Khotbah Pdm. Evie Mehita : Hati Bapa dan Hati Anak
Banyak orang mempertanyakan bagaimana kita bisa memahami hati Bapa. Seringkali untuk memahami hati sesama saja tidak mudah, apalagi Tuhan yang tidak kelihatan. Karena itu manusia tidak bisa mengenal Hati Bapa kecuali Tuhan sendiri yang menyatakannya.
Tuhan Kita adalah Tuhan yang penuh kasih dan selalu punya insiatif untuk menjumpai umatNya.
Dari sejak masa Perjanjian Lama Tuhan selalu rindu hadir di tengah umatNya, sehingga Tuhan memerintahkan Musa untuk membangun mezbah. Dia rindu memimpin, menuntun umatNya, dan berbicara kepada mereka lewat nabi-nabi, bahkan bertheofani untuk menjumpai manusia. Hingga puncak penggenapannya pada masa Perjanjian Baru, dimana Tuhan turun ke dunia sebagai manusia dalam rupa Yesus Kristus.
Bagaimana kita bisa mengenal hati Bapa?
Kita mengenalnya melalui Yesus (Yoh 1:18). Dengan mengenal Yesus, maka kita mengerti hati Bapa (Yoh. 14:6-14). Firman Tuhan akan membantu kita mengenal Yesus. Karena itu, kita perlu membaca alkitab dan memiliki pengalaman dengan Yesus; itu yang membuat kita dapat mengenal hati Bapa.
Tuhan menjanjikan adanya roh dan kuasa Elia, yakni pemulihan hati Bapa dan anak (Luk. 1:16-17). Dimana hati Bapa berbalik kepada anak, dan hati anak kepada Bapa.
Hati yang berbalik antara bapa dengan anak adalah ketika anak itu mau taat, mau dibentuk, mau diubahkan, dan mau diajar. Ini bukan hanya berbicara tentang hubungan kita dengan Bapa di surga, tetapi juga pentingnya kita memiliki bapa rohani dalam kehidupan bergereja. Sama halnya seperti Paulus yang menjadi bapa rohani untuk anak-anaknya dalam Yesus karena injil yang diberitakannya (1 Kor 4:14-16).
Sebagai seorang anak, kita perlu tahu cara memperlakukan ayah kita di dalam Tuhan.
Belajar dari kisah anak-anak Nuh : Ham tidak menghormati ayahnya, tetapi Sem dan Yafet tahu cara menghormati ayahnya (Kej. 9:23). Sem dan Yafet memiliki “hati anak”. Demikian juga dengan Daud; Dia menghormati Saul sebagai otoritas di atasnya. Berbeda dengan anaknya, Absalom, yang memberontak dan melawan ayahnya sendiri. Tetapi Daud memiliki “hati bapa”, dimana dia menangisi dan mengasihi Absalom, sekalipun banyak perbuatan jahat yang dilakukannya.
Adakah engkau memiliki bapa rohani? Mengapa Bapa? Karena bapa memegang peranan penting. Sebab dari seorang bapa-lah kita memperoleh benih Ilahi, mimpi, visi, identitas, nama, ajaran, warisan iman, dan janji Tuhan. Ketika kita memilikinya, maka kita akan memperoleh semuanya itu.
Jangan hanya puas menjadi pengunjung gereja, tetapi mari kita memiliki bapa rohani, keluarga rohani, dan mau dimuridkan. Dan kita akan diberikan warisan dan mimpi Tuhan yang luar biasa untuk kita kerjakan. Mari bersama membangun dan mengerjakan mimpi Tuhan!
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Pelajaran Tuhan
Datanglah firman TUHAN kepada Yunus bin Amitai, demikian: “Bangunlah, pergilah ke Niniwe , kota yang besar itu, berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepada-Ku.” Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis , jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN (Yunus 1:3)
Tuhan rindu menyelamatkan Niniwe dari setiap kedurhakaan melalui Yunus. Tuhan memerintahkan Yunus untuk pergi ke sana dan menyerukan pertobatan di sana. Tetapi rupanya Yunus melarikan diri dari panggilan Tuhan.
Mengapa Yunus melarikan diri?
Yunus berpikir: “Kota Niniwe yang penuh kedurhakaan itu tidak mungkin menerima Tuhan. mereka pantas menerima hukuman Tuhan.” Sedang dia yang percaya kalau ia patut diselamatkan. Yunus menggunakan cara pikirnya sendiri dan menganggap itu sebagai sebuah kebenaran.
Hati-hati dengan cara pikir kita: Jangan menggunakan hikmat pribadi; kita anggap kita yang paling benar, tetapi pikiran kita tidak sesuai dengan pikiran Tuhan. Jangan batasi Tuhan dengan pikiranmu; karena pikiran kita terbatas, tetapi pikiran Tuhan tidak terbatas.
Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus ; dan Yunus tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya (Yunus 1 : 17)
Atas seijin Tuhan, ada ikan besar yang menelan Yunus. Terkadang Tuhan mengijinkan hal-hal buruk dapat terjadi dalam hidup kita untuk memberi sebuah pelajaran, dan supaya kita sungguh-sungguh sadar untuk bertobat dan bergantung penuh kepada-Nya.
Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus. Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia. Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN!” (Yunus 2:7-9)
Yunus merasa dirinya mengenal Tuhan, tetapi dia tidak punya kasih. Karena itu Tuhan menyadarkan dirinya melalui badai, supaya dia mengenal kasih Tuhan. Di situlah Dia menyadari akan kesalahannya. Dia belajar untuk mengenal hati Tuhan. Terkadang ada badai yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita, supaya kita kenal dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi hati Tuhan. Mintalah hati untuk mengenal kasih Tuhan. Seperti Yunus, lewat badai dan pencobaan, ia ingat akan Tuhan.
Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. Lalu atas perintah raja dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian: “Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa, tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. Haruslah semuanya, manusia dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya. (Yunus 3:5,7-8)
Tuhan sanggup membuat seluruh Kota Niniwe bertobat; bahkan semua orang dan hewan-hewan berpuasa dan berkabung menyesal akan kejahatan yang mereka lakukan. Pertobatan mereka bukan pertobatan yang tanggung-tanggung.
Kita pun juga demikian, jangan menjadi anak Tuhan yang tanggung-tanggung: Hanya suka dengan Firman yang menyenangkan telinga kita, tetapi tidak suka dengan Firman yang berbicara tentang salib. Tetapi marilah kita menyukai seluruh kebenaran Firman Tuhan. Kita menikmati berkat Tuhan, tetapi juga hidup menyangkal diri dan memikul salib bagi Tuhan.
Dalam Yunus 4, Tuhan mengajari Yunus bagimana Tuhan mengasihi Niniwe meskipun mereka pernah melakukan kejahatan. Bukan hak kita untuk marah sebagai orang yang melihatnya, karena seorang ayah, sekalipun anaknya nakal dan berbuat banyak kesalahan, dia akan tetap mengasihi anaknya. Inilah hati Bapa, Dia mengasihi semua umat-Nya dan menyesal dengan hukuman yang telah dirancangkan-Nya.
Matius 25:1-13 adalah kisah tentang gadis bodoh dan gadis bijaksana. Tuhan memperingatkan kita supaya menjadi siap sedia, sebab waktu kedatanganNya sudah dekat. Jangan sampai kita seperti gadis-gadis bodoh yang tidak punya persiapan, dan mereka tidak lagi diijinkan untuk masuk dalam pesta. Sudah siapkah kita menghadapi kedatangan-Nya yang sudah semakin mendekat?55
Keselamatan terbuka luas untuk banyak orang. Siapa yang percaya akan Kristus, dan menjadikan Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia akan diselamatkan. Mari kita sama-sama melakukan kerinduan Tuhan. Kita beritakan Kristus kepada semua orang. Mari berdoa dan minta hati Tuhan, supaya kita memahami setiap pelajaran yang Tuhan berikan dalam hidup kita.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Tongkat yang Berbunga
Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam.
Bilangan 17 : 1
Tongkat berbicara tentang otoritas, perkenanan Tuhan, dan apa yang sudah Tuhan berikan dalam hidup kita. Ada sebuah peristiwa di dalam perjanjian lama tentang tongkat Harun yang berbunga (Bilangan 17:1-13). Ada 12 tongkat yang dibagikan kepada suku-suku Israel, tetapi hanya 1 tongkat yang diperintahkan Tuhan untuk disimpan kembali sebagai tanda perjanjian Tuhan bagi umat-Nya.
Kala ini banyak anak Tuhan yang merasa dirinya sudah dewasa. Dia merasa bahwa dirinya sudah bisa memimpin. Adalah sebuah hal yang salah apabila pertumbuhan dipandang hanya berdasarkan dari berapa tahun seseorang melayani. Pertumbuhan kita dalam Tuhan bukanlah karena usia, tetapi pertumbuhan kita karena perkenanan dari Tuhan. Seringkali kita mempercayai orang-orang yang baru saja mengalami kelahiran baru yang masuk dalam persekutuan dan gereja Tuhan, lalu kita melihat dia begitu punya banyak skill dan berparas menarik, sehingga dengan mudahnya kita memposisikan dirinya sebagai orang yang dewasa rohani. Ini sangat berbahaya. Karena tongkat yang tidak bertunas tidak bisa dipakai Tuhan dan tidak berguna bagi siapapun.
Bagaimana supaya tongkat kita berbunga di hadapan Tuhan? Tongkat Lewi dan seluruh tongkat Israel dibawa ke rumah Tuhan, artinya berperkara di hadapan Tuhan. Kita perlu bawa tongkat kita kepada Tuhan dan berperkara kepada-Nya. Seperti Hizkia yang mengadukan perkaranya kepada Tuhan ketika Yerusalem hendak diserang oleh Sanherib.
Berkatalah mereka kepadanya: “Beginilah kata Hizkia: Hari ini adalah hari kesesakan, hari hukuman dan penistaan; sebab sudah datang waktunya untuk melahirkan anak, tetapi tidak ada kekuatan untuk melahirkannya.”
2 Raja-Raja 19:3
Perkataan Hizkia ini berbicara tentang banyak anak Tuhan yang sudah waktunya untuk melahirkan anak, tetapi tidak bisa melahirkan karena sudah tidak ada kekuatan. Ini adalah sebuah pernyataan yang sangat frustasi. Hizkia mengalami keletihan yang teramat sangat dalam menghadapi persoalan-persoalan yang harus dihadapinya. Tetapi yang dilakukan Hizkia adalah berperkara dengan Tuhan: Hizkia menerima surat itu dari tangan para utusan, lalu membacanya; dan membentangkan surat itu dihadapan Tuhan.
