarkan isi hati Tuhan, kita sesungguhnya tidak mengenal Tuhan.
Bagaimana dengan suara Tuhan yang kamu dengar? Suara Tuhan bukan seperti suara robot yang kaku. Suara Tuhan begitu lembut. Suara Tuhan juga bisa sangat keras ketika kita melakukan hal yang tidak berkenan bagiNya. Suara Tuhan juga bisa seperti nyanyian yang menghibur kita. Suara Tuhan yang benar adalah suara seperti seorang pencipta dengan makhluk ciptaanNya. Kita harus bedakan suara Tuhan dengan suara dari Iblis. Suara Tuhan tidak akan membuat kita semakin lemah, sedangkan suara dari Iblis akan memberikan penuduhan di dalam pikiran dan melemahkan kita. Sayangnya, kita seringkali menikmati penuduhan-penuduhan yang diberikan Iblis dalam pikiran kita. Kita bisa menikmati rasa bersalah kita. Banyak orang yang menikmati rasa sakitnya karena masa kecil yang bermasalah. Mungkin kita memiliki luka dengan orang tua kita, sehingga kita merasa suara Tuhan sama seperti orang tua kita. Kita akan merasa bahwa semua suara yang menghakimi dalam pikiran kita adalah suara dari Tuhan. Karena itu, kita perlu memiliki pemulihan dengan orang tua kita, supaya kita juga pulih dalam hubungan kita dengan Tuhan.
Apakah kita sudah mendengarkan suara Tuhan dengan baik? Mari dengarkan suara Tuhan dengan bijaksana. Ada banyak anak Tuhan yang salah dalam mendengarkan suara dalam pikiran mereka. Mereka bisa merasa bahwa suara-suara penuduhan yang berkata “aku tidak akan bisa, aku pembuat kejahatan, aku tidak akan pernah bisa bahagia” adalah suara dari Tuhan. Kebahagiaan kita yang terbesar adalah ketika kita memiliki Kristus. Sebenarnya yang membuat hidup kita tidak bahagia adalah pikiran kita sendiri. Ada banyak orang yang merasa hidupnya tidak bahagia karena mereka tidak memiliki kekayaan. Tuhan mengijinkan itu terjadi, karena Tuhan tahu bahwa ketika kita memilikinya, kita sangat bisa jauh dari Tuhan. Karena itu, rasa cukup yang Tuhan berikan itu baik untuk setiap kita.
Selain menginvestasikan waktu dan mendengar, kita juga harus belajar peka. Seperti Daud dan Yonatan, mereka begitu dekat dan saling peka. Yonatan begitu peka dengan kebutuhan Daud, demikian juga Daud kepada Yonatan. Sudahkah kita peka dengan Tuhan? Tuhan haruslah menjadi sesuatu yang berharga bagi kita. Tuhan kita adalah Tuhan yang cemburu ketika kita lebih mencintai yang lain lebih dari diri-Nya. Ketika kita siap untuk intim dengan Tuhan, kita akan dipakai menjadi pahlawan-pahlawan Tuhan. Mari kita belajar mendengarkan suara Tuhan, apa yang Tuhan mau. Ada tawaran-tawaran dunia yang bisa begitu menggoda kita. Tapi kalau kita belajar menolak apa yang bukan dari Tuhan, kita akan mendapatkan gantinya jauh yang lebih baik.
Belajarlah untuk fokus kepada Tuhan. Fokus artinya berikan waktu yang terbaik untuk Tuhan. Kita renungkan Firman Tuhan dan isi pikiran kita dengan Firman Tuhan itu. Selain itu, kita juga perlu belajar mendengarkan. Suami dan Istri, orangtua dan anak, maupun sesama teman, kita perlu belajar untuk saling mendengarkan. Belajar peka dengan hati Tuhan, jangan membuat Tuhan cemburu karena kita mengasihi yang lain lebih daripada Dia. Milikilah keintiman dengan Tuhan, dan kita akan memiliki kebahagiaan terbesar dalam hidup kita. (EN)
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Evie Mehita : First Love
Siapa yang pernah mengalami jatuh cinta untuk pertama kalinya? Mungkin untuk orang yang sudah dewasa, mereka mengalami cinta kedua, ketiga, dan seterusnya. Tetapi adakah seorang manusia yang tidak pernah mengalami jatuh cinta?
Cinta pertama dialami oleh seorang anak. Ketika baru lahir, manusia merasakan cinta kasih dari orangtuanya dalam wujud peluk dan cium seorang ibu. Bagi mereka yang tidak mengenal orangtua sejak kecil, setidaknya mereka merasakan sebuah cinta dari orang yang menemukan mereka. Semua orang pasti pernah mengalami cinta pertama. Kita mengalami cinta pertama ketika masih anak-anak. Kita mengerti kata ‘cinta’ dari orangtua atau orang-orang yang berada di sekeliling kita. Ada dua jenis cinta yang dialami oleh manusia ketika masih hidup di dunia.
- Cinta anak
Seorang anak kecil suka berharap untuk memiliki pasangan yang mempunyai figur sama dengan ayah atau ibunya. Mengapa hal ini sering terjadi? Karena cinta pertama seorang anak didapatnya melalui kasih orangtua. Ketika kita tidak mau memiliki pasangan seperti ayah atau ibu, artinya cinta pertama kita sudah rusak. Ketika cinta pertama kita rusak, itu akan menimbulkan sakit hati yang teramat dalam. Kalau tidak segera dibereskan hingga dewasa, hati kita akan menjadi keras. Akibatnya, kita tidak bisa mengecap kasih seorang bapa yang sesungguhnya. Mudah curiga dengan kasih Tuhan yang tak bersyarat.
Hati yang penuh luka harus dipulihkan!
Belajar untuk terbuka dengan Tuhan yang senantiasa memahami keadaan kita. Mungkin kita sering menyamakan perlakuan ayah yang di bumi dengan Bapa di sorga. Sehingga hal tersebut membuat kita mudah curiga dengan Tuhan dan selalu berpikiran negatif tentang-Nya. Mari kita belajar untuk percaya pada setiap rencana-Nya. Karena, setiap kali kita curiga dan mengutuki Tuhan, hati Bapa sakit.
