Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Janji Tuhan dalam Peperangan
Tuhan berbicara pada Yeremia dalam Yeremia 33, bukan saat Yeremia sedang bersukacita, melainkan saat Yeremia sedang terkurung di pelataran. Tuhan sedang memberi kekuatan kepada Yeremia.
Pernahkah kita mengalami sebuah kondisi peperangan yang tiada henti hingga kita merasa sangat letih? Bahkan untuk melayani Tuhan, mencintai dan mengasihi Tuhan terasa sangat sulit. Kita mengalami kehampaan yang membuat kita tidak niat. Yeremia sedang mengalami hal yang sama saat Tuhan berbicara kepadanya saat itu, Israel sedang berperang. Peperangan pasti memakan korban jiwa. Ia sedang menyaksikan kota-kotanya berperang sementara ia dikurung dan tidak bisa bergerak.
Tuhan memiliki rencana pemulihan dan tidak ada satupun rencana Tuhan yang gagal.
Tuhan menegaskan kepada Yeremia bahwa Ia adalah Tuhan, pemilik segala sesuatu. Sekalipun Yeremia sudah tahu, tetapi bagi orang-orang yang sedang mengalami peperangan dan masa-masa sulit, mereka mengalami kelemahan secara mental dan saat itulah pikiran-pikiran negatif datang menyerang, “jangan-jangan Tuhan meninggalkan aku,” “Jangan-jangan aku ditinggalkan Tuhan,” “jangan-jangan aku disingkirkan Tuhan” dan lain sebagainya, tetapi Tuhan tahu bahwa pikiran Yeremia sedang diliputi pikiran-pikiran negatif.
Orang-orang seperti ini perlu diteguhkan sekali lagi bahwa Tuhan adalah pencipta dan pemilik segala sesuatu. Tuhan memperkenalkan diriNya sekali lagi pada Yeremia bahwa “Aku adalah Tuhan, Akulah Tuhan yang menciptakan segalanya.”
Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kauketahui. (Yeremia 33:3)
Saat kita mengalami peperangan yang sangat menguras energi kita, kita mungkin sangat letih untuk percaya kepada Tuhan, kita merasa doa kita tidak ada artinya, tetapi Tuhan katakan “berserulah kepadaKu.” Artinya Tuhan mendengar semua seruan doa kita.
Dalam masa kesesakan, jangan pernah mengurangi kepercayaan kita kepada Tuhan. Ketika kita putus pengharapan, apakah kita memilih tergeletak dalam masalah kita atau kita mau bangkit dan berseru kepada Tuhan?
Banyak orang fokus dengan masalah, padahal masalah itu tidak akan menambah apapun dalam hidup kita. Fokuslah pada kehidupan yang diberikan Tuhan. Ketika kita sakit parah, jangan fokus pada penyakit kita, tapi fokuslah pada anugerah yang Tuhan berikan tiap hari. Fokus ada kematian adalah kebodohan, fokuslah pada kehidupan yang dianugerahkan Tuhan selagi kita diberi kesempatan dengan menjadi berkat untuk orang-orang di sekitar kita.
Masalah akan selalu ada. Jangan berusaha menyelesaikannya dengan kepandaian kita, tapi kita bertindak dengan iman dan berdoa menyerahkan kepada Tuhan. Ketika kita menyerahkan kepada Tuhan, beban kita berkurang meski tidak hilang, tetapi ada kelegaan. Tuhan mengerti masalah yang kita hadapi dan Tuhan memegang kendali atas kehidupan kita.
Seringkali kita melupakan tujuan hidup kita dengan mengambil beban-beban yang berlebihan melebihi kapasitas kita. Seperti kapal yang kelebihan muatan, kita akan tenggelam.
Kapal bertujuan agar orang-orang dan dapat sampai tujuan dengan selamat. Tetapi banyak orang-orang yang memanfaatkan kapal itu untuk tujuan yang lain. Dengan alasan ekonomi, mereka mengangkut barang dan orang secara berlebihan, di luar kapasitasnya. Mereka tidak peduli jika kapal tersebut kelebihan beban karena mereka memiliki tujuan yang salah. Kapal tersebut berubah fungsi menjadi alat ekonomi dan tidak memperhitungkan resiko yang ada, sehingga kapal itu karam.