Tuhan adalah setia. Dia setia dengan perjanjian-Nya kepada kita. Dia sekalipun tidak pernah meninggalkan pekerjaan tangan-Nya. Bangsa Israel adalah bangsa yang dipilih Tuhan, meskipun mereka bangsa yang tidak percaya pada Yesus Kristus hingga saat ini. Karena Tuhan punya perjanjian dengan bangsa itu. Mereka selalu ketika mengalami masalah, mereka selalu datang kepada Tuhan Yahweh. Ketika kekeringan melanda mereka, menteri agama beserta dengan rakyatnya bersama-sama berdoa meminta hujan. Mereka suka berperkara di hadapan Tuhan.
Berperkara pada Tuhan mengingatkan Tuhan lagi tentang perjanjian-Nya. Hati seperti ini yang Tuhan mau. Begitu banyak orang memiliki banyak kesempatan, namun membiarkan orang lain mengambil kesempatan itu. Hatinya biasa-biasa saja dan membiarkannya meskipun itu diperuntukkan untuk mereka. Apa perjanjianmu dengan Tuhan? Bawalah dan perkarakan itu dihadapan Tuhan.
Pernahkah kamu punya keberanian untuk menagih kepada Tuhan untuk mengingatkan Tuhan dengan perjanjian-Nya kepadamu? Hizkia terpuruk dengan ancaman dari musuh dan dia tidak memiliki kekuatan lagi untuk melawan. Hizkia datang kepada Tuhan, dan dia mengingatkan Tuhan dengan perjanjiannya dengan Tuhan. Bagaiamana ketika kita lemah? Ketika kita lemah, kita perlu datang dan berperkara kepada Tuhan.
Hizkia menerima surat itu dari tangan para utusan, lalu membacanya; dan membentangkan surat itu dihadapan Tuhan. Hizkia berdoa di hadapan Tuhan dengan berkata: “Ya Tuhan, Allah Israel, bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi; Sendengkanlah telingaMu, ya Tuhan, dan dengarlah; bukalah mata-Mu, ya Tuhan, dan lihatlah; dengarlah perkataan Sanherib yang telah dikirimnya untuk mengaibkan Allah yang hidup.
2 Raja-Raja 14-16
Hizkia datang kepada Tuhan, dan seolah berkata, “Mari kita berperkara. Tuhan, lihatlah ada orang yang mendustai dan mengancam kami dengan mengaitkan perjanjian-Mu atas kami. Oleh karena itu, hari ini juga, kami berperkara dihadapan-Mu. Ingatkah Engkau akan kasih-Mu di waktu aku masih muda. Ingatkah Engkau, Tuhan?” Allah Israel adalah Tuhan yang setia. Tuhan tidak pernah mencabut perjanjian yang diberikan-Nya. Ketika Hizkia berperkara kepada Tuhan, Tuhan meluputkan Yerusalem dari tangan Sanherib. Itulah anugerah dan kesetiaan Tuhan. Mungkin pada waktu itu, Yerusalem dalam keadaan yang tidak baik. Tetapi kita perlu perkatakan Firman Tuhan, sebab Firman Tuhan tidak pernah berdusta.
Ketika kita berperkara di hadapan Tuhan, tongkat yang ada di tangan kita akan mulai bertunas. Mengapa tongkat Lewi yang bertunas? Sebab Lewi senantiasa berperkara dengan Tuhan. Mereka selalu mendapat penjagaan dari Tuhan. Kita semua punya tongkat. Mari bawa tongkat itu dihadapan Tuhan dan berperkaralah. Setelah kita berperkara, lihatlah ada penyertaan Tuhan yang ajaib dalam hidup kita.
Masa lalu kita tidak mempengaruhi tongkat kita bertunas atau tidak. Jadikan masa lalu kita pelajaran berharga. Kita punya otoritas dan tidak bergantung dari masa lalu kita. Tetapi tongkat yang kita miliki janganlah hanya kita jadikan souvenir atau kita jual. Bawalah tongkatmu dan perkarakan itu di hadapan Tuhan. Berperkara itu artinya mengingatkan Tuhan; Tuhan tidak akan marah. Kita harus tahu prinsip mengetuk pintu. Tidak ada dalam alkitab dikatakan bahwa kita hanya boleh mengetuk pintu sekali saja. Dikatakan bahwa, ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagi kita.
Tongkat berbicara otoritas. Mari kita bawa dan doakan itu supaya otoritas yang kita miliki bertunas, berbunga, dan berbuah badam bagi Tuhan. Buah badam adalah sejenis kacang almond. Kulitnya keras, tetapi rasanya enak. Jangan lihat buah dari luarnya saja. Saat ini begitu banyak buah-buah palsu yang menarik perhatian. Tetapi isi lebih baik daripada kulit yang tidak dapat kita nikmati. Kita perlu berfokus pada “isi” daripada “kulit” semata.
Mari perkarakan tongkatmu dan biarlah itu bertunas, berkuncup dan berbunga bagi Tuhan. Apapun yang kita hadapi, perkarakan itu kepada Tuhan. Setelah itu, serahkan semua kepada Tuhan.
Apa yang sedang kau gumulkan? Perkarakan itu dihadapan Tuhan. Gunakan otoritas dari Tuhan untuk memenangkannya. Milikilah tongkat yang berbunga bagi Tuhan!