- Cinta persahabatan/kekasih/suami-isteri
Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Wahyu 19 : 7
Sebagai gereja Tuhan, kita bukan hanya menjadi anak, tetapi pengantin Tuhan. Cinta kita harus mengalami pertumbuhan hari demi hari. Kita seringkali berpikir bahwa kadar cinta Tuhan kepada kita diukur dari pelayanan dan kegiatan rohani yang lain. Tetapi sesungguhnya, cinta Tuhan dari dulu, sekarang, dan sampai selamanya tetap sama. CintaNya untuk kita, tetap dan sempurna 100%. Tetapi cinta kita sebagai manusia harus mengalami perubahan. Ada keintiman dengan Tuhan yang harus kita bangun. Kita harus menjadi anak, tetapi juga harus mempunyai cinta kepada Tuhan sebagai kekasih.
Dalam ayat Hosea 2:6 tertulis “Dia akan mengejar para kekasihnya, tetapi tidak akan mencapai mereka; dia akan mencari mereka, tetapi tidak bertemu dengan mereka. Maka dia akan berkata: Aku akan pulang kembali kepada suamiku yang pertama, sebab waktu itu aku lebih berbahagia dari pada sekarang.” menggambarkan kasih Tuhan sebagai ‘suami’ kepada umat Israel.
Kita mudah sekali mencintai banyak kekasih. Cinta kita tidak stabil. Semua yang menyenangkan hati kita bisa menjadi kekasih, entah pekerjaan, persahabatan yang selalu menjadi orang ketiga antara kita dengan Tuhan. Tetapi jangan letakkan Tuhan di urutan ke-2 atau ke-3 dalam hidup kita. Belajar mencintai itu diperbolehkan, tetapi jangan sampai membuat Tuhan cemburu karena lebih mementingkan hal itu lebih dari Dia.
Tuhan mau menjadi yang pertama dan utama dalam hidup kita.
Terkadang kita juga egois. Kita ingin menjadi yang pertama untuk pasangan kita atau orang-orang yang kita sayangi. Tuhan taruh cinta di antara manusia supaya kita belajar untuk mengenal cinta-Nya Tuhan—hasrat dan kerinduan Tuhan sebagai mempelai. Tuhan mempunyai kecemburuan yang kudus. Hidup di dalam Yesus akan menemukan sukacita dan kepuasan yang kekal.
Keintiman harus kita miliki setiap hari. Keintiman berbicara tentang kedekatan hubungan pribadi dengan Tuhan. Kita memiliki komunikasi dan kepercayaan pada Tuhan.
“Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.”
2 Korintus 11:2
Arti cinta dalam Firman Tuhan; Hes = kemurahan atau mercy, kesetiaan dan kemuliaan. Ahab = aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, cinta yang penuh dengan passion dan hasrat seperti suami-isteri, sahabat, orangtua, dan anak.
TUHAN MENCINTAI KITA DENGAN SANGAT BERGAIRAH. OLEH KARENA ITU, MARILAH KITA HDUP DALAM KASIH TUHAN
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Pursuit Of God
Semua orang pernah merasa rindu. Kita seringkali rindu dengan orang tua, teman, atau orang-orang kesayangan kita. Tuhan pun sangat merindukan Israel pada masa-masa bulan madu dengan Tuhan. Pada waktu itu ada hadirat Tuhan yang kental dan terasa, mereka begitu bergembira akan Tuhan. Tuhan rindu mengenang masa yang indah tersebut.
Tuhan rindu hati kita seperti anak-anak. Anak-anak tidak ada rasa habisnya dengan rasa “kangen”. Rasa kangen adalah salah satu bagian dalam pengajaran kita akan Tuhan. Kalau kita sudah tidak kangen lagi dengan Tuhan, sebenarnya artinya kita sedang kehilangan sukacita di dalam rumah Tuhan. Ketika kita sudah kehilangan sukacita di dalam rumah Tuhan, kita akan menggantikannya dengan sukacita palsu. Kita bisa memenuhi sukacita kita dengan hal lain atau bersama dengan teman-teman kita yang merupakan sebuah duplikat dari sukacita Sorga.
Mengapa Tuhan merindukan masa-masa bulan madu dengan Israel? Tuhan merindukan Israel pada masa-masa mereka taat kepada Tuhan. Pada masa itu, mereka bersorak-sorai kepada Tuhan. Mereka menjadi anak-anak yang menyenangkan bagi Tuhan. Mungkin dulu kita pernah melihat seorang yang sangat menyenangkan. Namun, ketika bertemu mereka lagi kini, mereka menjadi pribadi yang berubah sama sekali. Apakah kita seperti itu? Dalam siklus kehidupan kita, ada masa-masa dimana kita menjadi sosok yang begitu menyenangkan hati Tuhan. Ketika kita menjadi pribadi yang menyenangkan bagi Tuhan, kita menjadi pribadi yang berbeda di hadapan Tuhan.
Oleh karena itu, ketika kita sering datang ibadah, tapi tidak ada lagi rasa kangen dengan Tuhan, sebenarnya kita sudah menjadi pribadi yang asing.
Pribadi berbicara spirit atau tentang jiwa kita. Meskipun kita tinggal di dalam tubuh, tetapi ketika kita mengalami perubahan ke arah yang positif atau ke arah yang lebih baik, kita menjadi pribadi yang berbeda. Pribadi yang berbeda inilah yang menyenangkan hati Tuhan. Ketika kita melihat teman-teman kita berbuah roh, dia hidup di dalam sukacita Tuhan, kita akan menyenangi pribadinya. Tetapi ketika kita melihat mereka menjadi sosok yang asing, kita merasa tidak mengenalnya. Apakah pribadi kita sekarang adalah pribadi yang menyenangkan hati Tuhan? Apakah kita memiliki kerinduan akan Tuhan? Sekalipun kita hidup dalam dosa, tapi kita perlu menyukai rumah Tuhan. Kita perlu terus mencari-cari Tuhan. Sama seperti Daud, yang setiap saat mencari wajah Tuhan melebihi semua permasalahan-permasalahan yang dia alami.
Satu hal yang telah kuminta kepada Tuhan, itulah yang kuingini: diam di rumah Tuhan seumur hidupku, menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya
Mazmur 27 : 4
Dalam mazmur Daud, tergambar bahwa Daud mendapatkan sukacita dalam hubungannya dengan Tuhan. Beban hidup semakin besar, bukan berarti menjadi alasan bagi kita untuk tidak mencari wajah Tuhan. Dalam semua permasalahan yang dihadapinya, Daud selalu mencari wajah Tuhan. Ia selalu merindukan Tuhan, sampai dia membuat Mazmur bahwa dia merindukan Tuhan melebihi masalah-masalahnya. Seakan-akan dia rela membayar berapa pun harganya untuk berjumpa dengan Tuhan. Itulah yang disebut kerinduan.
