Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Hidup Ini adalah Hidup Bagi Kerinduan Hati Tuhan
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” (Matius 5:13)
Mengapa garam merupakan hal yang penting dalam sebuah masakan? Karena garam memiliki rasa yang sangat kuat. Ketika kita memakan sesuatu yang diberi garam di dalamnya, maka lidah kita akan merasakan rasa asin terhadap makanan itu. Tentu saja itu terjadi secara otomatis, karena lidah kita memang dirancang untuk peka terhadap rasa. Tidak ada seorangpun yang tidak mempunyai kepekaan terhadap sebuah rasa, tidak ada seorangpun yang tidak mempunyai lidah yang peka, kecuali orang itu sedang sakit.
Ketika kita datang ke gereja, saat kita hadir dalam sebuah persekutuan orang percaya, apakah kita sudah mempersiapkan hati kita untuk peka kepada Tuhan? Apakah hati kita masih merasakan kerinduan Tuhan dalam hidup kita? Musim boleh berlalu, tetapi seharusnya kerinduan hati Tuhan terus kita rasakan dalam hidup kita. Jika tidak, maka sesungguhnya kita telah kehilangan sesuatu yang baik dalam hidup ini.
Menjadi tidak peka terhadap rasa merupakan hal yang tidak menyenangkan, karena segala sesuatunya akan terasa hambar, sekalipun sesuatu yang kita makan itu penuh dengan rasa yang seharusnya bisa kita nikmati. Menjadi orang yang kehilangan rasa merupakan hal yang buruk yang bisa terjadi dalam hidup ini. Apakah kita sedang sakit hari-hari ini? Apakah kita orang-orang yang sedang kehilangan rasa?
Kita adalah garam dunia (Matius 5:13)
Kita bukan hanya bisa merasakan rasa, tetapi kita seharusnya menjadi rasa itu sendiri. Kita seharusnya menjadi dampak dan berkat yang bisa dirasakan dan dinikmati oleh orang lain. Hidup kita haruslah menjadi kegerakan bagi Tuhan. Hanya rasa haus akan kerinduan hati Tuhan yang bisa membuat kita terus ada di dalam kerinduan hati-Nya. Apakah hati kita masih haus akan kerinduan hati-Nya? Ketika Tuhan memberikan sesuatu di dalam hidup kita, apakah respon kita? Pernahkah kita bertanya kepada Tuhan, “Apa yang Kau mau Tuhan di dalam hidupku?” Ketika kita meminta sesuatu kepada Tuhan dan Tuhan menjawab “Tidak”, apakah kita menjadi orang yang sakit hati ataukah kita percaya kepada kasih Tuhan?
Ada 3 hal yang perlu kita miliki supaya kita mengerti rencana Tuhan di dalam hidup kita:
Pertama, kita perlu memiliki indra perasa yang peka di dalam hati kita untuk selalu haus akan kerinduan Tuhan.
Kita perlu selalu mencari kehendak Tuhan dalam kehidupan kita. Jangan biarkan hati kita menjadi mati rasa! Sesuatu hal yang menyedihkan kalau hati kita tidak bisa lagi merasakan kerinduan Tuhan. Berbahagialah kalau hari-hari ini hati kita sedang dibentuk Tuhan. Bahkan kalau hari-hari ini hati kita sedang hancur, merasakan sakit, atau merasa tidak nyaman, karena proses yang sedang kita alami, tetapi itu artinya kita masih bisa merasakan sesuatu.
Kedua, kita perlu memiliki kacamata-Nya Tuhan.
Sekitar tahun 1990, seorang uskup gereja bernama Milton Wright menghadiri sebuah pertemuan gereja-gereja methodis. Di sana ia mendengarkan seorang rektor yang berbicara bahwa suatu saat manusia akan terbang seperti burung. Milton Wright yang menolak hal tersebut, berbicara kepada anak-anaknya untuk tidak mendengarkan perkataan rektor tersebut, karena Milton Wright merasa bahwa hal tersebut bertentangan dengan Firman Tuhan. Tetapi yang tidak pernah disangka bagi Milton Wright, bahwa anak-anaknya tidak sependapat dengannya dan bahkan menjadi penemu pesawat terbang yang hari ini kita kenal dengan sebutan Wright Bersaudara. Anak-anaknya bisa menangkap kebenaran yang ayahnya tidak bisa tangkap saat itu. Seringkali kita menggunakan kacamata kita sendiri terhadap segala sesuatu yang Tuhan berikan dalam hidup kita, dan kita selalu salah. Kita perlu menggunakan kacamata-Nya Tuhan.
“Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku “Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti madu.” Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya.” (Wahyu 10:9-10)
Ketiga, kita harus memiliki hati yang siap untuk menerima kebenaran, baik itu pahit atau manis bagi kita.
