Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Dipanggil Menjadi Anak-anak Raja
Manusia seringkali menggunakan pemikiran-pemikirannya sendiri untuk memikirkan apa yang terjadi di sekelilingnya. Kemudian menjadi sangat khawatir dan tanpa sadar ragu, bahkan tidak percaya dengan janji-janji Tuhan. Kita sibuk waspada dengan apa yang akan kita hadapi, hingga lupa akan berkat-berkat Tuhan yang setiap hari datang menyertai kita.
1 Petrus 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
Imamat artinya adalah panggilan Tuhan, misalnya imamat Musa. Musa mendapat urapan dan perkenanan Tuhan, meski ia tidak pandai bicara. Musa memiliki iman yang tidak tergoyahkan, tidak seperti Harun yang meski memiliki pesona pandai bicara dan diurapi juga, namun ia mudah terpengaruh oleh orang-orang di sekelilingnya.
Imamat rajani artinya panggilan sebagai anak-anak raja. Namun sayangnya tidak semua orang mau diurapi menjadi anak-anak raja. Kita dipanggil untuk menjadi anak dari Raja segala raja, tetapi mereka tidak bisa menikmatinya. Bukan hanya sekadar memegang kuasa yang diberi Tuhan untuk menjadi anak-anak raja, melayani dengan luar biasa, tetapi juga menikmati setiap hidup yang telah dianugerahkan oleh Tuhan.
Miliki iman, pengharapan dan kasih
Yakobus 2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
Iman bukan hanya sekadar percaya saja kepada Tuhan, karena setan pun mempercayainya, bahkan mereka gemetar karena hal itu. Manusia beriman kepada Tuhan, tetapi manusia tidak gemetar dengan dosa-dosanya.
Tanpa iman, manusia tidak mungkin selamat, tetapi iman bukanlah hanya sekadar percaya, namun percaya akan jalan-jalanNya dan tanpa ragu mengikutiNya. Pengharapan berarti kita bersandar pada janji-janji Tuhan. Kasih adalah yang terbesar dari semuanya, karena tanpa kasih, kita tidak bisa melakukan kerinduan Tuhan dengan sukacita.
Tuhan memiliki kerinduan dan panggilan bagi setiap kita, tetapi panggilan Tuhan bisa saja tidak seperti yang kita pikirkan. Misalnya, kita mungkin berpikir bahwa ada banyak orang yang belum pernah mendengar kebenaran kasih Kristus di desa-desa dan kota-kota kecil. Namun sebenarnya kota-kota besar juga membutuhkan kebenaran kasih Kristus. Banyak gereja-gereja di kota besar yang tidak lagi tertuju kepada Kristus dan sibuk bersaing satu sama lain. Banyak gereja Tuhan kehilangan urapannya karena terlalu sibuk dengan organisasi dan fokus kepada memperkenalkan organisasinya, bukan Tuhan-nya, mereka kehilangan suara dan kerinduan Tuhan.
Gereja bukan hanya sekadar tempat berkumpul dan memuji Tuhan, tetapi adalah tempat orang-orang yang beriman kepada Kristus. Iman bukan sekadar percaya kepada Yesus adalah Tuhan, tetapi melakukan kerinduan Tuhan.
Hidup dalam kekudusan
Anak Tuhan tidak mengalami kuasa mujizat karena mereka kehilangan perkenanan Tuhan, mereka menolak mendengar suara Tuhan, menolak kerinduan Tuhan. Saat seseorang setengah hati mengerjakan kerinduan Tuhan dan hidup tanpa kekudusan, makan mujizat Tuhan tidak akan terjadi. Kalaupun terjadi, itu adalah kedaulatan Tuhan dan hak Tuhan untuk menyatakan diriNya. Kedaulatan Tuhan selalu ada, tetapi perkenanan Tuhan jugalah yang mengadakan mujizat. Kejarlah kekudusan untuk mendapatkan perkenanNya.
Gereja bukanlah tentang tempat, tetapi tanah hati kita di mana Tuhan harus bertahta.