Kita tidak mungkin mengejar Tuhan jikalau kita tidak memiliki kerinduan. Ketika Daud mengejar Tuhan, dia memiliki sebuah gelora kerinduan yang luar biasa. Sama halnya dengan orang yang sangat kita cintai, kita akan merasakan sebuah kerinduan yang dalam kepada orang tersebut. Itulah yang disebut hasrat utama dengan pencarian akan Tuhan. Apakah hari-hari ini anak –anak Tuhan merindukan Tuhan? Apakah hari-hari ini Tuhan dijadikan sebagai Tuhan dalam hidup kita? Sama seperti anak-anak yang selalu rindu dengan orang terdekat mereka. Kita perlu punya hati seperti anak-anak. Ketika kita tidak memiliki hati seperti anak-anak, kita akan susah berjumpa dengan Tuhan. Hati anak-anak akan selalu mencari ayahnya sekalipun dia pernah di marahi atau disakiti.
Semua mazmur yang ditulis oleh Daud hanya tergambar menjadi 2 kata, yaitu “kangen” dan “kecanduan”. Daud mengalami kecanduan akan Tuhan. Apakah kita sudah kecanduan akan Tuhan? Kecanduan akan Tuhan akan membuat kita gelisah jika kita tidak bertemu dengan Tuhan. Hati kita sangat terusik ketika kita tidak berdoa atau tidak mencari Tuhan. Gereja akan penuh dengan api Tuhan jika kita rindu akan Tuhan. Mari kita mencari dan merindukan Tuhan jauh melebihi apapun yang kita anggap berharga. Hati kita juga tempat yg harus kita sediakan penuh buat Tuhan. Banyak anak Tuhan harus belajar mengalami kerinduan akan Tuhan.
Daud memiliki hati seperti anak-anak. Setelah berbuat dosa, dia langsung menangis, memeluk Bapanya dan bertobat. Ketika kita berbuat dosa, apakah yang kita lakukan? Kita pergi ke gereja mencari Tuhan, atau kita semakin menikmati dosa kita? Setelah berbuat dosa, kita akan sungkan dan enggan ke gereja karena merasa tertuduh. Tetapi hati seorang anak kecil tidak seperti itu. Ketika anak kecil berbuat salah, dia akan mencari ayahnya. Ketika kita ada masalah dan sakit, seringkali kita cari hal-hal yang ada di sekitar kita. Banyak anak Tuhan yang ketika menghadapi masalah atau sakit, mereka mencari solusi lewat google terlebih dahulu daripada Tuhan. Mari kita sungguh-sungguh mengejar Tuhan seperti kita mengejar orang yang kita cintai. Jika kita menyelidiki lebih lanjut, Mazmur Daud semuanya berisi ungkapan “kangen” kepada Tuhan. Daud tidak ingin menjauh dari Tuhan. Buku harian Daud isinya bersyukur dan menyembah Tuhan. Apa isi buku harianmu? Awal dari sebuah Great Revival adalah saat kita mencari Tuhan. Mari kita cari Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Mari kita miliki hati yang tulus seperti anak-anak yang selalu punya kerinduan. Miliki hati yang kecanduan akan Tuhan, dan hati yang diikatkan dengan Tuhan. Gereja tidak melarang orang untuk berpacaran. Tapi kita harus mengerti dan melakukan prinsip pacaran yang kudus. Kita harus tahu tempat dan tahu waktu. Kita tidak boleh membuat orang lain yang melihat kita menjadi tersandung; ini prinsip Firman Tuhan. Ketika kita melakukan prinsip Firman Tuhan, kita akan bersukacita dan bergembira. Mengasihi sesama manusia artinya belajar dalam seluruh kehidupanmu jangan membuat orang lain tersandung.
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu, dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Lukas 10 : 27
Amerika Serikat adalah negara yang mengindustrikan segala sesuatu, termasuk juga dengan gereja Tuhan. Mereka membawa gereja Tuhan dalam industri. Gereja Tuhan sudah terpisah dari kasih karunia Tuhan. Mereka menjadikan rumah Tuhan sarang penyamun. Banyak hamba Tuhan yang pada mulanya mencintai Tuhan menjadi sesat pada akhirnya. Karena itu, seorang hamba Tuhan, Billy Graham, berkata bahwa “Amerika, kembalilah kepada Tuhan!” Kekristenan yang saat ini bukan lagi kekristenan yang bersumber dari alkitab. Banyak orang pergi ke gereja hanya untuk mendengarkan lagu-lagu. Lagu-lagu tersebut bertujuan kepada industri semata.
Penginjil-penginjil di Kisah Para Rasul tidak pernah dibayar. Bagaimana dengan penginjil masa kini?
Banyak yang mencari keuntungan untuk diri mereka sendiri. Pada jaman gereja mula-mula, jemaat akan memberikan semua yang mereka punya, bahkan seluruh hidup mereka dipersembahkan untuk kemuliaan nama Tuhan. Ketika gereja sudah menjadi sebuah industri, sesungguhnya gereja sudah terpisah dari kasih karunia Tuhan. Kekristenan yang sejati adalah kekristenan yang mencari Tuhan, kerinduan akan Tuhan, dan kecanduan dengan Tuhan.
Gereja masa kini berusaha untuk menarik banyak jiwa dengan melakukan banyak program. Banyak program yang hanya menghibur diri sendiri, tapi tidak ada waktu untuk mencari Tuhan. Gereja haruslah mendorong jiwa-jiwa untuk berjumpa dengan Kristus, pencipta kita. Paulus pernah berkata kepada orang di Galilea, “Hai orang Galilea yg bodoh, apa yang mempesona kamu selain pada Kristus yang hidup?” Oleh karena itu tujuan pemberitaan Firman Tuhan bukan untuk kemuliaan hamba Tuhan. Hari-hari ini kemuliaan Tuhan sedang dicuri. Dulu anak-anak Tuhan tidak menonjolkan diri mereka ketika melakukan sesuatu atau menulis buku. Hasil tulisan dari seorang yang sungguh-sungguh memberitakan Firman Tuhan tidak memiliki cover. Apa yang terjadi sekarang? Begitu banyak hamba Tuhan yang “mejeng” di cover buku yang mereka tulis. Seringkali di papan pengumuman gereja ditulis nama-nama orang yang menyumbang perpuluhan untuk gereja. Mari kita tidak mencuri kemuliaan yang sebenarnya bukan milik kita. Mari kita kembalikan kemuliaan hanya kepada Tuhan!