Kita sering seperti kapal itu, mengambil beban-beban yang melebihi kapasitas kita. Kita berusaha mengurusi urusan orang lain. Kita berusaha menjadi juruselamat yang mampu menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan orang lain, orang tua kita, teman-teman kita. Kita harus ingat bahwa setiap orang memiliki peperangan sendiri-sendiri. Jangan berusaha mengambil alih peperangan mereka, karena tujuan peperangan adalah melatih iman mereka. Tuhan lebih daripada cukup untuk kita dan mereka.
Sadari kapasitas diri kita. Ketika kita tidak sadar dengan kapasitas diri kita, tidak ada satupun yang bisa kita lakukan dengan baik dan kita tidak bisa menjadi berkat.
Sebagai pemimpin, tidak ada tindakan kita yang bisa menjadi contoh. Kita terlalu sibuk menghias kapal kita dengan furnitur-furnitur agar orang nyaman, sehingga kita tidak bisa memuat lebih banyak orang karena penuh dengan furnitur-furnitur yang tidak penting.
Mari kembali pada tujuan kita semula, yaitu memberkati orang lain. Seringkali tujuan kita dibelokkan dengan hal-hal duniawi, mencari harta di bumi. Mari kita kumpulkan harta yang kekal di surga. Harta di bumi tidak akan dibawa mati, tetapi harta di surga bernilai kekal.
Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah.
Yeremia 33:6
Tuhan pasti memulihkan kita, karena itu adalah rencana Tuhan pada setiap kita. Ketika kita belum melihat itu terjadi, bukan berarti itu pasti tidak terjadi. Tunggu. Tuhan pasti bekerja. Tuhan bukan berhala yang tidak bisa mendengar doa. Dia Tuhan yang bisa menjawab doa. Ia sedang menampung doa-doa kita. Berserulah, Tuhan akan menjawab doa-doa kita.
Tuhan tidak menghendaki kita menderita. Penderitaan dalam Tuhan memberikan kita damai sejahtera, tetapi jangan buat dirimu sangat menderita seakan-akan Tuhan tidak ingin kita bahagia. Tuhan mengasihi kita, karena itu Tuhan ingin kita bahagia.
Pemimpin harus belajar menghargai kelemahan anak-anak. Seringkali pemimpin memiliki standar yang tinggi dan tanpa sadar merusak anak-anak di bawah kita. Latih mereka dengan kasih. Jangan berkata “gitu saja tidak bisa” dan menuntut mereka mencapai standar kita. Itu hanya membuat mereka merasa tidak bernilai dan tidak berdayaguna. Kita bisa ada seperti saat ini, bekerja di ladang Tuhan, karena Tuhan menilai kita berharga. Ketika kita yang hanya debu dianggap bernilai oleh Tuhan, mengapa kita menilai rendah orang lain.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Pdm. Christin Jedidah : Extraordinary People in Extraordinary Season
Setiap kita dipilih oleh Tuhan untuk mengerjakan sebuah tujuan dan rencana besar. Firman Tuhan berkata sejak dunia dijadikan, Tuhan telah mengenal kita dan Tuhan memiliki rencana bagi kehidupan kita. Tuhan sangat mengasihi kita dan memiliki hak istimewa sebagai duta kerajaan Allah.
Kita harus ingat bahwa kita bukan berasal dari dunia ini dan kita diutus untuk melakukan misi kerajaan Allah bersama dengan Kristus. Seringkali kita lebih fokus pada keadaan sekeliling kita, sehingga kita lupa bahwa ada tujuan yang Tuhan tetapkan bagi setiap kita.
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. – Roma 8:28
Kita tidak ditetapkan untuk menjadi orang Kristen yang biasa saja. Tahun ini adalah extraordinary favor-nya Tuhan, maka kita harus menjadi extraordinary-nya Tuhan, yang tidak biasa dalam melakukan segala sesuatu hanya untuk rutinitas dan menghabiskan hidup kita hanya sebagai siklus hidup.
