Khotbah Ev. Elita Chandra : Iman yang Mengalahkan Dunia
Markus 4:34-36
Markus 4:38
KARAKTER TUHAN ADALAH SETIA.
Matius 6:25-34
PENGUASAAN DIRI (Filipi 4:11-12)
Hidup ini fana, hidup ini seperti uap yang sebentar saja lalu hilang.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Elita Chandra : Hati yang Degil
Dalam kitab Markus, Tuhan Yesus menegur murid-murid-Nya karena memiliki “hati yang degil”. Apa itu hati yang degil? Hati yang degil artinya hati yang menebal, hati yang tumpul dan tidak berpengertian.
Kedegilan hati berbicara ketidakpercayaan kepada Tuhan
Kedegilan hati bukan hanya berbicara tentang pemberontakan, tetapi juga berbicara hati yang tidak percaya dan penuh keraguan. Murid Yesus telah banyak menyaksikan mujizat yang Yesus lakukan, tetapi mereka tidak percaya; hati mereka degil. Mereka melihat mujizat Yesus memberi makan 5000 orang dan tersisa 12 bakul penuh, namun dalam kisah Yesus berjalan di atas air di Markus 6:45-52 dikatakan bahwa mereka tetap tidak mengerti, dan hati mereka tetap degil (Mark. 6:52).
Di kisah selanjutnya, murid Yesus kembali menyaksikan mujizatNya memberi makan 4000 orang dan tersisa 7 bakul (Mark.8:1-10), namun Yesus menegur mereka akan kedegilan hati mereka saat Yesus menceritakan tentang ragi orang Farisi dan ragi Herodes; Mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan, mereka hanya berfokus pada roti yang tidak mereka bawa (Mark. 8:14-21).
Hati kita degil ketika menuntut Tuhan melakukan apa yang kita inginkan
Kedegilan murid Yesus juga diceritakan dalam Yohanes 6:30-36. Ketika Yesus menceritakan tentang Roti Hidup, mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan. Mereka terus berpikir tentang roti yang dapat mengenyangkan mereka, bukan Yesus sebagai Roti Hidup yang memberikan kehidupan kekal.
Adakah kita seperti murid-murid Yesus? Kita mungkin orang yang mengalami Tuhan, tetapi kita menuntut Yesus menjadi figur yang sesuai dengan pikiran kita. Kita menuntut Yesus memberi kita “roti”, namun ketika Dia tidak memberikannya, kita menjadi tidak percaya dan meragukan Tuhan. Kita menuntut kasih Tuhan seperti yang kita mau, kita mengkoreksi kasih Tuhan.
Kita seringkali mengkoreksi kasih Tuhan, padahal kasihNya kepada kita tidak pernah berubah dalam hidup kita. Kitalah yang seharusnya mengkoreksi kasih, kesetiaan dan iman kita kepada Tuhan.
Cara pikir kita yang salah membuat hati kita menebal dan tumpul. Ketika hati kita menebal dan tumpul, maka kebaikan dan mujizat Tuhan nampak biasa saja. Demikian pula dengan murid Yesus; Mereka mengharapkan penyertaan dan kebaikan Tuhan versi mereka. Sehingga kebaikan yang Tuhan berikan dianggap biasa saja, karena tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Hati kita degil karena tidak berfokus kepada Tuhan.
Seorang yang memiliki fokus terhadap sesuatu otomatis akan peka dengan hal tersebut. Namun Murid Yesus tidak fokus kepada Yesus. Itulah yang membuat mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan. Sudahkah kita berfokus dengan kerinduan Tuhan dalam hidup kita? Jikalau kita berfokus, maka kita akan menjadi peka dengan pekerjaan-pekerjaan Tuhan; Kita akan diberikan pengertian untuk mengerti rencanaNya.
Hati kita degil karena ketidaktaatan
Kedegilan berkaitan erat dengan kebodohan dan orang yang tidak mengenal Tuhan (Efesus 4:17-20). Kebodohan bukan tentang tahu atau tidak, tetapi tentang kita mau taat atau tidak: Sebab kita bisa tahu, belum tentu kita mau taat. Kita bisa menjadi orang bodoh bukan karena kurang pengetahuan, tetapi karena hawa nafsu yang membuat hati menjadi tumpul (Ef.4:19), bebal, dan tidak mau diajar; Karena itu, pengertian kita perlu diterangi oleh kebenaran; Dengan menempatkan kebenaran sebagai sesuatu yang utama dalam hidup kita. Minta Tuhan mengubahkan hati dan pikiran kita.
Tuhan ingin kita taat akan perintahNya, tetapi terkadang Tuhan membiarkan kita dengan pilihan kita karena kita keras hati.