Gereja akan mengalami the Great Revival. Tapi sebelumnya, Tuhan rindu kita punya hati yang rindu akan Dia. Hati yang menginginkan Dia senantiasa. Tuhan mau kita punya hati yang kecanduan akan Dia. Seperti hati Daud yang “kangen” yang amat sangat kepada Tuhan. Hari-hari ini mungin sibuk bekerja atau studi, tetapi kalau kita mencari Tuhan dan kebenarannya, pemeliharaan-Nya sempurna bagi orang-orang yang kudus. Ayo kita mencari Tuhan. Apabila Tuhan diutamakan, musuh-musuh akan dipukul kalah. Ketika musuh Daud menyerang dia, dia tidak memanggil panglima atau triwira terbaiknya, tetapi dia datang kepada Tuhan. Seperti anak kecil yang mengadu kepada ayahnya, dia mengadu kepada Tuhan, dan dia menang. Mari kita minta hati yang merindukan Tuhan, hati yang kecanduan akan Tuhan, dan hati yang terikat dengan Tuhan, sehingga kita menjadi pribadi yang menang dalam kehidupan kita.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Evie Mehita : Menanyakan Dia
“Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?” “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia. Itulah angkatan orang-orang yang menanyakan Dia, yang mencari wajah-Mu, ya Allah Yakub.” Sela
Mazmur 24:3-6
Sebagai manusia yang diciptakan Allah, kita semua rindu mengalami kemuliaan Tuhan. Rindu dekat dengan-Nya. Tetapi siapa yang diperbolehkan menerima kemuliaan Tuhan? Generasi yang menanyakan Tuhan!
Menanyakan Tuhan sama seperti mengizinkanNya untuk bekerja dalam seluruh aspek kehidupan kita sesuai rencana yang telah Ia buat. Contoh, ketika kita ingin melamar pekerjaan di suatu perusahaan, sudahkah kita bertanya pada Tuhan? Contoh konkret lainnya adalah ketika kita menyukai seseorang dan ingin melanjutkan ke hubungan yang lebih serius, sudahkah kita menjadikan-Nya sebagai Yang Berdaulat atas hubungan kita?
Dituliskan oleh Daud bahwa generasi yang mencari Tuhan akan menerima berkat dan keadilan yang menyelamatkan. Generasi seperti ini akan mengalami kebangunan rohani yang luar biasa. Pemulihan akan terjadi ketika kita mau menanyakan dan mencari Tuhan.
Mencari Tuhan dapat diilustrasikan sebagai berikut; seorang anak kecil yang berusia 1-2 tahun tentunya belum mengenal bagaimana sosok orang tua yang sesungguhnya. Ketika digendong, anak kecil tersebut akan merasa biasa saja. Tetapi ketika ia sudah mulai mengenal ayah dan ibunya, barulah ia menyadari bahwa dirinya bergantung pada mereka. Ketika berjauhan dari orang tuanya, ia merasa tidak nyaman. Ia akan protes ketika dibawa jauh oleh orang asing. Seperti halnya kita. Seharusnya kita tidak merasa biasa saja ketika iblis mulai mengintimidasi hidup kita. Justru ketika kita merasa jauh dari Tuhan, kita akan memanggil nama-Nya, mencari Dia, dan menanyakan Dia. Itulah generasi yang dimaksudkan oleh Daud.
Rindu dengan Tuhan akan lebih berharga ketika kita memiliki hati yang haus dan lapar akan kebenaran. Berbeda dengan orang yang belum mengenal Kristus. Mereka tidak pernah merasakan kehancuran hati, sehingga haus dan lapar akan kebenaran tidak akan dirasakannya. Namun, seringkali kita merasa malu bertemu Tuhan karena merasa berdosa.
Daud pernah bergumul dengan dosanya [Mazmur 51]. Apa yang menjadi respon Daud?
- “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaruilah batinku dengan roh yang teguh!” [Ay.12]. Tahir artinya bersih, sudah dikuduskan. Hati yang tahir tidak bisa terlihat dari apa yang kita lakukan, pencapaian-pencapaian yang sudah dicapai, atau apa yang menjadi rutinitas kita sekalipun itu kelihatannya rohani. Hati yang tahir hanya bisa dinilai oleh Allah sendiri. Kita harus memiliki hati yang mau menjadi tahir dan mengalami pembaruan batin dengan roh yang teguh.
- Mempersembahkan korban yang benar [Ay. 19-21]. Korban adalah hati kita yang disembelih. Korban bakaran berbicara tentang hati kita yang dibakar oleh kerinduan Tuhan. Orang yang hatinya sudah dibakar otomatis akan menjauhi dosa. Tidak cukup hanya dengan membaca Firman Tuhan dan buku-buku rohani. Mungkin kita merasa kagum dengan kesaksian orang-orang yang dipulihkan. Kita harus mengalami pembakaran hati itu sendiri. Pembakaran hati bukan hanya sebagian, tetapi seluruhnya [Ay.21].
Sudahkah kita menanyakan Dia atas segala pilihan hidup kita? Yang terpenting, sudahkah kita menyerahkan hati dan hidup kita untuk ‘terbakar’ seluruhnya?
KITA BUTUH URAPAN.
HARGA SEBUAH URAPAN ADALAH KORBAN.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Berhala Terkuat
Ada begitu banyak dewa-dewa yang disembah oleh manusia di muka bumi ini. Di dalam Alkitab, kita mengenal beberapa dewa yang disembah oleh bangsa-bangsa bukan Israel. Ada dewa dagon, dewa kamon, dewa molokh dan lain-lain. Semua dewa-dewa itu telah berhasil dihancurkan dan ditundukkan oleh Tuhan. Tetapi, ada satu jenis berhala yang begitu kuat dan bahkan kita menyembahnya sampai saat ini. Berhala itu bernama “saya“.
Mengapa “saya” menjadi sebuah berhala? Karena seringkali, segala sesuatunya haruslah berpusat kepada saya dan saya, pada diri sendiri. Semua orang harus mencintai saya, semua orang harus menerima pendapat saya. Inilah berhala yang sangat kuat dan paling sulit untuk dihancurkan.