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. – Yohanes 15:16
Tuhan telah memilih kita sejak semula dan menetapkan kita untuk pergi dan menghasilkan buah. Sudahkah kita menghasilkan buah dalam kehidupan kita? Dalam terjemahan lainnya, buah dalam ayat ini bersifat kuantitas, buah yang banyak dan tidak sekedarnya. Buah yang dihasilkan juga harus memiliki kualitas yang baik dan menyenangkan tuannya. Buah yang tetap artinya buah kita kekal, hidup kita dipakai menjadi berkat bagi banyak orang dan hidup kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Kehidupan kita adalah buah yang harusnya manis dan berdampak bagi kehidupan banyak orang.
Bagaimana cara kita melakukannya? Roma 12:2 telah menjawabnya, yaitu dengan kita tidak menjadi serupa dengan dunia, melainkan serupa dengan Kristus, sebab dunia sedang lenyap dengan keinginannnya. Hidup kita harusnya menjadi sesuatu yang dinilai Tuhan tetap karena kita mengerjakan apa yang Tuhan rindukan dalam kehidupan kita.
Orang yang tidak biasa (extraordinary people) juga tidak berkrompromi dengan dosa yang ia tahu tidak akan menghasilkan buah yang kekal. Banyak orang Kristen mengaku mengikuti Kristus tetapi masih terikat dengan dosa, masih kompromi dan menyukai cara hidup kita yang lama. Setiap hal yang kita kerjakan harusnya berbuah manis supaya kita bisa dinikmati dan menjadi dampak dalam pelayanan kita maupun kehidupan sehari-hari kita. Banyak orang Kristen yang masih terjebak dalam dalih demi dalih dan tidak mau diperbaharui oleh Tuhan karena masih terikat dengan dosa, bahkan tidak mau dilepaskan.
Mari kita hidup dengan totalitas kepada Kristus, yang bersedia memberikan seluruh miliknya yang terbaik dan mengerjakan panggilannya bersama Kristus. Kita mungkin dinilai bodoh dan gila bagi orang lain, namun itu menyenangkan hati Tuhan dan mengerjakan kerinduan Tuhan.
Tuhan menilai persembahan janda miskin lebih bernilai dan berharga dibandingkan orang kaya yang memberikan persembahan yang jumlahnya jauh lebih banyak. Tuhan tidak melihat berapa jumlah persembahan yang kita berikan, tetapi Tuhan melihat hati kita. Kisah janda miskin dalam kitab Markus tersebut juga mengajarkan kita mengenai totalitas dalam mengikuti Tuhan. Dengan jumlah dua keping, ia mungkin terlihat berkekurangan, namun ia memberikan semua miliknya, seratus persen yang ia punya tanpa perhitungan. Maukah kita memberikan seluruh milik kita, yang berharga bagi kita, untuk Tuhan?
Minyak narwastu yang digunakan oleh seorang perempuan untuk mengurapi kaki Yesus memiliki harga yang sangat mahal, yaitu senilai dengan upah satu tahun pada masa itu. Meski banyak orang menilai dia bodoh dan membuang-buang uang, tapi ia tidak peduli, ia hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Tuhannya.
Jadilah orang yang tidak biasa, yang memberikan seluruhnya untuk Tuhan.
Bagi orang lain, mungkin saja kita dianggap bodoh dan gila, tapi itu tidak menggoyahkan dirinya untuk tetap berkarya maksimal di dalam Kristus. Menjadi orang yang tidak biasa membutuhkan hubungan yang intim dengan Tuhan, di mana hari demi hari kita diperbarui dan disempurnakan semakin serupa dengan Kristus. Tantangan dan halangan pasti ada, namun kita akan dikuatkan karena Kristus ada berserta dengan kita.