Tuhan menegur Bileam melalui seekor keledai karena ketidaktaatannya; Bileam bisa mendengar apa yang Tuhan katakan untuk tidak mengutuki bangsa Israel, dia mengiyakan dengan mulutnya, tetapi ia tetap pergi bersama Balak yang memintanya mengutuki bangsa Israel. Dia bahkan tidak tahu bahwa ada malaikat, sekalipun dia adalah nabi yang bisa mendengar suara Tuhan (Bilangan 22:4-41).
Janganlah kita menjadi keras hati, tetapi biarlah kita diterangi oleh kebenaran dari Tuhan. Memiliki pengetahuan saja tidak cukup, tetapi kita harus memiliki hati yang taat.
Dalam ketaatan, kita mendapat pelajaran dari setiap musim dalam hidup kita. Dalam mengikut Tuhan, kedagingan kita memang akan dikikis. Tetapi ketaatan itu indah di mata Tuhan. Kebenaran kadang memang menyakitkan, namun itu baik dan akan memurnikan setiap kita.
Mengikuti jalan Tuhan bukan berarti kita kehilangan kebahagiaan.
Anak bungsu berpikir tentang kebahagiaan versinya, sehingga dia pergi jauh dari rumah. Padahal kebahagiaan yang sejati justru ada di dalam rumahnya, sebab di rumah bapanya sudah tersedia semua yang terbaik baginya; Dia memiliki pengertian yang gelap akan sebuah kebahagiaan.
Pengertian yang gelap tentang kebahagian versi kita membuat kita berpikir bahwa perintah Tuhan menjadi sebuah penghalang kebahagiaan kita. Kita perlu menyelaraskan pikiran kita tentang kebahagiaan dengan kebahagiaan yang sudah Tuhan sediakan.
Miliki sikap hati yang benar di hadapan Tuhan. Biarlah hati kita diterangi oleh kebenaranNya yang membuat hati kita memiliki pengertian akan kehendakNya yang sempurna dalam hidup kita.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Elita Chandra : Rasa Aman yang Sejati
Kasus COVID-19 yang hari2 ini menyerang lebih dari 600 ribu jiwa di seluruh dunia menyebabkan goncangan yang besar di berbagai negara. Ini menyebabkan banyak orang mencari rasa aman; mereka membeli dan menimbun masker, sarung tangan, hand sanitizer, bahkan baju pelindung untuk merasa aman agar tidak terkena virus ini. Tapi bagaimanakah Rasa Aman yang Sejati itu?
Ada janji keamanan yang Tuhan sediakan kepada bangsa Israel (Yosua 21:43-45). Sekalipun demikian, bukan berarti bangsa ini sama sekali tidak menghadapi musuh; Musuh tetap ada, mereka pun tetap harus waspada & berjaga (Yosua 23: 1-16).
Seringkali kita berpikir bahwa Rasa Aman adalah ketika tidak ada musuh/masalah di sekitar kita. Tetapi Rasa Aman Yang sejati bukanlah ketika tidak ada musuh di sekitar kita, melainkan ketika kita merasakan damai sejahtera Tuhan di tengah masalah/badai Dalam hidup; dimana ada janji perlindungan dan penjagaan Tuhan. Tetapi Rasa Aman juga bukan berarti kita tidak berhikmat, kita juga perlu berjaga dan waspada dengan “musuh” di sekitar kita.
Situasi hari-hari ini menguji hati kita dalam 2 hal:
1. Kasih kepada Tuhan
Apakah kita sungguh2 berserah & bergantung penuh pada Tuhan
2. Kasih kepada Sesama
Apakah kita egois menyimpan semua hal untuk keamanan kita pribadi, atau berbagi kepada yang membutuhkan? Apakah kita tergerak oleh belas kasihan akan jiwa2 Yang meninggal setiap harinya dalam kondisi belum menerima Kristus?
Mari kita semakin mendekat kepada Tuhan. Rasa Aman yang sejati hanya dalam Tuhan; Dia adalah pelindung & penjaga kita yang tidak pernah terlelap (Mazmur 121:1-8). Jangan dikuasai oleh ketakutan dan situasi sekitar kita. Justru kita harus berdoa untuk bangsa-bangsa supaya dikuatkan dan dimampukan melewati bencana ini.
Di tengah ketidakamanan, ada sebuah jaminan keyakinan iman di tengah orang-orang percaya: Bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus; Penindasan, kesesakan, penganiayaan, sakit penyakit sekalipun. Kita diciptakanNya sebagai orang-orang yang lebih dari pemenang (Roma 8:31-39).
