Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Dipanggil Menjadi Anak-anak Raja
Manusia seringkali menggunakan pemikiran-pemikirannya sendiri untuk memikirkan apa yang terjadi di sekelilingnya. Kemudian menjadi sangat khawatir dan tanpa sadar ragu, bahkan tidak percaya dengan janji-janji Tuhan. Kita sibuk waspada dengan apa yang akan kita hadapi, hingga lupa akan berkat-berkat Tuhan yang setiap hari datang menyertai kita.
1 Petrus 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
Imamat artinya adalah panggilan Tuhan, misalnya imamat Musa. Musa mendapat urapan dan perkenanan Tuhan, meski ia tidak pandai bicara. Musa memiliki iman yang tidak tergoyahkan, tidak seperti Harun yang meski memiliki pesona pandai bicara dan diurapi juga, namun ia mudah terpengaruh oleh orang-orang di sekelilingnya.
Imamat rajani artinya panggilan sebagai anak-anak raja. Namun sayangnya tidak semua orang mau diurapi menjadi anak-anak raja. Kita dipanggil untuk menjadi anak dari Raja segala raja, tetapi mereka tidak bisa menikmatinya. Bukan hanya sekadar memegang kuasa yang diberi Tuhan untuk menjadi anak-anak raja, melayani dengan luar biasa, tetapi juga menikmati setiap hidup yang telah dianugerahkan oleh Tuhan.
Miliki iman, pengharapan dan kasih
Yakobus 2:19 Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.
Iman bukan hanya sekadar percaya saja kepada Tuhan, karena setan pun mempercayainya, bahkan mereka gemetar karena hal itu. Manusia beriman kepada Tuhan, tetapi manusia tidak gemetar dengan dosa-dosanya.
Tanpa iman, manusia tidak mungkin selamat, tetapi iman bukanlah hanya sekadar percaya, namun percaya akan jalan-jalanNya dan tanpa ragu mengikutiNya. Pengharapan berarti kita bersandar pada janji-janji Tuhan. Kasih adalah yang terbesar dari semuanya, karena tanpa kasih, kita tidak bisa melakukan kerinduan Tuhan dengan sukacita.
Tuhan memiliki kerinduan dan panggilan bagi setiap kita, tetapi panggilan Tuhan bisa saja tidak seperti yang kita pikirkan. Misalnya, kita mungkin berpikir bahwa ada banyak orang yang belum pernah mendengar kebenaran kasih Kristus di desa-desa dan kota-kota kecil. Namun sebenarnya kota-kota besar juga membutuhkan kebenaran kasih Kristus. Banyak gereja-gereja di kota besar yang tidak lagi tertuju kepada Kristus dan sibuk bersaing satu sama lain. Banyak gereja Tuhan kehilangan urapannya karena terlalu sibuk dengan organisasi dan fokus kepada memperkenalkan organisasinya, bukan Tuhan-nya, mereka kehilangan suara dan kerinduan Tuhan.
Gereja bukan hanya sekadar tempat berkumpul dan memuji Tuhan, tetapi adalah tempat orang-orang yang beriman kepada Kristus. Iman bukan sekadar percaya kepada Yesus adalah Tuhan, tetapi melakukan kerinduan Tuhan.
Hidup dalam kekudusan
Anak Tuhan tidak mengalami kuasa mujizat karena mereka kehilangan perkenanan Tuhan, mereka menolak mendengar suara Tuhan, menolak kerinduan Tuhan. Saat seseorang setengah hati mengerjakan kerinduan Tuhan dan hidup tanpa kekudusan, makan mujizat Tuhan tidak akan terjadi. Kalaupun terjadi, itu adalah kedaulatan Tuhan dan hak Tuhan untuk menyatakan diriNya. Kedaulatan Tuhan selalu ada, tetapi perkenanan Tuhan jugalah yang mengadakan mujizat. Kejarlah kekudusan untuk mendapatkan perkenanNya.
Gereja bukanlah tentang tempat, tetapi tanah hati kita di mana Tuhan harus bertahta.
Ketika gereja Tuhan kehilangan esensi akan panggilan Tuhan dan rumah Tuhan menjadi sarang penyamun, penuh dengan penggosip, bertindak cabul, dan bersilat lidah. Para pelayan berbuat dosa, bahkan menganggap dosa sebagai hal biasa dan menyelepelekannya. Mereka merasa berjalan dalam negeri kemenangan tapi sebenarnya sedang berjalan menuju api neraka. Perkenanan Tuhan hilang dari kehidupan mereka.