Ketika gereja Tuhan kehilangan esensi akan panggilan Tuhan dan rumah Tuhan menjadi sarang penyamun, penuh dengan penggosip, bertindak cabul, dan bersilat lidah. Para pelayan berbuat dosa, bahkan menganggap dosa sebagai hal biasa dan menyelepelekannya. Mereka merasa berjalan dalam negeri kemenangan tapi sebenarnya sedang berjalan menuju api neraka. Perkenanan Tuhan hilang dari kehidupan mereka.
Nikmati setiap anugerah yang diberikan Tuhan
Banyak anak Tuhan yang masuk dalam peperangan yang tidak perlu ia masuki. Memikirkan peperangan milik orang lain yang tidak perlu dipikirkan. Mencemaskan banyak hal yang tidak perlu dicemaskan. Akhirnya mereka tidak bisa menikmati hidup mereka karena terlalu cemas akan banyak hal. Percayalah pada kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan kita bukan Tuhan yang kejam, yang tertawa-tawa ketika kita menderita, itu iblis bukan Tuhan! Tuhan kita adalah Tuhan yang setia, yang sedih ketika kita sedih, yang rindu melepaskan kita dari penderitaan-penderitaan kita.
Belajar bersyukur dan berbahagia. Ada banyak hal yang bisa kita syukuri dan banyak alasan untuk kita berbahagia. Hitunglah berkat Tuhan yang bisa kita nikmati. Jangan menjadi anak yang kurang ajar yang selalu komplain dengan hal-hal yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Bagaimana Tuhan bisa meningkatkan level kita untuk bersyukur dalam hal-hal yang buruk dalam hidup ini jika yang baik saja tidak bisa kita syukuri. Bersyukur untuk setiap kesempatan dalam hidup ini, kesempatan untuk bisa bernafas, bisa menjalani hari demi hari yang Tuhan anugerahkan dalam hidup kita.
Stop memikirkan luka-luka di masa lalu dan berfokus pada penyembuhan luka tersebut. Luka di masa lalu sudah terjadi dan Tuhan telah menyiapkan masa depan yang indah bagi setiap kita. Jika ktia terus menerus mengorek luka itu, kita tidak akan pernah sembuh bahkan luka itu semakin dalam dan melukai orang lain juga.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Pdm. Evie Mehita : Rahasia Gereja Pemuridan
Sebelum Tuhan Yesus naik ke Surga, Ia memberikan pesan terakhir yang dikenal sebagai Amanat Agung. Ia naik ke Surga meninggalkan murid-muridNya dan tidak akan kembali lagi dengan tubuh manusia. Tuhan Yesus mempercayakan dunia ini kepada setiap orang percaya. Ia meninggalkan warisan yaitu Amanat Agung (Matius 28:18-20 ) kepada setiap orang percaya yang masih ada di dalam dunia.
Pesan Amanat Agung Tuhan Yesus dimulai dengan “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Warisan Amanat Agung berbicara tentang tugas yang belum selesai dan harus dilanjutkan oleh semua orang percaya.
Tuhan Yesus memberikan kita kuasa untuk menerima dan menyelesaikan tugas misiNya. Kuasa menjadi salah satu kata kunci atau pesan penting di dalam Amanat Agung.
“Karena itu pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (ayat 19).” Pemuridan bukan hal asing karena sudah dimulai dari Perjanjian Lama. Pemuridan pertama kali dimulai dari keluarga sehingga banyak perintah di PL agar orang tua sejak kecil membawa anak-anak mereka mengenal Tuhan. Akan tetapi banyak orang tua yang gagal memuridkan anak-anaknya padahal pemuridan adalah hal yang sederhana yaitu membawa orang untuk mengenal Tuhan. Pemuridan dimulai dari keseharian seperti hubungan antara Musa dan Yosua, Elia dan Elisa. Ada impartasi dan teladan dalam hubungan keseharian, itulah pemuridan. Perintah mengenai pemuridan diulang kembali di PB sesaat sebelum Tuhan Yesus naik ke Surga.