Jangan bandingkan lintasan kita dengan lintasan orang lain. Fokuslah dengan lintasan kita sendiri. Sekalipun kita jatuh dan terluka, kita tetap mau bangkit dan menyelesaikannya. Miliki mental penyelesai yang kuat dan tidak goyah. Marilah kita hidup berkenan bagi Tuhan dengan rela dibentuk, dimurnikan dan diproses Tuhan menjadi orang yang berbeda dari dunia dan dipakai Tuhan dengan luar biasa.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Elita Chandra : Hati yang Degil
Dalam kitab Markus, Tuhan Yesus menegur murid-murid-Nya karena memiliki “hati yang degil”. Apa itu hati yang degil? Hati yang degil artinya hati yang menebal, hati yang tumpul dan tidak berpengertian.
Kedegilan hati berbicara ketidakpercayaan kepada Tuhan
Kedegilan hati bukan hanya berbicara tentang pemberontakan, tetapi juga berbicara hati yang tidak percaya dan penuh keraguan. Murid Yesus telah banyak menyaksikan mujizat yang Yesus lakukan, tetapi mereka tidak percaya; hati mereka degil. Mereka melihat mujizat Yesus memberi makan 5000 orang dan tersisa 12 bakul penuh, namun dalam kisah Yesus berjalan di atas air di Markus 6:45-52 dikatakan bahwa mereka tetap tidak mengerti, dan hati mereka tetap degil (Mark. 6:52).
Di kisah selanjutnya, murid Yesus kembali menyaksikan mujizatNya memberi makan 4000 orang dan tersisa 7 bakul (Mark.8:1-10), namun Yesus menegur mereka akan kedegilan hati mereka saat Yesus menceritakan tentang ragi orang Farisi dan ragi Herodes; Mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan, mereka hanya berfokus pada roti yang tidak mereka bawa (Mark. 8:14-21).
Hati kita degil ketika menuntut Tuhan melakukan apa yang kita inginkan
Kedegilan murid Yesus juga diceritakan dalam Yohanes 6:30-36. Ketika Yesus menceritakan tentang Roti Hidup, mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan. Mereka terus berpikir tentang roti yang dapat mengenyangkan mereka, bukan Yesus sebagai Roti Hidup yang memberikan kehidupan kekal.
Adakah kita seperti murid-murid Yesus? Kita mungkin orang yang mengalami Tuhan, tetapi kita menuntut Yesus menjadi figur yang sesuai dengan pikiran kita. Kita menuntut Yesus memberi kita “roti”, namun ketika Dia tidak memberikannya, kita menjadi tidak percaya dan meragukan Tuhan. Kita menuntut kasih Tuhan seperti yang kita mau, kita mengkoreksi kasih Tuhan.
Kita seringkali mengkoreksi kasih Tuhan, padahal kasihNya kepada kita tidak pernah berubah dalam hidup kita. Kitalah yang seharusnya mengkoreksi kasih, kesetiaan dan iman kita kepada Tuhan.
Cara pikir kita yang salah membuat hati kita menebal dan tumpul. Ketika hati kita menebal dan tumpul, maka kebaikan dan mujizat Tuhan nampak biasa saja. Demikian pula dengan murid Yesus; Mereka mengharapkan penyertaan dan kebaikan Tuhan versi mereka. Sehingga kebaikan yang Tuhan berikan dianggap biasa saja, karena tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Hati kita degil karena tidak berfokus kepada Tuhan.
Seorang yang memiliki fokus terhadap sesuatu otomatis akan peka dengan hal tersebut. Namun Murid Yesus tidak fokus kepada Yesus. Itulah yang membuat mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan. Sudahkah kita berfokus dengan kerinduan Tuhan dalam hidup kita? Jikalau kita berfokus, maka kita akan menjadi peka dengan pekerjaan-pekerjaan Tuhan; Kita akan diberikan pengertian untuk mengerti rencanaNya.