Nikmati setiap anugerah yang diberikan Tuhan
Banyak anak Tuhan yang masuk dalam peperangan yang tidak perlu ia masuki. Memikirkan peperangan milik orang lain yang tidak perlu dipikirkan. Mencemaskan banyak hal yang tidak perlu dicemaskan. Akhirnya mereka tidak bisa menikmati hidup mereka karena terlalu cemas akan banyak hal. Percayalah pada kasih dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita. Tuhan kita bukan Tuhan yang kejam, yang tertawa-tawa ketika kita menderita, itu iblis bukan Tuhan! Tuhan kita adalah Tuhan yang setia, yang sedih ketika kita sedih, yang rindu melepaskan kita dari penderitaan-penderitaan kita.
Belajar bersyukur dan berbahagia. Ada banyak hal yang bisa kita syukuri dan banyak alasan untuk kita berbahagia. Hitunglah berkat Tuhan yang bisa kita nikmati. Jangan menjadi anak yang kurang ajar yang selalu komplain dengan hal-hal yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita. Bagaimana Tuhan bisa meningkatkan level kita untuk bersyukur dalam hal-hal yang buruk dalam hidup ini jika yang baik saja tidak bisa kita syukuri. Bersyukur untuk setiap kesempatan dalam hidup ini, kesempatan untuk bisa bernafas, bisa menjalani hari demi hari yang Tuhan anugerahkan dalam hidup kita.
Stop memikirkan luka-luka di masa lalu dan berfokus pada penyembuhan luka tersebut. Luka di masa lalu sudah terjadi dan Tuhan telah menyiapkan masa depan yang indah bagi setiap kita. Jika ktia terus menerus mengorek luka itu, kita tidak akan pernah sembuh bahkan luka itu semakin dalam dan melukai orang lain juga.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Pdm. Evie Mehita : Rahasia Gereja Pemuridan
Sebelum Tuhan Yesus naik ke Surga, Ia memberikan pesan terakhir yang dikenal sebagai Amanat Agung. Ia naik ke Surga meninggalkan murid-muridNya dan tidak akan kembali lagi dengan tubuh manusia. Tuhan Yesus mempercayakan dunia ini kepada setiap orang percaya. Ia meninggalkan warisan yaitu Amanat Agung (Matius 28:18-20 ) kepada setiap orang percaya yang masih ada di dalam dunia.
Pesan Amanat Agung Tuhan Yesus dimulai dengan “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” Warisan Amanat Agung berbicara tentang tugas yang belum selesai dan harus dilanjutkan oleh semua orang percaya.
Tuhan Yesus memberikan kita kuasa untuk menerima dan menyelesaikan tugas misiNya. Kuasa menjadi salah satu kata kunci atau pesan penting di dalam Amanat Agung.
“Karena itu pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (ayat 19).” Pemuridan bukan hal asing karena sudah dimulai dari Perjanjian Lama. Pemuridan pertama kali dimulai dari keluarga sehingga banyak perintah di PL agar orang tua sejak kecil membawa anak-anak mereka mengenal Tuhan. Akan tetapi banyak orang tua yang gagal memuridkan anak-anaknya padahal pemuridan adalah hal yang sederhana yaitu membawa orang untuk mengenal Tuhan. Pemuridan dimulai dari keseharian seperti hubungan antara Musa dan Yosua, Elia dan Elisa. Ada impartasi dan teladan dalam hubungan keseharian, itulah pemuridan. Perintah mengenai pemuridan diulang kembali di PB sesaat sebelum Tuhan Yesus naik ke Surga.
Sebuah survey mengatakan hanya 10% jemaat yang bisa “memberi makan diri sendiri”, selain dari itu sangat tergantung dari pemimpin rohani, tidak memiliki kesadaran untuk belajar Firman Tuhan melalui doa dan saat teduh.
Kerinduan Tuhan bukanlah melihat gerejaNya menjadi besar tetapi melihat gerejaNya bertumbuh.
Selain itu, survey berikutnya mengatakan bahwa hanya ada 2% jemaat di dalam gereja yang memuridkan orang lain. Ini adalah fakta yang mengerikan padahal pemuridan adalah perintah Tuhan Yesus kepada semua orang percaya dan kunci agar gereja mengalami transformasi. Gereja Tuhan di akhir zaman harus menjadi gereja yang memuridkan.
Iblis memberikan 3 tipu daya mengenai pemuridan, diantaranya:
Pemuridan itu sulit.
Hal ini membuat banyak anak Tuhan tidak berani memuridkan orang lain, bahkan banyak orang Kristen tidak berani bersaksi.
Pemuridan itu otomatis terjadi.
Hal ini adalah salah karena pemuridan adalah sesuatu yang perlu diusahakan. Ada hubungan yang perlu dibangun, ada harga yang perlu dibayar dan ada disiplin sebagai seorang murid. Orang yang lahir baru tidaklah otomatis menjadi murid, ia harus dibentuk, belajar menyangkal diri dan memikul salib setiap hari.