Sebuah survey mengatakan hanya 10% jemaat yang bisa “memberi makan diri sendiri”, selain dari itu sangat tergantung dari pemimpin rohani, tidak memiliki kesadaran untuk belajar Firman Tuhan melalui doa dan saat teduh.
Kerinduan Tuhan bukanlah melihat gerejaNya menjadi besar tetapi melihat gerejaNya bertumbuh.
Selain itu, survey berikutnya mengatakan bahwa hanya ada 2% jemaat di dalam gereja yang memuridkan orang lain. Ini adalah fakta yang mengerikan padahal pemuridan adalah perintah Tuhan Yesus kepada semua orang percaya dan kunci agar gereja mengalami transformasi. Gereja Tuhan di akhir zaman harus menjadi gereja yang memuridkan.
Iblis memberikan 3 tipu daya mengenai pemuridan, diantaranya:
Pemuridan itu sulit.
Hal ini membuat banyak anak Tuhan tidak berani memuridkan orang lain, bahkan banyak orang Kristen tidak berani bersaksi.
Pemuridan itu otomatis terjadi.
Hal ini adalah salah karena pemuridan adalah sesuatu yang perlu diusahakan. Ada hubungan yang perlu dibangun, ada harga yang perlu dibayar dan ada disiplin sebagai seorang murid. Orang yang lahir baru tidaklah otomatis menjadi murid, ia harus dibentuk, belajar menyangkal diri dan memikul salib setiap hari.
Pemuridan adalah pilihan.
Pemuridan bukanlah pilihan, tetapi semua orang percaya dipanggil masuk untuk menundukkan diri kepada otoritas Tuhan dan pemimpin yang dipercaya Tuhan atas hidup kita. Pemuridan tidak mengenal usia maupun status, semua orang dipanggil masuk ke dalam pemuridan.
Murid memiliki ciri utama yaitu belajar. Ketika kita berhenti untuk belajar, artinya kita berhenti menjadi murid.
Seumur hidup kita sebagai orang percaya, kita harus terus belajar dan diproses di dalam Tuhan. Banyak orang lebih suka dengan acara yang ada di dalam gereja daripada pemuridan, karena pemuridan membutuhkan harga di dalam sebuah hubungan.
Seorang yang lahir baru haruslah dibawa ke dalam kebenaran dan kebiasaan yang baru, seperti orang tua yang mengajari anaknya untuk mencuci tangan dan berdoa sebelum makan. Anak kecil perlu diajari terus menerus untuk hidup dalam kebiasaan yang baru dan benar sehingga ketika ia beranjak dewasa hal tersebut bukan lagi menjadi sebuah peraturan melainkan gaya hidup. Tidak hanya itu, apabila orang percaya tersebut sudah bertumbuh didalam gaya hidup kebenaran, kita harus menghubungkan mereka ke dalam gereja lokal sebagai persekutuan orang percaya. Disitulah orang percaya tersebut belajar untuk melayani dan mengaktifkan setiap talenta.
Pemuridan membutuhkan usaha yang harus dilakukan oleh orang percaya. Pemuridan tidaklah susah, pemuridan membutuhkan kesengajaan dan usaha. Keberhasilan dari gereja Tuhan bukanlah menjadi besar dan terkenal tetapi taat terhadap misi Tuhan.
Galatia 2:20 yang berbunyi “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” menjelaskan harga dari pemuridan sebuah pemuridan, yaitu:
- Disalibkan bersama dengan Kristus
- Bukan aku, tapi Kristus yang hidup didalam aku
- Hidup oleh iman
Geroge Muller pernah berkata, “aku merasakan perubahan total dalam hatiku, aku menyerahkan seluruh hidupku kepada Tuhan, kehormatan, kesenangan, uang, kekuatan fisik, kekuatan mental, semua aku persembahkan kepada Yesus. Aku menjadi pecinta Firman Tuhan dan Tuhan menjadi segala-galanya bagiku.” Inilah contoh dari orang yang mengalami Galatia 2:20, hidup yang mengalami perubahan.