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Holy Grail
“Tuhan sudah melunasi semua hutangku,”
“Doaku untuk membeli mobil mewah dijawab oleh Tuhan,” cerita banyak orang yang menjadikan Yesus sebagai “brand”.
Mereka menjadikan-Nya sebagai “brand” seakan-akan mereka sangat diurapi Tuhan. Kesaksian ini adalah sebuah “daging” yang dipertontonkan di atas mimbar. Yesus yang diceritakan bukan Yesus yang mati di kayu salib, tetapi Yesus yang seperti santa claus. Sangat kontradiksi dengan kesaksian yang diceritakan oleh rasul-rasul terdahulu. Mereka bersaksi tentang penderitaan yang dialami karena memberitakan kebenaran Firman Tuhan. Tetapi yang menjadi sukacita mereka adalah nama Tuhan dipermuliakan. Anak Tuhan yang sesungguhnya dapat dilihat dari buah-buah yang dihasilkan. Yang selalu melekat pada pokok anggur yang benar, yaitu Yesus Kristus.
Yesus berkata kepada mereka semua, “Jika seseorang ingin mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya sendiri, dan memikul salibnya setiap hari, dan mengikuti Aku.
Lukas 9:23
Sudah berapa lama gereja Tuhan dibuat tidur oleh dongeng-dongeng dari orang-orang yang tidak menjadikan Firman Tuhan sebagai sumber dari kesaksian mereka? Kekristenan yang berasal dari Firman Tuhan adalah kekristenan yang bertanggung jawab pada Tuhan dan diri sendiri. Kekristenan bukan hal yang instan! Kekristenan adalah mengikut Yesus, menyangkal diri, dan memikul salib setiap hari. Bagaimana kita bisa menjadi anak-anak Tuhan yang berdampak kalau kita masih menyimpan dosa?
Pada perjamuan terakhir, Yesus mengambil cawan. Cawan artinya mengambil bagian. Ketika Ia mengambil cawan, pikiran-Nya berperang. Ada dua cawan yang akan Ia minum. Cawan pertama adalah cawan dari dunia. Dalam cawan tersebut ada gambaran-gambaran ayah dan ibu-Nya—Yusuf dan Maria, murid-murid serta orang-orang yang dikasihi-Nya. Cawan kedua terdapat gambaran diri-Nya yang disiksa, dianiaya, disalib untuk menanggung dosa seluruh manusia. Cawan mana yang harus Ia ambil? Ia sangat bergumul.
Ia bisa memilih untuk tidak melewati penderitaan karena Ia 100% manusia dan 100% Allah. Sama seperti kita. Ketika Tuhan memberikan dua cawan, mana yang akan kita pilih? Mungkin kita akan memilih cawan yang berasal dari dunia. Cawan yang berisi kesuksesan, kemakmuran, kekayaan duniawi. Rasa puas dari daging tidak pernah cukup. Allah berjanji akan mencukupkan kita sesuai dengan kapasitas kita bukan kepuasan daging. Oleh karena itu, mulailah belajar mendengarkan kebenaran injil Firman Tuhan yang sesungguhnya. Bukan injil yang dibuat-buat untuk menyenangkan kedagingan kita.
Jadilah bodoh dalam dosa dan pandai dalam kebenaran.
Firman Tuhan adalah terang dan pelita bagi hidup kita. Jangan mau terikat dengan dosa karena itu akan membuat kita tidak bisa maksimal dalam melayani Tuhan. Kalau kita menyerahkan diri untuk bertobat dan berbalik pada Tuhan, maka Ia menjanjikan adanya pemulihan. Bila kita menabur dosa, maka kita akan menuainya. Tetapi bersama Kristus, Ia akan menemani kita sampai akhir, memberikan kekuatan untuk menghadapinya dan memulai hari esok yang lebih baik. Kebangunan rohani yang terbaik adalah ketika kita mengalami kematian Kristus di hidup kita setiap hari. Mau mengambil cawan kerinduan Tuhan yang berbeda dengan cawan dunia.
Sudahkah kita siap meminum cawan kerinduan Tuhan? Ketika kita meminumnya, artinya kita siap memberikan mimpi-mimpi kita untuk digantikan dengan mimpi dari Tuhan. Jangan curiga dengan Tuhan. Akar segala dosa adalah cinta uang,. Tetapi akar dari tidak pemulihan ada curiga dengan Tuhan.
KEKRISTENAN BUKAN SEBUAH STEMPEL
TETAPI MENGAMBIL CAWAN KRISTUS DI HIDUPNYA
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Intimacy With GOD
TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku. Suara sorak-sorai kemenangan di kemah orang-orang benar: “Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan, tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!” Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN.
Mazmur 118:14-17
Berbicara tentang kedekatan dengan Tuhan, kita melihat banyak kata-kata yang dituliskan Daud yang menunjukkan kedekatannya dengan Tuhan. Seseorang bisa dekat dengan orang lain apabila mereka sudah memiliki hubungan cukup lama dengan orang tersebut. Seperti Daud dan Yonatan, mereka bersahabat cukup lama. Bahkan Yonatan bisa merasakan apa yang Daud rasakan ketika Daud dikejar oleh Saul. Yonatan berusaha keras untuk melindungi Daud. Daud dan Yonatan memiliki kedekatan karena mereka bersahabat sejak lama dan memiliki pengalaman bersama-sama.