Hati kita degil karena ketidaktaatan
Kedegilan berkaitan erat dengan kebodohan dan orang yang tidak mengenal Tuhan (Efesus 4:17-20). Kebodohan bukan tentang tahu atau tidak, tetapi tentang kita mau taat atau tidak: Sebab kita bisa tahu, belum tentu kita mau taat. Kita bisa menjadi orang bodoh bukan karena kurang pengetahuan, tetapi karena hawa nafsu yang membuat hati menjadi tumpul (Ef.4:19), bebal, dan tidak mau diajar; Karena itu, pengertian kita perlu diterangi oleh kebenaran; Dengan menempatkan kebenaran sebagai sesuatu yang utama dalam hidup kita. Minta Tuhan mengubahkan hati dan pikiran kita.
Tuhan ingin kita taat akan perintahNya, tetapi terkadang Tuhan membiarkan kita dengan pilihan kita karena kita keras hati.
Tuhan menegur Bileam melalui seekor keledai karena ketidaktaatannya; Bileam bisa mendengar apa yang Tuhan katakan untuk tidak mengutuki bangsa Israel, dia mengiyakan dengan mulutnya, tetapi ia tetap pergi bersama Balak yang memintanya mengutuki bangsa Israel. Dia bahkan tidak tahu bahwa ada malaikat, sekalipun dia adalah nabi yang bisa mendengar suara Tuhan (Bilangan 22:4-41).
Janganlah kita menjadi keras hati, tetapi biarlah kita diterangi oleh kebenaran dari Tuhan. Memiliki pengetahuan saja tidak cukup, tetapi kita harus memiliki hati yang taat.
Dalam ketaatan, kita mendapat pelajaran dari setiap musim dalam hidup kita. Dalam mengikut Tuhan, kedagingan kita memang akan dikikis. Tetapi ketaatan itu indah di mata Tuhan. Kebenaran kadang memang menyakitkan, namun itu baik dan akan memurnikan setiap kita.
Mengikuti jalan Tuhan bukan berarti kita kehilangan kebahagiaan.
Anak bungsu berpikir tentang kebahagiaan versinya, sehingga dia pergi jauh dari rumah. Padahal kebahagiaan yang sejati justru ada di dalam rumahnya, sebab di rumah bapanya sudah tersedia semua yang terbaik baginya; Dia memiliki pengertian yang gelap akan sebuah kebahagiaan.
Pengertian yang gelap tentang kebahagian versi kita membuat kita berpikir bahwa perintah Tuhan menjadi sebuah penghalang kebahagiaan kita. Kita perlu menyelaraskan pikiran kita tentang kebahagiaan dengan kebahagiaan yang sudah Tuhan sediakan.
Miliki sikap hati yang benar di hadapan Tuhan. Biarlah hati kita diterangi oleh kebenaranNya yang membuat hati kita memiliki pengertian akan kehendakNya yang sempurna dalam hidup kita.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Evie Mehita : Pertandingan yang Benar
Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarang saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
1 Korintus 9:25-27
Hidup adalah sebuah pertandingan yang harus kita lalui. Kita bukan “pupuk bawang” dalam pertandingan. Pupuk bawang tidak mendapat hadiah, hanya sebagai penggembira dalam sebuah pertandingan. Tuhan mau kita hidup dalam pertandingan yang sesungguhnya, bukan hanya penggembira. Kita bukan suporter yang “asal ada” dan tidak melakukan apapun.
Tidak semua pertandingan menghasilkan hadiah. Pertandingan yang tidak menghasilkan hadiah adalah pertandingan yang tidak benar. Kita harus melalui pertandingan yang goalnya adalah hadiah surgawi. Jangan kita bersusah payah di pertandingan yang tidak benar dan tidak mendapatkan apa-apa.
Sudahkah kita ada di pertandingan yang benar? Pertandingan yang benar tentu tujuannya jelas. Namun sayangnya banyak orang yang bertanding tanpa tujuan; ada yang berlari mengejar prestasi, atau omset di perusahaannya tapi tanpa tujuan yang benar (ay. 26). Apakah hidupmu suam? Mungkin kamu sedang berada pada pertandingan yang salah; kamu mengejar sesuatu yang salah. Yang kamu kejar adalah segala yang ada di dunia ini, sesuatu yang fana. Karena itu, kita perlu berlari mengejar visi yang benar di dalam gelanggang yang benar.