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Evie Mehita : 6 Ciri Jemaat yang Sehat
Seorang pemimpin membawa DNA di mana ia menerima visi dan mimpi, dan ia membawa setiap orang yang dipimpinnya mengalami visi dan mimpi tersebut.
Termasuk gereja juga akan bergerak dan berubah jika pemimpin mulai bergerak dan melakukan perubahan. Setiap gereja adalah anggota tubuh Kristus di mana Kristus mewariskan visi dan mimpi yang berbeda dan spesifik, tetapi membawa setiap bagiannya kepada Kristus sebagai kepala.
Tuhan sedang melatih kehidupan kita untuk menjadi pemimpin yang Tuhan rindukan. Pemimpin yang menganggap mimpi Tuhan itu penting, dan mau bergerak menggenapi mimpi tersebut akan membuat gereja bertumbuh, berubah dan bergerak. Jika tidak, maka gereja akan mengalami fase stagnan, bahkan hilang. Dalam pelatihan kepemimpinan yang Tuhan berikan, prinsip kepemimpinan Kristus haruslah yang menjadi fokus utama.
Tidak hanya pemimpin yang membawa perubahan, tetapi jemaat, sebagai orang yang dipimpin, juga turut membawa perubahan. Sebab seperti tubuh dan kepala, pemimpin dan jemaat tidak dapat dipisahkan. Bagaimana sikap hati seorang jemaat yang sehat sesuai Firman Tuhan?
Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami. – 1 Tesalonika 2:19-20
Gereja sebagai jemaat Kristus memiliki fungsi yang disebut Tri Tugas Gereja: Koinonia, Diakonia, Marturia. Jemaat Tesalonika dikategorikan sebagai jemaat aktif mengerjakan bagiannya. Jemaat tesalonika memiliki 6 poin yang membuat jemaat ini menjadi sehat, yakni:
Jemaat adalah keluarga; Mengetahui kelemahan dan mau saling memahami serta menasihati.
Jemaat saling mengasihi dan bertumbuh dengan baik, tetapi jemaat yang tidak sehat akan datang dan pergi sesuka hati sesuai kenyamanan mereka. Jemaat yang sehat harus mengenal satu sama lain menjadi keluarga. Dalam 1 Tesalonika 2:11 memberikan pemahaman mengenai gereja sebagai keluarga sehingga jika nasihat adalah hal yang baik untuk memperingatkan jemaat. Seperti Ayah kepada anaknya. Jemaat Tesalonika sangat dekat dengan Paulus.
Jemaat Tesalonika (1 Tesalonika 1:3), Jemaat yang bekerja pekerjaan iman, usaha, kasih dan ketekunan.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; – Yohanes 14:12
Bagi Yesus, jemaat yang sehat adalah jemaat yang bekerja.
Gereja tanpa bermisi maka perlahan gereja itu akan mati. Gereja yang tidak bekerja dan tidak melayani sesuai dengan karunia seorang demi seorang akan mengalami fase stagnant. Bersaksi itu adalah bentuk pelayanan sederhana dari anak Tuhan. Setiap Karunia dasar, Karunia Roh, Kecerdasan intelektual dan emosional bisa dilatih tetapi jika dilihat Kecerdasan spiritual (yaitu kecerdasan untuk memahami sesuatu secara rohani) merupakan kecerdasan yang sangat tinggi.
Jangan menjadi Jemaat yang pasif!
Jemaat tanpa kobaran api dan hanya menunggu dan melihat (wait and see). Jika jemaat menjadi pasif dan tidak ada kerinduan bekerja maka gereja akan mengalami kemunduran bahkan untuk beberapa puluh tahun ke depan gereja akan mati. Mari masuk dalam Kegerakan Tuhan!!! Jangan menunggu semua fasilitas baru kita bekerja dan jangan menyalahkan fasilitas tetapi belajar memperbesar Kapasitas!!! Biarlah Visi Tuhan boleh diterima untuk dikerjakan bersama-sama.