Pemuridan adalah pilihan.
Pemuridan bukanlah pilihan, tetapi semua orang percaya dipanggil masuk untuk menundukkan diri kepada otoritas Tuhan dan pemimpin yang dipercaya Tuhan atas hidup kita. Pemuridan tidak mengenal usia maupun status, semua orang dipanggil masuk ke dalam pemuridan.
Murid memiliki ciri utama yaitu belajar. Ketika kita berhenti untuk belajar, artinya kita berhenti menjadi murid.
Seumur hidup kita sebagai orang percaya, kita harus terus belajar dan diproses di dalam Tuhan. Banyak orang lebih suka dengan acara yang ada di dalam gereja daripada pemuridan, karena pemuridan membutuhkan harga di dalam sebuah hubungan.
Seorang yang lahir baru haruslah dibawa ke dalam kebenaran dan kebiasaan yang baru, seperti orang tua yang mengajari anaknya untuk mencuci tangan dan berdoa sebelum makan. Anak kecil perlu diajari terus menerus untuk hidup dalam kebiasaan yang baru dan benar sehingga ketika ia beranjak dewasa hal tersebut bukan lagi menjadi sebuah peraturan melainkan gaya hidup. Tidak hanya itu, apabila orang percaya tersebut sudah bertumbuh didalam gaya hidup kebenaran, kita harus menghubungkan mereka ke dalam gereja lokal sebagai persekutuan orang percaya. Disitulah orang percaya tersebut belajar untuk melayani dan mengaktifkan setiap talenta.
Pemuridan membutuhkan usaha yang harus dilakukan oleh orang percaya. Pemuridan tidaklah susah, pemuridan membutuhkan kesengajaan dan usaha. Keberhasilan dari gereja Tuhan bukanlah menjadi besar dan terkenal tetapi taat terhadap misi Tuhan.
Galatia 2:20 yang berbunyi “namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.” menjelaskan harga dari pemuridan sebuah pemuridan, yaitu:
- Disalibkan bersama dengan Kristus
- Bukan aku, tapi Kristus yang hidup didalam aku
- Hidup oleh iman
Geroge Muller pernah berkata, “aku merasakan perubahan total dalam hatiku, aku menyerahkan seluruh hidupku kepada Tuhan, kehormatan, kesenangan, uang, kekuatan fisik, kekuatan mental, semua aku persembahkan kepada Yesus. Aku menjadi pecinta Firman Tuhan dan Tuhan menjadi segala-galanya bagiku.” Inilah contoh dari orang yang mengalami Galatia 2:20, hidup yang mengalami perubahan.
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Evie Mehita : 6 Ciri Jemaat yang Sehat
Seorang pemimpin membawa DNA di mana ia menerima visi dan mimpi, dan ia membawa setiap orang yang dipimpinnya mengalami visi dan mimpi tersebut.
Termasuk gereja juga akan bergerak dan berubah jika pemimpin mulai bergerak dan melakukan perubahan. Setiap gereja adalah anggota tubuh Kristus di mana Kristus mewariskan visi dan mimpi yang berbeda dan spesifik, tetapi membawa setiap bagiannya kepada Kristus sebagai kepala.
Tuhan sedang melatih kehidupan kita untuk menjadi pemimpin yang Tuhan rindukan. Pemimpin yang menganggap mimpi Tuhan itu penting, dan mau bergerak menggenapi mimpi tersebut akan membuat gereja bertumbuh, berubah dan bergerak. Jika tidak, maka gereja akan mengalami fase stagnan, bahkan hilang. Dalam pelatihan kepemimpinan yang Tuhan berikan, prinsip kepemimpinan Kristus haruslah yang menjadi fokus utama.
Tidak hanya pemimpin yang membawa perubahan, tetapi jemaat, sebagai orang yang dipimpin, juga turut membawa perubahan. Sebab seperti tubuh dan kepala, pemimpin dan jemaat tidak dapat dipisahkan. Bagaimana sikap hati seorang jemaat yang sehat sesuai Firman Tuhan?
Sebab siapakah pengharapan kami atau sukacita kami atau mahkota kemegahan kami di hadapan Yesus, Tuhan kita, pada waktu kedatangan-Nya, kalau bukan kamu? Sungguh, kamulah kemuliaan kami dan sukacita kami. – 1 Tesalonika 2:19-20
Gereja sebagai jemaat Kristus memiliki fungsi yang disebut Tri Tugas Gereja: Koinonia, Diakonia, Marturia. Jemaat Tesalonika dikategorikan sebagai jemaat aktif mengerjakan bagiannya. Jemaat tesalonika memiliki 6 poin yang membuat jemaat ini menjadi sehat, yakni:
Jemaat adalah keluarga; Mengetahui kelemahan dan mau saling memahami serta menasihati.