Kita rindu dicintai, dihargai dan dikasihi. Tetapi sebenarnya kita tidak bisa memaksa orang lain untuk mencintai kita sesuai dengan cara kita. Kita tidak bisa mengatur orang lain untuk mengasihi kita, tetapi kita bisa mengatur diri kita sendiri untuk memberikan cinta pada orang lain, untuk memberikan pengampunan kepada orang lain. Itu adalah prinsip yang Tuhan berikan kepada kita melalui hukumnya yang terutama dan utama.
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Matius 22: 37-39
Alkitab tidak menyatakan “kasihilah dirimu“, melainkan “kasihilah sesamamu manusia“. Tetapi manusia masih memakai prinsip “kasihilah dirimu“. Kalau kita tidak berhasil mengalahkan berhala bernama “saya” atau diri sendiri ini, kita tidak akan dapat melihat kemuliaan Tuhan dalam diri kita.
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
2 Korintus 4:16
Apakah hari-hari ini kita tawar hati dengan Tuhan? Kita tawar dengan pengajaran, dengan Firman Tuhan, dengan doa dan kegiatan kerohanian. Bagaimana kita tidak tawar hati, jika kita tidak berhenti memuja diri sendiri. Kita harus stop memuja diri sendiri! Kasih tidaklah egois. Yesus telah menunjukkan diriNya yang tidak menjadikan diriNya manusia menjadi berhala. Ketika akan disalibkan, Yesus berkuasa untuk menyelamatkan diriNya sendiri. Tetapi jika Ia melakukan itu, tentu kita manusia tidak dapat diselamatkan.
Ketika kita pelayanan, tetapi kita mengharapkan suatu kembalian, sebagai upah atas pelayanan kita, kita hanya akan menjadi letih dan capek. Upaya kasih yang kita lakukan melalui pelayanan hanya akan membuat kita tawar hati. Hati yang sedang tawar akan selalu letih dan capek. Para rasul tidak pernah tawar hati. Sebagai contoh, Rasul Paulus diutus untuk pergi ke kota-kota dan bangsa-bangsa lain untuk memperkenalkan Yesus. Rasul Paulus tidak menolak atau bertanya “mengapa harus aku? Yang lain saja“. Ia menerima dan pergi dengan percaya, karena ia tahu, mungkin tanpa pelayanannya, bangsa-bangsa lain tidak dapat mengenal kebenaran. Ia telah menghancurkan berhala “saya” dalam dirinya. Bahkan ia menyatakan bahwa “aku ini adalah tawanan roh“. Hidupnya bukanlah untuk dirinya sendiri lagi.
Terkadang perintah Tuhan bukan untuk mempertahankan mimpi-mimpi kita, tetapi untuk melepaskan dan menyerahkannya dalam tangan Tuhan.
Seperti dewa dagon yang pada kisahnya, ia bersujud menyembah Tabut Perjanjian ketika tabut itu satu ruangan dengannya. Bahkan ia memenggal kepalanya di hari kedua.
Ketika kita “memenggal” keakuan kita, kemuliaan Tuhan akan dinyatakan.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Lapar dan Haus akan Tuhan
Doa Daud.
Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku.
Mazmur 86:1
Daud adalah contoh dari orang yang haus dan lapar akan Tuhan. Daud adalah seorang raja yang sangat kaya dan makmur pada waktu ia mengatakan hal itu. Apa yang dikatakannya itu sangat kontradiktif dengan kondisi yang sebenarnya. Dia menyebut dirinya “miskin” karena dia sangat menginginkan Tuhan. Sudahkah kita benar-benar menginginkan Tuhan seperti Daud?
Orang yang sakit tidak punya nafsu makan yang baik. Demikian juga dengan roh kita. Ketika roh kita tidak lagi haus dan lapar akan Tuhan, artinya kita sedang sakit. Begitu banyak anak Tuhan yang hidupnya dipakai untuk memuaskan jiwa mereka dengan semua target-target, pencapaian-pencapaian, bahkan mimpi-mimpi pribadi yang akhirnya menggantikan rasa lapar dan haus akan Tuhan. Mereka mengenyangkan jiwa mereka dengan berbagai hal yang terlihat, tetapi lupa bahwa roh kita juga memerlukan persekutuan dengan Tuhan.
Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
Wahyu 3:15-16
Tuhan ingin setiap kita memiliki hati yang senantiasa lapar akan Dia. Tetapi jika kita sering berkompromi dengan dunia, kita mengenyangkan diri kita dengan hal-hal yang menyenangkan jiwa kita tanpa mempedulikan apa yang menyenangkan hati Tuhan. Kita tidak bisa di saat yang sama menyukai dunia, tetapi juga menyukai hal yang rohani. Kita dikatakan suam-suam, dan Tuhan dapat memuntahkan kita dari mulut-Nya.
Karena engkau berkata: aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta, dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau membeli daripada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, dan agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Wahyu 3:17-18
Seringkali banyak anak Tuhan yang tidak sadar bahwa mereka melarat, malang, miskin, buta dan telanjang. Seolah-olah kita tidak membutuhkan perkenanan Tuhan dalam hidup kita. Kita memutuskan berbagai hal tanpa berdoa kepada Tuhan, tanpa bertanya apa yang berkenan bagi Tuhan. Kita tak sadar bahwa kita membutuhkan Tuhan; kita sangat miskin dihadapan Tuhan. Tuhan mau kita memiliki emas, pakaian putih dan minyak. Emas berbicara tentang kemurnian, iman dan harta kita. Tuhan mau kita memiliki hati yang murni dihadapanNya. Pakaian putih berbicara tentang kerendahan hati untuk hidup dipimpin oleh Roh Kudus. Minyak yang dari Tuhan yang akan membukakan mata kita untuk melihat seperti Tuhan melihat, melihat apa yang Tuhan ingin lihat.. supaya hidup kita mengerjakan panggilanNya dalam hidup kita.
Perumpamaan tentang gadis-gadis bodoh dan gadis-gadis bijaksana mengingatkan kita bahwa kita harus senantiasa berjaga-jaga. Kita harus bersiap untuk kedatangan Tuhan yang sudah tidak lama lagi, maka marilah kita menjadi orang yang memiliki kebijaksanaan. Menurut Amsal, kebijaksanaan berbicara tentang kepandaian yang Tuhan berikan. Kepandaian yang Tuhan berikan adalah hikmat di dalam Tuhan, bukan atas diri sendiri. Ketika kita menggunakan hikmat kita sendiri, maka kita akan mudah sekali salah dalam mengambil pilihan-pilihan yang ada di depan kita. Gunakan hikmat yang datangnya dari Tuhan, sehingga kita mengambil keputusan sesuai dengan kerinduan Tuhan.