1 Tesalonika 1:5 mengatakan jemaat harus menerima injil yang sehat
Pengajaran yang sehat dan mengalami karya Roh Kudus dalam hidup kita adalah hal penting yang tidak boleh diabaikan lebih dari semua pelayanan rohani. Belajar bergaul dengan Roh Kudus. Jemaat yang terima injil yang sehat pasti akan berbuah. Apa yang sering kita makan secara rohani? Makanlah makanan yang sehat secara rohani yaitu Firman Tuhan yang memberi kekuatan dalam kehidupan doa kita. Gereja harus menjadi tempat dimana Firman Tuhan diajar dengan baik dan benar.
1 Tesalonika 1:6 menegaskan mengenai jemaat yang taat dan meneladani Kristus sebagai teladan
Teladani apa yang baik setelah itu menjadi teladan bagi banyak orang. Jangan menjadi jemaat yang meniru yang buruk dan mudah dipengaruhi oleh dunia ini. Sebab kehidupan kita sudah ditebus oleh darah Kristus.
1 Tesalonika 1:8 memberikan penjelasan bahwa diantara kamu Firman Tuhan bergema
yang artinya jemaat Tuhan harus menyatakan imannya dan bersaksi. Jemaat yang menginjil adalah jemaat yang bersaksi.
1 Tesalonika 1: 9 menceritakan bahwa mereka sendiri bercerita kepada kami
yang artinya setiap orang yang tergabung sebagai Jemaat memberi diri mereka dibongkar dan mengalami pertobatan yang sejati. Jemaat yang bertobat yang berbalik dari berhalanya untuk melayani Tuhan yang hidup dan yang benar.
Belajar melakukan semuanya untuk pekerjaan Tuhan dan untuk melayani Tuhan. Jemaat dan pemimpin yang sehat akan melahirkan kegerakan dan pemimpin yang sehat serta mampu menumbuhkan Jemaat yang sehat dan aktif bagi kegerakan Tuhan dan kebangkitan rohani yang menjadi Kerinduan Allah kepada setiap gereja-Nya.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Evie Mehita : Gereja Harus Berdampak
Sesuai himbauan pemerintah, hari-hari ini gereja-gereja di Indonesia, bahkan di seluruh dunia melakukan ibadah secara online. Sudahkah kita mengikuti ibadah online dengan sungguh-sungguh?
Ibadah bisa dilakukan jarak jauh, tetapi kehadiran Kristus dalam hidup kita tidak bisa secara online/jarak jauh. Hubungan dengan Tuhan adalah sebuah hubungan yang merasakan, mengalami, dan mendengar kehadiran Tuhan sendiri secara pribadi. Hubungan dengan Kristus adalah hubungan pribadi yang tidak bisa diwakilkan.
2 Petrus 3:10-16
Matius 25 :1-13
Mari siapkan minyak dan pelita kita dengan bijak. Kita harus menyalakan Pelita dan membawa minyak bagi Tuhan.
Pakai waktu-waktu yang ada dengan bijaksana
Yehezkiel 13:5,17
Pemurnian dan pemisahan sedang terjadi. Karena itu, mari kita saling menguatkan satu sama lain. Mari nyalakan pelita kita; layani Tuhan. Waktu-Nya sudah dekat, mari kita sama-sama berlari mengejar panggilan Tuhan.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Christin Jedidah : Lepaskan Berhalamu!
Maksudku ialah : hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – karena keduanya bertentangan – sehingga kamu setiap kali melakukan apa yang kamu kehendaki. Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat. (Galatia 5:16-18)
Rasul Paulus berbicara tentang hidup menurut Roh atau daging. Keduanya saling bertentangan, dan sebagai anak Tuhan, kita harus belajar menyalibkan kedagingan kita yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Hari-hari ini banyak orang Kristen yang ngakunya anak Tuhan, tetapi ternyata ada berhala-berhala dalam hidupnya.