Kunci utama dalam sebuah hubungan yang indah dengan Tuhan adalah pengalaman. Kita perlu mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita. Bagaimana cara kita mengetahuinya? Filter utama untuk mengerti kehendak Tuhan adalah pengalaman dan pergaulan kita dengan Tuhan. Tuhan memberitahukan perjanjian-Nya dengan orang-orang yang bergaul karib dengan Dia. Mustahil untuk mengenal Tuhan dan kehendak-Nya apabila kita tidak membangun hubungan dengan dia melalui waktu-waktu doa kita. Karena itu, kita harus memberikan waktu yang terbaik untuk berdoa kepada Tuhan. Sebab kita tidak akan bisa mengenal Tuhan dengan doa yang sangat singkat saja.
Kita perlu belajar untuk menjadikan Tuhan sebagai tujuan kita satu-satunya dalam hidup kita. Apa fokus hidup kita? Kita tidak akan berfokus dengan hal lainnya apabila Tuhan adalah fokus utama kita. Ada banyak orang yang begitu mengalami permasalahan dalam hidupnya, berusaha untuk mencari penyelesaian secara instan. Tetapi bukan dengan cara seperti itu. Jika Tuhan adalah fokus hidup kita, kita akan mencari Tuhan terlebih dahulu sebelum kepada hal lainnya. Karena itu kunci pertama untuk dekat dengan Tuhan adalah investasikan waktu yang terbaik untuk Tuhan. Waktu terbaik kita adalah pada waktu pagi hari. Mulailah pagi hari dengan mencari Tuhan.
Kita juga perlu belajar menjadi seorang pendengar yang baik. Karena mendengarkan adalah kunci sebuah hubungan. Jikalau kita minta didengarkan terus menerus tanpa mau mendengarkan, Kita sebenarnya tidak mengenali teman kita. Demikian juga hubungan kita dengan Tuhan. Apabila kita terus berbicara dengan Tuhan tanpa mendengarkan isi hati Tuhan, kita sesungguhnya tidak mengenal Tuhan.
Bagaimana dengan suara Tuhan yang kamu dengar? Suara Tuhan bukan seperti suara robot yang kaku. Suara Tuhan begitu lembut. Suara Tuhan juga bisa sangat keras ketika kita melakukan hal yang tidak berkenan bagiNya. Suara Tuhan juga bisa seperti nyanyian yang menghibur kita. Suara Tuhan yang benar adalah suara seperti seorang pencipta dengan makhluk ciptaanNya. Kita harus bedakan suara Tuhan dengan suara dari Iblis. Suara Tuhan tidak akan membuat kita semakin lemah, sedangkan suara dari Iblis akan memberikan penuduhan di dalam pikiran dan melemahkan kita. Sayangnya, kita seringkali menikmati penuduhan-penuduhan yang diberikan Iblis dalam pikiran kita. Kita bisa menikmati rasa bersalah kita. Banyak orang yang menikmati rasa sakitnya karena masa kecil yang bermasalah. Mungkin kita memiliki luka dengan orang tua kita, sehingga kita merasa suara Tuhan sama seperti orang tua kita. Kita akan merasa bahwa semua suara yang menghakimi dalam pikiran kita adalah suara dari Tuhan. Karena itu, kita perlu memiliki pemulihan dengan orang tua kita, supaya kita juga pulih dalam hubungan kita dengan Tuhan.
Apakah kita sudah mendengarkan suara Tuhan dengan baik? Mari dengarkan suara Tuhan dengan bijaksana. Ada banyak anak Tuhan yang salah dalam mendengarkan suara dalam pikiran mereka. Mereka bisa merasa bahwa suara-suara penuduhan yang berkata “aku tidak akan bisa, aku pembuat kejahatan, aku tidak akan pernah bisa bahagia” adalah suara dari Tuhan. Kebahagiaan kita yang terbesar adalah ketika kita memiliki Kristus. Sebenarnya yang membuat hidup kita tidak bahagia adalah pikiran kita sendiri. Ada banyak orang yang merasa hidupnya tidak bahagia karena mereka tidak memiliki kekayaan. Tuhan mengijinkan itu terjadi, karena Tuhan tahu bahwa ketika kita memilikinya, kita sangat bisa jauh dari Tuhan. Karena itu, rasa cukup yang Tuhan berikan itu baik untuk setiap kita.
Selain menginvestasikan waktu dan mendengar, kita juga harus belajar peka. Seperti Daud dan Yonatan, mereka begitu dekat dan saling peka. Yonatan begitu peka dengan kebutuhan Daud, demikian juga Daud kepada Yonatan. Sudahkah kita peka dengan Tuhan? Tuhan haruslah menjadi sesuatu yang berharga bagi kita. Tuhan kita adalah Tuhan yang cemburu ketika kita lebih mencintai yang lain lebih dari diri-Nya. Ketika kita siap untuk intim dengan Tuhan, kita akan dipakai menjadi pahlawan-pahlawan Tuhan. Mari kita belajar mendengarkan suara Tuhan, apa yang Tuhan mau. Ada tawaran-tawaran dunia yang bisa begitu menggoda kita. Tapi kalau kita belajar menolak apa yang bukan dari Tuhan, kita akan mendapatkan gantinya jauh yang lebih baik.