Mungkin kebenaran Tuhan itu tidak nyaman bagi kita, tetapi percayalah kebenaran Tuhan itu akan memerdekakan kita. Kebenaran Tuhan itu menyembuhkan dan memulihkan kita. Dengarkan suara Tuhan! Jangan biarkan pikiran dan hati kita dipenuhi oleh hal-hal yang bukan dari Tuhan, sehingga kita membuang waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan dalam hidup kita. Ingatlah, hidup ini hanya sementara. Biarkan hidup kita berkarya bagi Tuhan selama kita ada di bumi ini. Jangan sampai dosa dan cinta akan dunia yang menjadi fokus hidup kita. Percayalah rencana dan kehendak Tuhan adalah yang terbaik.
Suatu saat, ada seorang misionaris yang ingin mendirikan sekolah Alkitab, ia mendengar suara Tuhan. Tetapi saat itu, itu hanya mempunyai sedikit biaya, sedangkan yang dibutuhkan untuk mendirikan sekolah Alkitab membutuhkan biaya yang begitu besar. Di tengah kebingungan, di dalam pikirannya mulai muncul pertanyaan-pertanyaan tentang apakah benar apa yang ia lakukan atau justru ia sedang berada di jalan yang salah. Namun, suatu ketika ia bertemu dengan seorang penginjil di daerah tersebut. Ia menceritakan segala hal yang ia dapat dari Tuhan dan apa yang ia rasakan saat itu kepada penginjil tersebut. Kemudian, penginjil tersebut mengajak misionaris untuk mulai melangkah, sebuah langkah awal yaitu mulai membeli bahan-bahan bangunan untuk membangun sekolah Alkitab tersebut.
Karena misionaris tersebut juga tidak tahu apa yang harus dilakukan, akhirnya ia mengikuti saran penginjil tersebut, meskipun dengan berat hati karena ia tahu bahwa persediaan biaya yang ia miliki sangat terbatas dan sangat tidak masuk akal kalau harus dihabiskan untuk membeli bahan-bahan bangunan. Tetapi di saat mereka berdua mulai mengerjakan sesuatu, di suatu ketika, mereka bertemu dengan seorang tentara yang sedang lewat. Mereka tidak mengenal tentara tersebut, tetapi tiba-tiba tentara itu berkata bahwa misionaris tersebut merupakan jawaban doanya. Tentara itu mengatakan bahwa ia mendapatkan sebuah mimpi yaitu seseorang yang wajahnya sangat mirip dengan wajah misionaris tersebut. Lalu, kemudian tentara tersebut memberikan sebuah bungkusan kepada mereka berdua. Yang luar biasa, bungkusan itu berisi sejumlah biaya yang dibutuhkan untuk membangun sekolah Alkitab.
Kita memang terbatas, tetapi ingatlah kita punya Tuhan yang tidak terbatas. Tuhan tidak pernah berhenti akan pekerjaan-Nya. Jika Tuhan yang mengutus kita, percayalah Dia Tuhan yang akan menyelesaikannya bagi kita.
Yang kita harus lakukan adalah percaya dan mulai melangkah. Seperti pepatah yang mengatakan, “Perjalanan ribuan mil dimulai dengan satu langkah.” Ketika kita tahu kehendak Tuhan dan kita mulai bergerak, di saat itulah dimulai perjalanan kita bersama dengan Kristus. Terkadang kita terlalu banyak berpikir sehingga diam di tempat dan tidak melangkah. Untuk mengerjakan kerinduan Tuhan dalam hidup kita, dibutuhkan langkah iman. Serahkan segala kekuatiran kita kepada Tuhan.
1 Petrus 5:7 “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
Sekalipun saat ini kita masih punya begitu banyak hal perlu diproses dalam hidup kita, belajar menyerahkannya kepada Tuhan. Percayalah, Tuhan sanggup mengubahkan hidup seseorang.
Saat Leonardo da Vinci meluki “The Last Supper” ia mencari sosok-sosok yang sesuai untuk dijadikan wajah Yesus dan para muridNya. Ia bertemu dengan seorang pemuda yang sedang melayani di sebuah gereja. Ia menjadikannya sebagai model wajah Yesus karena wajahnya memancarkan kasih dan belas kasihan. Sampai akhirnya setelah bertahun-tahun, tersisa sosok wajah Yudas yang belum ia temukan. Setelah lama berkeliling, ia menemukan seseorang yang cocok menjadi wajah Yudas, seorang narapidana yang dijatuhi hukuman mati sebagai penjahat dan pembunuh, seorang pria dengan punggung yang bungkuk dan wajah berkerut, seperti orang yang sedang tersiksa, sangar dan menakutkan. Setelah melukis wajahnya, Leonardo sangat terkejut karena pria itu adalah pria yang sama yang dijadikannya sebagai model wajah Yesus.
Dosa bisa mengubah kehidupan seseorang. Dosa bisa membuat seseorang yang mencintai Tuhan dan melayani Tuhan, menjadi seseorang yang penuh kepahitan dan kebencian.
Galatia 3:3 “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?”
Jangan biarkan hati kita menjadi hambar, kehilangan rasa peka akan kerinduan hati Tuhan. Selagi ada waktu dan kesempatan, berkarya buat Tuhan. Layani Tuhan dengan penuh sukacita. Biarlah hidup kita menjadi hidup bagi kerinduan hati Tuhan.
Ps. Daniel Hadi Shane (Minggu, 20 Februari 2022)
- Published in The Shepherd's Voice