Hai anakku, jikalau engkau menerima perkataanku dan menyimpan perintahku di dalam hatimu,
sehingga telingamu memperhatikan hikmat, dan engkau mencenderungkan hatimu kepada kepandaian, ya, jikalau engkau berseru kepada pengertian, dan menujukan suaramu kepada kepandaian, jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan TUHAN dan mendapat pengenalan akan Allah.
Amsal 2:1-5
Apakah engkau menyadari dirimu sedang sakit? Tak lagi haus dan lapar akan Tuhan? Mari kita menjadi sembuh! Kita perlu dibakar dengan api yang datangnya dari Tuhan. Saat persediaan minyak kita tak banyak lagi, Tuhan yang akan berikan kepada setiap kita. Minyak kita akan diperbaharui ketika kita mempersembahkan sepenuh hati kita untuk Tuhan.
Tuhan sedang mengetok hati kita, maka marilah kita relakan hati kita dan bukakan pintu kita bagiNya, supaya Dia mendapatkan kita dan kita menjadi sahabatNya. Dan minyak yang baru akan dicurahkan bagi kita. Minta Tuhan membukakan mata kita dengan minyak yang dariNya. Tuhan ingin kita melihat apa yang Tuhan lihat untuk setiap kita. Mari kita terus lapar dan haus akan Tuhan. Kembali kepada persekutuan dengan Tuhan dan Tuhan mendapati hati kita murni seperti emas di hadapanNya. GBU (EN).
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
Wahyu 3:20
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Buat Tuhan Tertawa
Berbicara tentang tujuan hidup seringkali manusia bingung dan bimbang apa tujuan hidup setiap kita. Kita tidak akan pernah tau tujuan hidup kita sampai kita dipenuhi kebenaran firman Tuhan. Tujuan hidup maksudnya adalah glory yang berarti kemuliaan Tuhan, di mana kita harus mengembalikan kemuliaan Tuhan. Karena tujuan hidup kita harus sebanding dengan kemuliaan Tuhan.
Ada seorang teman datang kepada saya dan berkata bahwa sepuluh tahun yang lalu, saya melakukan sebuah tindakan yang menunjukkan bahwa saya membeci dia, sehingga kemudian dia kepahitan dengan saya. Saya bingung, saya tidak merasa saya melakukan suatu tindakan yang membenci dia yang membuatnya kepahitan. Terkadang kita melihat orang-orang di sekitar kita dan mulai menilai dengan penilaian kita sendiri, sehingga muncul prasangka-prasangka yang dapat menimbulkan kepahitan di diri kita, padahal orang tersebut tidak memiliki maksud seperti yang kita pikirkan. Selama sepuluh tahun dia menyimpan prasangka tersebut dan tidak bertanya atau membereskannya dengan saya. Seseorang yang sering kepahitan dengan orang lain, tidak memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan. Sebab apabila gambar diri kita rusak atau tidak beres maka hubungan pribadi dengan Tuhan juga tidak baik dan prasangka dapat merusak hubungan persaudaraan.
Saya teringat di masa awal perintisan gereja ini, untuk membeli keyboard seharga 500.000 rupiah saja, kami harus berdoa dan berpuasa. Sedangkan sekarang ini, kami dapat dengan mudah mengeluarkan uang 7.000.000 rupiah bahkan lebih untuk keperluan gereja. Namun, saat kami membeli keyboard 500.000 rupiah tersebut, kami dapat merasakan Tuhan tertawa dengan pemberian kita. Sedangkan di saat ini kami mengeluarkan uang lebih besar untuk rumah Tuhan, Tuhan tersenyum. Kami memberikan sesuatu yang lebih mahal harganya, lebih banyak jumlahnya dan tentunya lebih berharga. Tetapi mengapa Tuhan tidak tertawa lagi seperti yang dulu?
Tuhan menyukai semua pemberian kita, itu pasti, apalagi disertai dengan ketulusan hati kita untuk memberikannya. Tetapi, Tuhan tidak melihat kuantitas pemberian kita. Tuhan melihat ke dalam hati kita dan Tuhan menyukai cinta mula-mula kita kepada Tuhan. Sebab persembahan yang sungguh-sungguh dihadapan Tuhan akan berbau manis di hadapan Tuhan. Orang yang menjadikan uang dan materi sebagai tujuan hidup sukar masuk kedalam kerajaan sorga.
Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: “Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari pada Allah saja.Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu.”Kata orang itu: “Semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.”Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: “Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”Ketika orang itu mendengar perkataan itu, ia menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya. Lalu Yesus memandang dia dan berkata: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”Dan mereka yang mendengar itu berkata: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?”Kata Yesus: “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah.”
Lukas 18:18-27
Bagaimana cara membuat Tuhan tertawa sukacita dengan pemberian kita :
- Menemukan kebenaran Tuhan didalam hidup kita
- Meninggalkan tujuan hidup atau mimpi kita yang lama
- Mengerjakan panggilan hidup yang diberikan Tuhan.
Tuhan menemukan kebahagiaan di dalam manusia apabila manusia menemukan panggilan Tuhan didalam hidupnya. Kebahagiaan sejati dalam diri manusia adalah menemukan panggilan hidup di dalam Tuhan.
Kita selalu mengatakan kalau kita percaya kepada Tuhan. Tetapi pada saat badai datang kita selalu mencari banyak jalan keluar untuk menolong diri kita dengan cara kita sendiri, kita tidak mencari pertolongan Tuhan, tinggal diam di dalamNya. Tinggal diam berarti kita mencari tahu apa mau Tuhan bagi kita bukan mencari jalan keluar sendiri dengan daging kita. Ketika kita tidak diam di dalam Tuhan saat badai datang kita akan menciptakan hal-hal yang jahat dalam diri kita.
Bila Tuhan memanggilmu jangan pernah keraskan hatimu. Letakan semua dosa-dosamu maka kamu akan mengalami pengudusan dari Tuhan. Tuhan bisa pakai seorang pezinah maka Tuhan juga bisa pakai setiap kita dengan syarat, yaitu serahkan hatimu. Kita harus percaya mujizat Tuhan. Sebab, gereja yang percaya mujizat tetapi jemaatnya tidak pernah mengalami mujizat gereja itu dikatakan mati.