Belajarlah untuk fokus kepada Tuhan. Fokus artinya berikan waktu yang terbaik untuk Tuhan. Kita renungkan Firman Tuhan dan isi pikiran kita dengan Firman Tuhan itu. Selain itu, kita juga perlu belajar mendengarkan. Suami dan Istri, orangtua dan anak, maupun sesama teman, kita perlu belajar untuk saling mendengarkan. Belajar peka dengan hati Tuhan, jangan membuat Tuhan cemburu karena kita mengasihi yang lain lebih daripada Dia. Milikilah keintiman dengan Tuhan, dan kita akan memiliki kebahagiaan terbesar dalam hidup kita. (EN)
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Evie Mehita : Pelita yang Padam
“Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup. ”
Yohanes 8:12
Yesus mengatakan bahwa siapa yang berjalan bersamaNya tidak akan berjalan dalam kegelapan, karena Yesus adalah terang itu sendiri. Maka, semua orang yang percaya kepada Yesus seharusnya memiliki terang dalam kehidupan mereka. Sebuah kaki dian, tidak akan bercahaya jika tidak ada pelita yang diletakkan di atasnya; seperti itu juga setiap kita. Setiap anak Tuhan punya pelita. Tetapi banyak juga dari anak Tuhan yang tidak sadar bahwa pelita mereka menjadi padam. Tanpa sadar mereka menjadi sangat lelah untuk telibat dalam pelayanan. Apakah pelitamu sudah mulai padam? Ada 3 hal terbesar yang membuat pelita kita menjadi padam:
- Diletakkan di bawah gantang
“Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu
Matius 5:15
Gantang adalah sebuah wadah yang sering digunakan untuk menakar biji-bijian. Gantang berbicara tentang pekerjaan. Pekerjaan kita bisa juga membuat kita api kita kepada Tuhan menjadi padam. Seringkali tanpa sadar fokus kita bekerja bukan lagi melayani Tuhan, tetapi pencapaian-pencapaian dunia. Banyak anak Tuhan yang pada akhirnya mengejar kesuksesan dan kekayaan, sehingga api mereka di dalam Tuhan menjadi redup.
- Ditutup dengan tempayan
Tempayan berbicara tentang sifat kedagingan kita yang lama. Dalam hidup kita, kita memiliki peperangan dalam diri kita. Ada raksasa-raksasa dalam diri kita yang perlu kita menangkan. Ketika kita belum mengalahkan raksasa itu, kita akan selalu bermasalah pada area tersebut. Api kita kepada Tuhan akan dengan sangat mudah padam ketika kita terus berfokus pada masalah-masalah dalam diri kita.
- Diletakkan dibawah tempat tidur
Tempat tidur berbicara tentang percintaan atau pernikahan. Salah dalam memilih pasangan dapat membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Di saat itulah api kita kepada Tuhan menjadi redup. Karena itu penting untuk setiap kita mendoakan sebelum berpasangan, karena pasangan yang tidak sesuai kehendak Tuhan dapat menjauhkan kita dari Tuhan.
Tahun ini menjadi tahun dimana Pahlawan-Pahlawan Tuhan dibangkitkan. Karena itu, api yang senantiasa berkobar untuk Tuhan harus kita miliki. Jangan sampai api kita kepada Tuhan menjadi padam. Belajar dari kisah seorang Daud, dia menjadi pahlawan Tuhan yang berapi-api dan dipakai Tuhan dengan luar biasa. Di gua adulam, Daud berhasil muncul sebagai seorang pahlawan di tengah 400 orang yang bermasalah. Kisah ini dapat kita baca di 1 Sam 22 : 1-5. Daud juga muncul sebagai pahlawan di Kehila (1 Sam 23 : 1 – 13). Daud menyelamatkan kota Kehila dari orang-orang Filistin di dalam keadaannya yang juga mengalami ketakutan. Banyak dari pasukannya yang melarang dia untuk maju berperang, tetapi Daud maju melawan Filistin karena Tuhan yang memerintahkannya. Daud pun mengalami kemenangan dalam perang itu. Kisah kepahlawanan juga muncul dari Yonatan. Yonatan berani menantang musuh Israel dari seberang dengan mengikuti kehendak Tuhan. Yonatan berhasil mengalahkan 20 orang saja, tetapi seluruh musuhnya menjadi gemetar karena mereka tahu Tuhan menyertai peperangan itu (1 Sam 14 : 1 – 15).
Untuk menjadi pahlawan Tuhan yang bangkit, kita harus menang dalam peperangan-peperangan kita. Kunci mengalami kemenangan Tuhan adalah dengan kita percaya bahwa kita memiliki urapan yang dari Tuhan. Ketika kita tidak percaya hidup kita diurapi Tuhan, maka kekalahan demi kekalahan akan kita rasakan. Seorang Daud mampu menjadi pahlawan dimanapun dan dalam keadaan apapun karena dia percaya hidupnya di urapi Tuhan. Maka, marilah kita menjadi pemenang dan terus kobarkan apimu untuk Tuhan! (EN).
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Berhala Terkuat
Ada begitu banyak dewa-dewa yang disembah oleh manusia di muka bumi ini. Di dalam Alkitab, kita mengenal beberapa dewa yang disembah oleh bangsa-bangsa bukan Israel. Ada dewa dagon, dewa kamon, dewa molokh dan lain-lain. Semua dewa-dewa itu telah berhasil dihancurkan dan ditundukkan oleh Tuhan. Tetapi, ada satu jenis berhala yang begitu kuat dan bahkan kita menyembahnya sampai saat ini. Berhala itu bernama “saya“.