Di perjanjian lama, berhala-berhala digambarkan dengan patung-patung atau dewa-dewa. Di masa sekarang, berhala bisa berbicara banyak hal yang lebih kita utamakan dibandingkan Tuhan dalam hidup kita, dan itu sangat menghambat pertumbuhan rohani kita.
Apa saja hal yang bisa menjadi berhala kita?
Penerimaan
Kita sangat mengutamakan penerimaan dan persetujuan orang lain akan apa yang kita putuskan, dan tidak bertanya kepada Tuhan. Kita hidup dari apa kata orang lain tentang kita dibandingkan apa kata Tuhan tentang kita. Tujuan hidup kita tidak lagi diselaraskan dengan tujuan Tuhan, melainkan apa yang orang lain katakan. Seringkali tidak dapat menolak orang lain, atau kondisi hati yang sangat buruk jika menolak orang lain. Ini membuat kita tidak bisa mengikuti jalan-jalan Tuhan.
Posisi/Jabatan/Kekuasaan
Kita menjadi berambisi untuk mendapatkan posisi tertentu. Berebut mencari kekuasan dengan menghalalkan segala macam cara. Hidupnya digerakkan dengan mencari pengakuan melalui jabatan dan kekuasaan. Ini juga menjadi salah satu alasan kejatuhan Lucifer; karena dia berambisi dengan jabatan dan kekuatan, dia ingin menjadi sama seperti Tuhan (Yesaya 14:12-14).
Promosi itu datangnya dari Tuhan. Jangan ambisius untuk mendapatkan jabatan, karena Tuhan tahu waktu yang terbaik untuk mengangkat kita.
Tuhan mau kita memiliki kerendahan hati (Matius 23:11). Tidak perlu mencari pengakuan dari dunia ini. Kita harus sadari bahwa posisi kita sebagai Ahli Waris Kerajaan Surga adalah posisi yang luar biasa.
Pekerjaan / Pelayanan / Studi
Menjadi orang sibuk dengan perkerjaan/ pelayanan/ studi kita tanpa berfokus kepada Tuhan, pekerjaan/ pelayanan/ studi kita telah menjadi berhala bagi kita. Kita berfokus kepada pekerjaannya, bukan kepada Tuhan lagi, atau menjadi seorang yang melayani di banyak bidang, sehingga tidak fokus beribadah menemukan Tuhan. Kita suka pelayanan sana sini, tetapi justru itu membuat kita lupa bersekutu dan berdoa dengan Tuhan. Jangan seperti Martha yang sibuk melakukan ini dan itu, tapi jadilah Maria yang mengerti bahwa bagian terbaik adalah mendengarkan Tuhan.
Oleh karena itu, kita harus bisa seimbang dalam pelayanan dan pekerjaan dengan Tuhan. Jangan kita lupa siapa yang lebih penting dari semua pelayanan kita.
Keluarga
Keluarga juga bisa menjadi berhala bagi kita. Kita lebih mencintai kelurga kita daripada Yesus. Banyak anak-anak Tuhan yang lebih mementingkan kata-kata keluarganya daripada mendengarkan kata Tuhan terhadapnya. Baik dalam melayani Tuhan, mengikuti panggilan Tuhan, ataupun mengambil keputusan untuk sungguh-sungguh sama Tuhan. Berhala ini membuat kita tidak bisa memenuhi kerinduan Tuhan buat hidup kita, karena seringkali kita tidak mendengarkan Tuhan dan lebih mendengarkan apa kata keluarga kita.
Kekayaan / Materi
Orang dengan berhala ini adalah penganut Teologi kemakmuran. Harta dan kekayaannya menjadi berhala dan lebih diutamakan daripada Tuhan. Tidak suka memberikan persembahan buat Tuhan, karena sayang dengan uangnya. Lebih baik mencari banyak uang dan terus bekerja cari uang daripada pergi beribadah.
Gereja / Denominasi
Gereja juga bisa menjadi berhala, ketika kita terlalu mengkhususkan nama gereja, denominasi, aliran, atau kita terlalu mengagungkan hamba Tuhan daripada Tuhan. Bahkan ada yang sampai selalu menyetujui semua pengajarannya dan tidak menyaring hal-hal yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan.