Ketika orang berlari dalam gelanggang yg benar, hidup orang itu akan berubah. Orang yang tahu panggilannya, hidupnya tidak akan sama lagi. Hidupnya pasti berapi-api untuk Tuhan.
Seorang pelari yang melihat lawannya jauh di belakangnya, merasa pede dan terlena dengan pujian penonton. Tetapi karena terlalu terlena dengan pujian penonton itu, dia tidak lagi berfokus pada pertandingannya. Dan tidak terasa musuhnya akhirnya menyusul dan menyalip dia. Dia tidak jadi menang dan tidak mendapatkan hadiah.
HATI YANG BERFOKUS ITU PENTING!
Di dalam pertandingan, kita perlu menguasai diri kita; kita tidak bisa sembarang mengambil keputusan. Kita harus berfokus pada tujuan kita. Berlari dengan bagus saja tidak cukup, kita harus hati-hati, harus berfokus. Jangan kita menjadi kalah karena kita “menoleh” ke arah yang lain. Apa fokus hidupmu? Tuhan? Atau Penonton? Atau Musuhmu? Janganlah fokus hidup kita menjadi salah. Karena ketika kita salah, maka kita tidak bisa memenangkan setiap “pertandingan” dalam hidup kita.
Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya (Yakobus 1:8)
Orang yang tidak berfokus pada tujuan, hidupnya tidak akan tenang. Hati manusia mudah sekali berubah dan mendua hati. Karena itu, kita harus terus mengalami Kristus dalam hidup kita. Kita bawa anak-anak rohani dan jasmani kita untuk terus mengalami Kristus.
Ada banyak anak Tuhan yang awalnya murni dan berapi-api buat Tuhan. Tapi baru setahun “ditempa” Tuhan langsung menyerah. Hatinya mulai berubah dan tidak lagi sungguh-sungguh sama Tuhan. Apa itu mental yang diinginkan Tuhan? Hati kita mudah mengeras, dan itu terjadi secara proses, tidak terjadi dalam satu hari. Seperti roti yang makin lama makin keras dan tidak enak dimakan. Itu adalah proses hati yang suam. Lama-lama akan mengeras dan menebal dan tidak bisa disentuh lagi oleh Tuhan.Hati-hati! Jangan kita terus membiarkan hati kita mengeras sampai hati kita tidak bisa lagi disentuh oleh Tuhan.
Apakah kita sengaja membiarkan hati kita keras? Seperti roti yang dibiarkan, tidak segera dimakan akan menjadi keras. Kita tahu hati kita keras, tetapi kita biarkan. Kita tahu cinta kita pada Tuhan sudah menjadi hambar, dan kita biarkan.
Jangan keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun (Mazmur 95:8)
Hati-hati dengan ketidakpuasan! Bangsa Israel di Masa dan Meriba mencobai Tuhan. Bangsa Israel awalnya haus. Tapi kemudian menuntut Tuhan dan terus mengeluh. Bangsa Israel tidak puas dengan mujizat, kebaikan dan kasih Tuhan. Jangan biarkan ketidakpuasan itu terus berkembang dan menebalkan hati kita. Bangsa Israel menebal hatinya, sehingga di Masa dan Meriba mereka dengan sengaja mencobai Tuhan, dengan sengaja cari gara-gara dengan Tuhan.
Biarkan hati kita dimiliki Tuhan. Supaya Tuhan Yesus bisa dimiliki dunia, ia menyerahkan diriNya, disiksa dan diremukkan untuk dunia. Sehingga semua org yang percaya pada Yesus dapat diselamatkan. Dan untuk memiliki dunia, Dia turun ke dunia. Demikian juga kita; Untuk kita dimiliki Tuhan, kita harus menyerahkan diri kita, tidak berontak pada Tuhan. Dan untuk kita memiliki Tuhan, kita perlu turun melakukan pekerjaan Tuhan dan melayani Tuhan.
- Published in Sermons