Jadilah orang-orang yang lebih dari pemenang; kita tidak lagi hidup dalam ketakutan dan kekuatiran, tetapi hidup kita penuh dengan rasa aman yang sejati dari Tuhan. Mari tetap bergantung pada Tuhan dalam segala hal.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Elita Chandra : His(Story) Maker
Setiap kita diciptakan untuk sebuah tujuan, dan Tuhan mau kita menghidupi tujuan Tuhan itu. Untuk itu, kita perlu tahu apa yang menjadi Tuhan dalam hidup kita. Ketika kita berjumpa dengan tujuan Tuhan itu, hidup kita tidak akan sama lagi. Setiap kita dipanggil menjadi pekerja di ladang-Nya. Pekerja di Ladang Tuhan bukan hanya berbicara menjadi hamba Tuhan, tetapi kita mengerjakan bagian kita dimanapun Tuhan menempatkan kita.
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2 : 8 – 10)
Sejak Tuhan menciptakan Adam, Tuhan punya tujuan baginya, yaitu menjadi pengelola dan menjadi kawan sekerja Tuhan. Tuhan memanggil kita bukan hanya untuk masuk Surga, tetapi untuk memenuhi panggilan kita yang semula yang sudah Tuhan sediakan dalam hidup kita. Seperti Adam, Tuhan mau kita menjadi kawan sekerja Allah untuk mengerjakan visi-Nya di muka bumi ini. Tuhan bukan mencari siapa yang bisa, tetapi Dia mencari orang yang mau.
Menjadi Kawan Sekerja Allah
Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan tembok atau yang mempertahankan negeri itu di hadapan-Ku, supaya jangan Kumusnahkan, tetapi Aku tidak menemuinya. (Yehezkiel 22:30)
Tuhan mau kita menjadi kawan sekerja Tuhan; yang sepakat dan sevisi dengan Tuhan. Itulah tujuan Tuhan dalam hidup kita. Dia mau kita semua ambil bagian dalam pekerjaanNya yang mulia. Tuhan sedang mencari orang yang mau untuk dipakaiNya.
Apakah kita mau menjadi Mitra Tuhan?
Tuhan kita bukanlah Tuhan pemaksa, Dia hanya akan memakai kita kalau kita mau melakukannya. Luarbiasanya Tuhan adalah bahwa Tuhan yang bisa melakukan segala sesuatunya sendiri dengan kuasaNya, tetapi Dia tidak mau melakukannya tanpa manusia. Dia mau pakai manusia untuk menggenapi kerinduanNya.
Jangan tunda-tunda lagi untuk mengerjakan panggilanNya. Karena waktu akan segera berlalu, dan kita bisa kehilangan kesempatan untuk melakukan kerinduan Tuhan. Tuhan mau kita dengan giat mengejar panggilan itu: Jadilah seorang pembuat sejarah dalam hidupmu.
Melihat kisah dari Triwira Daud (1 Samuel 22:1-2), semua Triwira Daud bukanlah berasal dari orang-orang yang hebat. Mereka adalah orang yang dulunya tinggal di Gua Adulam, sebuah tempat untuk orang-orang yang tidak berpengharapan. Tetapi mereka menjadi orang-orang yang berhasil menjadi pembuat sejarah; mereka meninggalkan masa lalu dan menjadi pahlawan Daud.
Meninggalkan masa lalu dibutuhkan keberanian, dibutuhkan kerelaan dan mulai sesuatu yang baru bersama dengan Tuhan. Tanggalkan beban dan dosa kita. Mari Belajar serahkan semuanya. Ijinkan Tuhan memegang hidupmu menuju masa depan bersama Dia.
Rela dilatih dan diproses Tuhan
Mulailah berubah dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan yang baru dalam Tuhan. Dan semuanya dimulai ketika kita mau belajar berubah. Tinggalkan semua kebiasaan kita yang tidak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Mari kita belajar untuk mau dilatih dan diproses menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Hati yang berpaut kepada Tuhan
Rut menjadi menjadi seorang pembuat sejarah karena hatinya terpaut kepada Tuhan (Rut 1: 1-18). Dia mengambil sebuah pilihan yang benar dalam hidupnya. Perhatikan langkah-langkah hidup kita. Jangan anggap enteng keputusan-keputusan kita. Jangan pernah membuat keputusan ketika kamu emosi, sehingga kamu tidak membuat pilihan yang bodoh. Belajar libatkan Tuhan dalam setiap keputusan yang harus kita ambil.