Hobi dan Me Time
Hobi-hobi kita bisa menjadi berhala juga dalam hidup kita, misalnya mengidolakan Bintang Film berlebihan, main handphone, intenet, atau games terus menerus, dan tidak punya waktu untuk Tuhan. menghabiskan semua waktu untuk kepuasan diri sendiri, dan tidak memiliki tujuan ke arah Tuhan.
Mari kita sungguh-sungguh hidup untuk Tuhan. Jangan kita memiliki berhala dan bersahabat dengan dunia ini. Sebab Firman Tuhan katakan, Persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah (Yakobus 4:4). Tuhan mau kita hidup dan hati kita utuh diberikan untuk Tuhan.
Jangan kuatir dengan segala sesuatu, karena Tuhan tahu yang terbaik untuk kita. Mungkin kita tidak sadar memiliki berhala-berhala dalam hidup kita, hari ini mari kita sadari dan lepaskan semua berhala kita, dan Tuhan yang akan memegang hidup kita.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Christin Jedidah : Keluarga Allah
Kristus menciptakan kita serupa dengan-Nya dalam satu iman dan satu keluarga
Gereja tidak berbicara mengenai nama denominasi, organisasi, maupun gedung tempat beribadah. Namun, gereja adalah sebuah organisme kehidupan. Gereja adalah sebuah keluarga. Sudahkah kita merasa bahwa gereja ini keluarga di dalam Kristus, bahwa gereja ialah keluarga rohani kita? Jika ada hubungan keluarga jasmani, persahabatan, pertemanan, ada juga ada hubungan yang dinamakan hubungan dalam satu keluarga rohani. Gereja juga bukan sekedar komunitas, tempat kumpul saja, berkumpul bersama-sama karena tidak ada kerjaan, paksaan, atau karena ada banyak makanan pada saat itu.
Apa itu keluarga?
Tentu kita tidak asing lagi dengan kata yang satu ini. Keluarga adalah bagian terkecil yang membentuk masyarakat. Dalam keluarga, kita mulai mempelajari tentang berbagai hal. Keluarga merupakan bagian terdekat dalam hidup kita. Seringkali, kita cenderung tampil apa adanya pada keluarga kita. Ada keterbukaan, baik itu dalam hal penampilan, cara bicara, dan lain sebagainya.
Keluarga Rohani
Keluarga rohani ialah keluarga yang dipersatukan dalam Kristus, yaitu orang-orang yang ditemukan oleh kasih anugerah-Nya dan disatukan dalam rencana-Nya yang mulia. Ada beberapa ciri keluarga rohani yang benar, yaitu:
Di dalam sebuah keluarga rohani, seseorang tidak perlu mengenakan topeng.
Seorang anggota keluarga belajar untuk membuka setiap topeng dan kubu pikiran mereka untuk dipulihkan dan disempurnakan dalam Kristus. Ada suatu dasar kasih yang benar, bahwasanya teguran dari pemimpin ialah suatu bentuk kasih sayang dalam keluarga. Amsal 27:6 menyatakan, “Seorang kawan memukul dengan maksud baik.” Demikian pula kawan-kawan kita dalam persekutuan di dalam Kristus.
Di dalam sebuah keluarga rohani, ada rasa percaya antara satu anggota dengan anggota keluarga yang lain.
Ciri kedua yang terdapat dalam sebuah keluarga yaitu rasa percaya. Rasa percaya mengalahkan segala kebimbangan dan keraguan dalam hati. Sebab di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih (1 Yohanes 4:18). Adanya rasa percaya berarti ketiadaan rasa curiga antar tubuh Kristus. Dari sinilah muncul sebuah kesatuan hati. Sudahkah kita membangun rasa percaya, sehati, dan sepikir di dalam Kristus.
Di dalam sebuah keluarga rohani, Yesus merupakan kepala keluarga dan gereja ialah tubuh-Nya.