Ketika kita bersaksi, kita sedang mempermalukan iblis. Tentu saja, ini adalah salah satu peperangan rohani karena iblis tidak mau dirinya dipermalukan. Ia akan mendakwa kita. Pernahkah suatu waktu kita bersaksi, misalnya kita mengatakan Tuhan Yesus baik dan selalu memberikan kita kesehatan, kemudian di esok hari, kita jatuh sakit? Itu adalah pekerjaan iblis. Tapi, jangan pernah takut untuk bersaksi, sebab Tuhan mau memurnikan kualitas kesaksian kita.
Setiap tujuan dari Tuhan pasti memiliki tantangan. Ketika kita mendapatkan tantangan, bukan berarti itu bukan merupakan panggilan Tuhan dan kemudian kita mencari “panggilan-panggilan” yang lain. Tuhan mau melatih kita menjadi orang-orang yang tangguh dan bukan orang yang gampangan. Panggilan Tuhan pasti selalu mendatangkan kemulian Tuhan.
Tuhan memberikan mimpiNya pada setiap kita, tapi mimpi Tuhan yang tidak jatuh di tanah yang gembur, pasti mimpi itu akan dicuri. Seperti yang kita ketahuai, ada yang jatuh di pinggir jalan kemudian dicuri. Ada yang jatuh di tanah yang berbatu-batu yang tidak berakar sehingga pada saat masa pencobaan, mimpi itu mati. Ada yang jatuh di semak berduri dimana mimpi Tuhan bertumbuh tetapi pada pertumbuhan selanjutnya terhimpit kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan dunia sehingga mimpi Tuhan tidak menghasilkan buah yang matang. Dan yang terakhir yang jatuh di tanah yang subur yaitu orang yang menerima mimpi Tuhan dan menyimpannya di dalam hati dan mengeluarkan buah yang baik dalam ketekunan.
Tuhan melatih kita untuk menjadi pribadi yang kuat bukan pribadi yang cemen. Pengalaman setiap orang berbeda sebab Tuhan kita adalah Tuhan yang unik. Apabila kita mau menyelesaikan masalah dalam hidup kita, kita harus menggunakan caraNya Tuhan bukan cari jalan keluar versi dunia. Proses pengudusan Tuhan seperti kisah bangsa israel. Walaupun mereka berzinah, kawin campur, menyembah berhala dan lain-lain, proses pengudusan Tuhan tetap berjalan dan belum selesai dan Tuhan akan selalu menuntun kita sampai ke tanah perjanjian.
Apabila Tuhan memanggil kita, Tuhan pasti memperlengkapi kita dan kasih karunia Tuhan selalu menuntun kita di dalam pengudusan Tuhan.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Evie Mehita : Mulutmu Harimaumu
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah;
sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.
Yakobus 1:19-21
Siapa sih, yang tidak suka berkata-kata? Semakin ramai, semakin asyik!
Firman Tuhan berkata kita tidak bisa menghalangi apa yang akan kita dengar, bisa berita buruk, berita negatif, prasangka orang, gosip dan lain sebagainya. Namun kita belajar untuk tidak langsung memberikan reaksi atas apa yang kita dengar. Lambat berkata-kata dan lambat untuk marah. Sebelum kita bereaksi, cobalah kita memikirkan dahulu apa yang kita dengar dengan kepala dingin, sehingga kita akan dihindarkan dari dosa amarah.
Semakin banyak berkata-kata, semakin banyak hal negatif yang kita terima. Semakin kita mengungkapkan isi hati dan ingin membereskan sesuatu kepada seseorang, justru semakin membuat sesuatu menjadi tidak beres dan akan membuat kedua pihak semakin menjauh.
Amarah manusia tidak pernah menghasilkan kebenaran. Lalu bagaimana dengan amarah Tuhan? Kita semua tahu bahwa Tuhan pun pernah marah. Tetapi amarah Tuhan berbeda, amarah Tuhan berdasarkan kebenaran, kebijaksanaan hati Tuhan dan memiliki tujuan kepada sesuatu yang baik. Namun amarah manusia seringkali hanya berdasarkan pada kedagingan semata sehingga tidak benar di hadapan Tuhan.
Tetapi pada hari sesudah bulan baru itu, pada hari yang kedua, ketika tempat Daud masih tinggal kosong, bertanyalah Saul kepada Yonatan, anaknya: “Mengapa anak Isai tidak datang makan, baik kemarin maupun hari ini?”Jawab Yonatan kepada Saul: “Daud telah meminta dengan sangat kepadaku untuk pergi ke Betlehem, katanya: Biarkanlah aku pergi, sebab ada upacara pengorbanan bagi kaum kami di kota, dan saudara-saudaraku sendirilah yang memanggil aku. Oleh sebab itu, jika engkau mengasihi aku, berilah izin kepadaku untuk menengok saudara-saudaraku. Itulah sebabnya ia tidak datang ke perjamuan raja.”
Lalu bangkitlah amarah Saul kepada Yonatan, katanya kepadanya: “Anak sundal yang kurang ajar! Bukankah aku tahu, bahwa engkau telah memilih pihak anak Isai dan itu noda bagi kau sendiri dan bagi perut ibumu? Sebab sesungguhnya selama anak Isai itu hidup di muka bumi, engkau dan kerajaanmu tidak akan kokoh. Dan sekarang suruhlah orang memanggil dan membawa dia kepadaku, sebab ia harus mati.”
Tetapi Yonatan menjawab Saul, ayahnya itu, katanya kepadanya: “Mengapa ia harus dibunuh? Apa yang dilakukannya?” Lalu Saul melemparkan tombaknya kepada Yonatan untuk membunuhnya. Maka tahulah Yonatan, bahwa ayahnya telah mengambil keputusan untuk membunuh Daud.
1 Samuel 20:27-33
Amarah Saul tidak dapat dibendung lagi dan ketika Yonatan, anak Saul sendiri yang begitu mengasihi Daud, tidak menerima amarah Saul tersebut, sehingga Saul menjadi begitu marah dan melempar tombak kepadanya. Saul mengalami amarah yang tidak terkendali.
Setiap emosi negatif kita memiliki magnet untuk berhubungan dengan emosi-emosi dan dosa-dosa lainnya.
Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan gerincing; dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.“
1 Samuel 18:6-7
Saul begitu membenci Daud. Pada awalnya, ia tidak membenci Daud, bahkan ia menyukainya. Saul memberikan peralatan perangnya ketika melawan Goliat, ia senang mendengar permainan kecapi Daud. Tapi ketika Daud semakin diangkat Tuhan dan dipuji-puji oleh bangsa Israel, Saul menjadi sangat iri kepada Daud. Saul merasa tidak aman dan tidak yakin akan panggilan Tuhan. Saul memiliki permasalahan dalam dirinya yang belum dibereskan, dan ketika area ini tersentuh, ia menjadi begitu marah. Area tersebut adalah dibandingkan. Setiap kita mungkin tanpa sadar, sejak kecil, kita dibandingkan. Hal inilah yang membaut emosi kita menjadi berantakan. Ada emosi yang tidak terlihat, ada emosi yang terlihat dari sikap dan kata-kata. Mengapa kita marah?
- Ketidakadilan
Ada ketidakadilan yang memang benar-benar merupakan ketidakadilan, ada ketidakadilan yang hanya merupakan versi ktia sendiri. Ketidakadilan membuat hati kita terluka dan kita menjadi marah. - Frustasi
Frustasi karena tidak mendapatkan sesuatu yang kita harap-harapkan. - Tersakiti
Orang yang tersakiti cenderung melindungi diri dengan amarah. - Avon
Banyak orang berkata bahwa sifat pemarah adalah turunan, tetapi kita memiliki Roh Kudus yang menuntun kita untuk berubah. - Perlakuan yang diterima waktu kecil
Perlakuan yang kita terima saat kecil akan membentuk kepribadian dan karakter kita.
Amarah yang sesuai dengan Firman Tuhan bukan merupakan seuatu dosa, tapi amarah yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan adalah dosa. Marah berdasar tujuan, amarah berdasarkan kebenaran adalah amarah sesuai Firman Tuhan, tapi amarah berdasarkan situasional, amarah dari daging adalah dosa.
Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.
Yakobus 4:2
Manusia menjadi iri hati karena menginginkan apa yang bukan atau belum menjadi haknya. Orang tua, sahabat, anak-anak kita membandingkan mana yang lebih baik dan lain-lain. Ini sangat merusak. Manusia menjadi iri hati karena menginginkan apa yang belum atau bukan menjadi haknya.
Hal penyebab iri hati dalam diri manusia yang kedua adalah gambar diri yang rusak. Kita ingin dikasihi seperti orang lain, kita merasa tidak dikasihi dan dihargai kalau cara mengasihinya tidak seperti yang kita bayangkan. Kalau kita tidak menerima seperti apa yang kita pikirkan, kita merasa tidak dicintai.
Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
Yakobus 3:16
Orang egois adalah orang yang melihat kebahagiaan diri sendiri. Karena itulah kita belajar untuk melayani, melayani Tuhan dan sesama. Dengan kita melayani, kita akan melihat pada Tuhan dan sesama. Kalau kita hanya melihat diri sendiri, kita akan hancur. Ketika kita sudah lemah dan lelah untuk pelayanan, apa yang mempertahankan kita kalau bukan Tuhan dan sesama. Kalau kita melihat diri kita sendiri, kita tidak akan pernah bisa bertahan dan kita akan hancur. Bahkan dalam dosa sekalipun, jangan kita terus menerus melihat pada dosa, tetapi kita belajar untuk melihat Yesus dan tidak melihat diri sendiri.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Evie Mehita : Berada dalam Komunitas
Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
Lukas 10:27
Sebagai makhluk sosial, kita perlu berhubungan dengan orang lain; membangun relationship. Nilai suatu hubungan sangat berharga. Tidak ada manusia yang tidak memiliki hubungan dekat dengan orang lain selain keluarga, minimal teman dekat.
Hubungan dibangun oleh kepercayaan, kasih dan kejujuran. Untuk menghancurkan suatu hubungan sangat mudah, tetapi untuk membangun kembali sangat sulit. Kita bisa terluka karena terlalu cinta dan mengasihi seseorang. Firman Tuhan sangat jelas mengatakan bahwa kita harus mengasihi Tuhan dan juga sesama. Hal itu tidak bisa dipisahkan! Tuhan menginginkan komunitas yang sehat. Iblis senang bila anak Tuhan keluar dari komunitas. Itu berarti mereka juga keluar dari tubuh Kristus. Iblis juga senang ketika hati kita lepas dari hubungan-hubungan komunitas. Ia akan membuat kita merasa malu lalu menjauhkan diri dari komunitas. Ia pun juga tidak senang apabila kita memaafkan dan terbuka satu sama lain. Keterbukaan akan menimbulkan rasa malu dan hal itu dipakai iblis untuk membuat kita berhenti bersaksi. Dengan begitu, belajar terbuka terhadap komunitas rohani sangat diperlukan. Seorang hamba Tuhan pun perlu belajar untuk terbuka.
Gereja yang sehat adalah gereja yang menjangkau, memuridkan, dan menghasilkan pemurid. Gereja adalah kita. Beberapa gereja saat ini berfokus pada acara sehingga jemaatnya tidak kuat dalam penggembalaan.
Kita harus berubah! Jadikan komunitas yang sehat sebagai gaya hidup. Visi tetap harus diceritakan! Kita harus menjadi generasi terang—menciptakan lingkungan komunitas yang kondusif. Harus ada misi Tuhan di dalamnya sehingga kita dapat menjangkau mereka sebagai murid. Apa yang kita bicarakan saat berkumpul dengan teman? Membicarakan tentang firman Tuhan atau hamba Tuhan? Jika sudah menjadi gaya hidup, bicara tentang firman Tuhan menjadi hal yang biasa.
Bagaimana hubungan kita dengan Tuhan? Apakah hubungan dengan Tuhan lebih berharga dari segala relasi di bumi? Ketika Salomo menganggap hubungan dengan istrinya lebih dari segalanya, ia jatuh.
Kita tidak bisa menjamin diri kita sendiri untuk tetap setiap pada Tuhan. Hanya oleh Roh Kudus yang menjamin kita. Maka dari itu kita tidak bisa berjanji, melainkan Roh Kudus yang menjanjikan kita untuk mampu mengatasi segala hal. Buatlah perjanjian dengan teman kita untuk mengingatkan bila kita sudah melenceng dari kebenaran. Teman yang baik akan membawa kita pada kebenaran.
Kita mungkin bisa tidak cocok satu dengan yang lain. Apa yang bisa menyatukan kita? Kasih Kristus dan tujuan Kristuslah yang menyatukan kita.
- Published in Sermons