Mengapa “saya” menjadi sebuah berhala? Karena seringkali, segala sesuatunya haruslah berpusat kepada saya dan saya, pada diri sendiri. Semua orang harus mencintai saya, semua orang harus menerima pendapat saya. Inilah berhala yang sangat kuat dan paling sulit untuk dihancurkan.
Kita rindu dicintai, dihargai dan dikasihi. Tetapi sebenarnya kita tidak bisa memaksa orang lain untuk mencintai kita sesuai dengan cara kita. Kita tidak bisa mengatur orang lain untuk mengasihi kita, tetapi kita bisa mengatur diri kita sendiri untuk memberikan cinta pada orang lain, untuk memberikan pengampunan kepada orang lain. Itu adalah prinsip yang Tuhan berikan kepada kita melalui hukumnya yang terutama dan utama.
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Matius 22: 37-39
Alkitab tidak menyatakan “kasihilah dirimu“, melainkan “kasihilah sesamamu manusia“. Tetapi manusia masih memakai prinsip “kasihilah dirimu“. Kalau kita tidak berhasil mengalahkan berhala bernama “saya” atau diri sendiri ini, kita tidak akan dapat melihat kemuliaan Tuhan dalam diri kita.
Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
2 Korintus 4:16
Apakah hari-hari ini kita tawar hati dengan Tuhan? Kita tawar dengan pengajaran, dengan Firman Tuhan, dengan doa dan kegiatan kerohanian. Bagaimana kita tidak tawar hati, jika kita tidak berhenti memuja diri sendiri. Kita harus stop memuja diri sendiri! Kasih tidaklah egois. Yesus telah menunjukkan diriNya yang tidak menjadikan diriNya manusia menjadi berhala. Ketika akan disalibkan, Yesus berkuasa untuk menyelamatkan diriNya sendiri. Tetapi jika Ia melakukan itu, tentu kita manusia tidak dapat diselamatkan.
Ketika kita pelayanan, tetapi kita mengharapkan suatu kembalian, sebagai upah atas pelayanan kita, kita hanya akan menjadi letih dan capek. Upaya kasih yang kita lakukan melalui pelayanan hanya akan membuat kita tawar hati. Hati yang sedang tawar akan selalu letih dan capek. Para rasul tidak pernah tawar hati. Sebagai contoh, Rasul Paulus diutus untuk pergi ke kota-kota dan bangsa-bangsa lain untuk memperkenalkan Yesus. Rasul Paulus tidak menolak atau bertanya “mengapa harus aku? Yang lain saja“. Ia menerima dan pergi dengan percaya, karena ia tahu, mungkin tanpa pelayanannya, bangsa-bangsa lain tidak dapat mengenal kebenaran. Ia telah menghancurkan berhala “saya” dalam dirinya. Bahkan ia menyatakan bahwa “aku ini adalah tawanan roh“. Hidupnya bukanlah untuk dirinya sendiri lagi.
Terkadang perintah Tuhan bukan untuk mempertahankan mimpi-mimpi kita, tetapi untuk melepaskan dan menyerahkannya dalam tangan Tuhan.
Seperti dewa dagon yang pada kisahnya, ia bersujud menyembah Tabut Perjanjian ketika tabut itu satu ruangan dengannya. Bahkan ia memenggal kepalanya di hari kedua.
Ketika kita “memenggal” keakuan kita, kemuliaan Tuhan akan dinyatakan.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ev. Evie Mehita : Kehidupan yang Sia-sia
“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat”
1 Petrus 1:18-19
Firman Tuhan mengajarkan setiap kita tentang cara hidup. Cara hidup berbicara bagaimana di dalam kehidupan kita, orang dapat melihat Kristus di dalam diri kita. Apakah cara hidup kita sudah menunjukkan cara hidup anak Tuhan? Sebagai anak Tuhan, kita haruslah memiliki cara hidup yang sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan, bukan menjadi sama dengan dunia ini dan melakukan hal yang sia-sia.
Seringkali anak Tuhan salah mengerti tentang arti kata “proses” dengan “cara hidup yang sia-sia”. Keduanya adalah hal yang berbeda. Cara hidup yang sia-sia berbicara soal waktu, tenaga, uang, dan banyak hal lain yang kita habiskan tanpa tepat sasaran, tidak sesuai tujuan. Cara hidup yang sia-sia terjadi karena kita sendiri yang membuatnya, sedangkan proses Tuhan adalah sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Cara hidup yang sia-sia hanya menyusahkan diri tanpa menghasilkan apa-apa, sedangkan proses Tuhan mendewasakan kita di dalam Tuhan. Bagaimana supaya cara hidup kita tidak menjadi sia-sia? Kita harus mematikan semua kedangingan kita dan melatih diri kita untuk terus hidup seturut dengan kehendak Tuhan.
Mahatma Gandhi, adalah seorang tokoh yang seringkali menyampaikan nasehat-nasehat dengan mengutip Matius 5-7, tetapi beliau adalah orang yang tidak menyukai orang Kristen. Beliau memiliki pengalaman buruk ketika berhadapan dengan orang Kristen ketika mencoba pergi ke gereja. Penerima tamu gereja menolak dia karena dia berkulit hitam. Hal ini yang membuat beliau tidak menyukai orang Kristen, sekalipun beliau sangat menyukai dan menghargai ajaran Kristen. Dari kisah ini, mengajarkan kita bahwa kita harus menjaga hidup kita. Menjadi orang Kristen bukan di gereja saja, tetapi juga keseharian kita. Menjadi anak Tuhan, kita harus menjadi berkat bagi orang lain. Supaya jangan kita menjadi batu sandungan bagi orang lain.