Iblis sangat menyukai perpecahan. Bilamana ada damai sejahtera, Iblis selalu mengambil celah untuk masuk dan memporakporandakan keadaan tersebut. Oleh karena itu, apabila terjadi perpecahan di dalam tubuh Kristus, yakni antar sesama anggota keluarga rohani, ingatlah Efesus 6:12. Bahwasanya, “karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.” Oleh karena itu, jangan biarkan Iblis mencuri kasih dan damai sejahtera Allah melalui ketegangan yang ada di antara kita. Tetapi, milikilah karakter kasih Allah agar kita dimampukan untuk memaafkan kesalahan anggota keluarga kita. Pernahkah Anda mendengar mengenai “mantan keluarga”? Sungguh aneh bukan? Sebab, tidak ada istilah demikian. Seorang anak yang mengalami perseteruan di dalam keluarga, tidak pernah pergi dan mencari keluarga lain. Ia mungkin kabur dari rumah, terhilang dan tersesat, tetapi keluarganya selalu ada untuk menerima dia kembali untuk pulang ke rumah yakni keluarganya yang sejati.
Di dalam sebuah keluarga rohani, ada kasih tak bersyarat.
Beberapa keluarga jasmani mungkin memaparkan kasih yang bersyarat, karena pada dasarnya, kita memang masih hidup dan berinteraksi di dunia dengan manusia yang penuh keterbatasan dalam mengasihi. Namun dalam keluarga rohani yang benar, ada kasih yang benar pula yakni bentuk kasih yang tak bersyarat. Paulus menyatakan dalam surat 1 Korintus 13:1, “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.”
Dalam sebuah hubungan, entah seperti apa pun bentuknya, yaitu keluarga, jalinan kasih, persahabatan, diperlukan kasih dan pengampunan untuk mempertahankan hubungan tersebut. Kita memiliki kecenderungan untuk membentuk suatu benteng-benteng tertentu di dalam pikiran kita. Luka-luka lama yang terbentuk dari hubungan yang tidak berakhir dengan baik di masa lalu kita membawa banyak sekali masalah dalam hubungan-hubungan kita berikutnya di masa depan. Bahwasanya, hati ini bagaikan sebuah cermin, ketika ia menerima sesuatu, ia cenderung memberikan hal serupa kepada orang lain. Tetapi kita tidak perlu khawatir, karena seperti yang dinyatakan dalam 2 Korintus 10:4-5 bahwa, “…senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukannya kepada Kristus.”
Mengapa Gereja disebut sebagai sebuah Keluarga?
Ada hubungan yang spesial dalam sebuah jalinan darah dalam keluarga. Seorang pegawai tidak mungkin akan mendapatkan sepeser pun dari si bos apabila ia resign dari tempat kerjanya. Namun bagaimana dengan seorang anak? Tentu ia berhak untuk mendapatkan warisan dari si bos, sang ayah. Begitu pula dalam gereja. Gereja disebut sebagai keluarga karena ada suatu warisan jubah karunia-karunia, tongkat estafet para pemimpin. Seperti Elia yang menyerahkan jubahnya kepada Elisa, demikian pula orang tua rohani kita akan memberikan juga suatu harta untuk diwariskan kepada kita (1 Raja-raja 19:19-21). Ada suatu genetik rohani yang dapat diturunkan kepada anak rohani, yang berakar dari Kristus. Inilah pentingnya suatu komitmen dalam sebuah keluarga, agar seorang anak siap menerima warisan yang diperuntukkan baginya.
Ketika memiliki hati yang dipulihkan, kita dimampukan untuk memikirkan hal-hal yang baik di mata Tuhan (Filipi 4:8).
Lawanlah kejahatan dengan kebaikan, cara satu-satunya untuk mengalahkan Iblis yaitu dengan memiliki sifat dan karakter Allah yang penuh kasih dan pengampunan, bukan dengan memiliki karakter Iblis yang penuh dendam dan perpecahan.
- Published in Sermons