Jemaat saling mengasihi dan bertumbuh dengan baik, tetapi jemaat yang tidak sehat akan datang dan pergi sesuka hati sesuai kenyamanan mereka. Jemaat yang sehat harus mengenal satu sama lain menjadi keluarga. Dalam 1 Tesalonika 2:11 memberikan pemahaman mengenai gereja sebagai keluarga sehingga jika nasihat adalah hal yang baik untuk memperingatkan jemaat. Seperti Ayah kepada anaknya. Jemaat Tesalonika sangat dekat dengan Paulus.
Jemaat Tesalonika (1 Tesalonika 1:3), Jemaat yang bekerja pekerjaan iman, usaha, kasih dan ketekunan.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa; – Yohanes 14:12
Bagi Yesus, jemaat yang sehat adalah jemaat yang bekerja.
Gereja tanpa bermisi maka perlahan gereja itu akan mati. Gereja yang tidak bekerja dan tidak melayani sesuai dengan karunia seorang demi seorang akan mengalami fase stagnant. Bersaksi itu adalah bentuk pelayanan sederhana dari anak Tuhan. Setiap Karunia dasar, Karunia Roh, Kecerdasan intelektual dan emosional bisa dilatih tetapi jika dilihat Kecerdasan spiritual (yaitu kecerdasan untuk memahami sesuatu secara rohani) merupakan kecerdasan yang sangat tinggi.
Jangan menjadi Jemaat yang pasif!
Jemaat tanpa kobaran api dan hanya menunggu dan melihat (wait and see). Jika jemaat menjadi pasif dan tidak ada kerinduan bekerja maka gereja akan mengalami kemunduran bahkan untuk beberapa puluh tahun ke depan gereja akan mati. Mari masuk dalam Kegerakan Tuhan!!! Jangan menunggu semua fasilitas baru kita bekerja dan jangan menyalahkan fasilitas tetapi belajar memperbesar Kapasitas!!! Biarlah Visi Tuhan boleh diterima untuk dikerjakan bersama-sama.
1 Tesalonika 1:5 mengatakan jemaat harus menerima injil yang sehat
Pengajaran yang sehat dan mengalami karya Roh Kudus dalam hidup kita adalah hal penting yang tidak boleh diabaikan lebih dari semua pelayanan rohani. Belajar bergaul dengan Roh Kudus. Jemaat yang terima injil yang sehat pasti akan berbuah. Apa yang sering kita makan secara rohani? Makanlah makanan yang sehat secara rohani yaitu Firman Tuhan yang memberi kekuatan dalam kehidupan doa kita. Gereja harus menjadi tempat dimana Firman Tuhan diajar dengan baik dan benar.
1 Tesalonika 1:6 menegaskan mengenai jemaat yang taat dan meneladani Kristus sebagai teladan
Teladani apa yang baik setelah itu menjadi teladan bagi banyak orang. Jangan menjadi jemaat yang meniru yang buruk dan mudah dipengaruhi oleh dunia ini. Sebab kehidupan kita sudah ditebus oleh darah Kristus.
1 Tesalonika 1:8 memberikan penjelasan bahwa diantara kamu Firman Tuhan bergema
yang artinya jemaat Tuhan harus menyatakan imannya dan bersaksi. Jemaat yang menginjil adalah jemaat yang bersaksi.
1 Tesalonika 1: 9 menceritakan bahwa mereka sendiri bercerita kepada kami
yang artinya setiap orang yang tergabung sebagai Jemaat memberi diri mereka dibongkar dan mengalami pertobatan yang sejati. Jemaat yang bertobat yang berbalik dari berhalanya untuk melayani Tuhan yang hidup dan yang benar.
Belajar melakukan semuanya untuk pekerjaan Tuhan dan untuk melayani Tuhan. Jemaat dan pemimpin yang sehat akan melahirkan kegerakan dan pemimpin yang sehat serta mampu menumbuhkan Jemaat yang sehat dan aktif bagi kegerakan Tuhan dan kebangkitan rohani yang menjadi Kerinduan Allah kepada setiap gereja-Nya.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Berdamai
Bacaan: Markus 4:21-25
Tuhan menciptakan kita semua dengan keunikan masing-masing.
Menjadi diri sendiri, tetapi terus perbaiki diri.
Bersyukurlah dan berdamai dengan apa yang kita miliki. Kacamata bersyukur kita seperti terang di atas kaki dian. Kita bisa melihat segala sudut dengan kebaikan dan kacamata Tuhan. Dengan demikian hidup kita dapat menjadi berkat bagi orang lain.
- Published in The Shepherd's Voice