KEKRISTENAN ADALAH SEBUAH PERJALANAN.
Kekristenan kita bukan hanya sebuah agama, melainkan merupakan sebuah perjalanan rohani bersama Tuhan. Ketika kita berjalan bersama Tuhan, semakin lama seharusnya kita semakin mendekat kepada Tuhan dan kita menjadi semakin kuat. Kita akan diproses untuk menjadi dewasa dan semakin kuat.
Di dalam perjalanan mengikut Tuhan, kita akan banyak mengalami masa. Akan ada masa kita mendapatkan berkat, ada masa pembongkaran, juga ada masa kita diproses dan dibentuk Tuhan. Pembongkaran adalah satu fase yang harus kita lalui di dalam perjalanan kita bersama Tuhan. Masa ini akan sangat menyakitkan bagi kita, tetapi dalam proses pembongkaran, kita akan dibawa untuk menang dari dosa, avon, atau keterikatan kita, sehingga kita akan naik ke level yang lebih tinggi.
KERENDAHAN HATI MENDAHULUI KEHORMATAN.
Mengikut Tuhan tidak berarti kita hanya akan melalui taman yang indah, tetapi kita juga akan menghadapi “lembah baka”. Lembah baka menggambarkan sebuah kondisi yang kering, mati, dan gersang. Di sanalah, kita akan merasa kering. Namun jangan kita mengikuti arus kekeringan, tetapi kita harus bangkit dan justru semakin giat mencari Tuhan. Dan ketika kita berusaha semakin giat mencari Tuhan, lembah baka itu akan diubahkan menjadi sebuah mata air yang tidak pernah habis, yang dapat memberkati banyak orang.
Ada masa di mana Tuhan memberikan proses pembentukan dan kerendahan hati adalah kunci dalam menghadapi proses pembentukan Tuhan. Karena dengan kerendahan hati, semua proses yang harus kita lalui menjadi lebih mudah dijalani dan proses kita pun akan menjadi lebih cepat selesai. Ada hati yang mau dibentuk, hati yang mau dikoreksi, ada hati yang diserahkan kepada Tuhan dan itu menjadi kesukaan bagi Tuhan.
TUHAN MENGAJARKAN KITA UNTUK PUNYA BELAS KASIHAN.
Pada kisah Yesus memberi makan 5000 orang (Matius 14:13-14), Yesus sedang berada dalam kondisi di mana ia ingin menyendiri. Namun yang terjadi tidak seperti yang diharapkannya, banyak orang mengikuti Dia dan hatinya tersentuh oleh rasa belas kasihan kepada mereka, sehingga Ia berkhotbah kepada mereka semua. Hingga saat malam tiba, Yesus menyuruh kepada para muridNya untuk memberikan makan kepada orang banyak itu. Para murid meminta Yesus menyuruh orang banyak itu untuk pulang dan makan di desa-desa terdekat, namun Yesus tetap menyuruh muridNya untuk memberikan mereka makan.
Di sisi lain, ada seorang anak yang rela memberikan 5 roti dan 2 ikan yang ada padanya untuk memberikan makan untuk orang-orang yang kelaparan itu. Anak tersebut sebenarnya bisa memilih untuk egois dan makan makanan itu sendiri, atau dia bisa saja berpikir untuk membagikan makanan yang dia punya kepada keluarga terlebih dahulu. Respon anak ini sangat baik, dia punya hati yang berbelas kasihan dan mau memberi kepada orang yang membutuhkan. Hati yang seperti inilah yang Tuhan inginkan untuk kita punyai, yakni hati yang berbelas kasihan untuk banyak orang. Seperti yang Yohanes katakan, bahwa di dalam kita akan ada aliran hidup. Artinya hidup kita punya rasa belas kasihan, dan punya kerelaan untuk memberkati orang lain lewat hidup kita.
Tuhan memberikan kita aliran air hidup. Tapi seringkali kita-lah yang menghentikan aliran itu, sehingga hidup kita tidak bisa menjadi berkat buat orang lain. Karena itu, jangan biarkan aliran air itu berhenti di tangan kita, tapi biarlah air itu terus mengalir. Dan dari hidup kita, kita akan dapat menjadi saluran berkat bagi orang-orang di sekeliling kita.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Evie Mehita : Seorang Anak – Teknon vs Huios?
Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh.
Yohanes 3:6
Setiap kita dilahirkan oleh ibu kita, dari keturunan ayah dan ibu kita dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kita berasal dari daging, kita sudah pasti memiliki sifat-sifat daging. Tapi daging kita ini hanya bungkus saja, sebab kita adalah anak-anak Tuhan. Kita memiliki DNA roh, yakni ada sifat-sifat rohani.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Pemulihan Pondok Daud
Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala,
Amos 9:11
Pondok Daud adalah tempat yang dibangun Daud sebagai kemah puji-pujian Tuhan. Daud bukan orang yang kudus dan sempurna, ia jatuh ke dalam dosa yang sangat besar, tetapi ia tahu cara menyenangkan hati Tuhan.
- Published in The Shepherd's Voice