History Maker bukan tentang “aku”, Tetapi tentang “Dia”. Ketika kita mau dipakai Tuhan, Tuhan akan biasakan kita dengan tata tertib Kerajaan Tuhan. Asalkan kita mau, Tuhan yang sanggupkan kita dan kita bisa membuat pilihan-pilihan yang tepat bersama dengan Tuhan.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Elita Chandra : Berjalan dalam Panggilan
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. (Efesus 2:10)
Mungkin ketika kita mendengar kata “panggilan”, kita tidak mengerti apa artinya. Padahal sebenarnya panggilan itu adalah rancangan Tuhan bagi hidup kita, yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan Tuhan mau supaya kita hidup di dalamnya. Manusia diciptakan untuk sebuah tujuan. Di dalam tujuan ada kerinduan–detak jantung Tuhan untuk setiap kita. Berbicara kerinduan itu adalah sebuah perjalanan, bukan pijakan akhir. Panggilan itu tidak diam, tetapi terus bergerak seiring kita belajar menggenapinya dalam hidup kita.
Panggilan bukan hanya berbicara tentang pekerjaan, bukan juga sebatas profesi. Tetapi panggilan Tuhan ada di sekitar kehidupan kita.
Ketika mendekati kelulusan saya, saya kebingungan, “apa yang akan saya kerjakan? Saya mau kerja apa? “ Hal semacam ini sering terjadi di setiap orang yang mendekati kelulusannya. Dan ketika saya belajar melangkah dan masuk lebih dalam menjadi pekerja penuh waktu, itu membuat saya lega. Saya berpikir bahwa perjuangan saya menemukan panggilan sudah selesai. Tetapi ternyata itu bukanlah akhir dari perjalanan saya berjalan dalam panggilan. Itu adalah sebuah awal dimana Tuhan akan mengajar saya untuk menggenapi tujuan yang lebih besar dalam hidup saya. Jadi panggilan bukan hanya berbicara tentang pekerjaan atau menjadi apa, tetapi panggilan Tuhan itu ada setiap hari dalam hidup kita. Hanya apakah kita mendengarnya atau tidak.
Kita perlu mengalami Perjumpaan dengan Tuhan (Yesaya 6:1-6)
Sebelum kita berbicara jauh soal panggilan, kita harus masuk ke step pertama, yaitu perjumpaan. Kita harus belajar mengenal Tuhan. Ketika kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan, Dia akan memberitahukan siapa Dia sebenarnya. Dia adalah Tuhan yang berkuasa atas hidup kita. Perjumpaan akan membuat kita sadar akan dosa kita. Tuhan rindu kita tidak hanya berhenti di perjumpaan, tetapi juga ke level berikutnya, yaitu kerinduan.
Perjumpaan tidak cukup sekali. Jikalau kita hanya berjumpa sekali saja, mungkin kita hanya melihat sekilas, kita tidak mengenal lebih lagi. Butuh berkali-kali supaya kita ingat, lebih kenal, dan sampai kita mengenal seluruh kepribadian Tuhan. Karena itu, jangan puas menjadi penikmat kebaikan Tuhan, tetapi kita diciptakan Tuhan untuk melakukan kerinduan Tuhan.
Panggilan adalah sebuah Proses
Setelah kita menemukan panggilan, Tuhan akan memanggil kita untuk masuk lebih lagi ke dalam panggilan yang sesungguhnya (Keluaran 3:11-12). Jangan kita menjadi seperti Musa yang sering berkata “Kok aku?“; Kita fokus dengan diri kita sendiri. Ataukah berkata “Apa yang harus aku lakukan?” Terkadang kita bisa dengan mudahnya menolak panggilan Tuhan karena kita merasa kita tidak bisa apa-apa. Bagus kalau kita tidak tahu apa-apa. Karena pada saat itu, kita belajar untuk mengandalkan Tuhan. Atau mungkin kita pernah berkata, “Aku punya banyak kelemahan. Apakah orang lain akan percaya kalau Engkau memanggilku?”
Ketika kita tidak bisa, Tuhan akan mengajari kita lewat tantangan-tantangan yang harus kita lalui. Jangan kita menjadi banyak alasan ketika Tuhan memanggil kita, karena ketika Tuhan memanggil kita, Dia yang akan memperlengkapi kita. Akan selalu ada alasan untuk segala sesuatu di dunia ini. Tetap pertimbangan yang terlalu banyak membuat kita tidak akan bisa maju lebih lagi dalam Tuhan.
Panggilan Tuhan bukan soal kita siap atau tidak, tetapi tentang mau taat atau tidak
Panggilan Tuhan bukan soal siap apa tidak, tapi tentang mau taat atau tidak. Di dunia akan selalu ada alasan. Tetapi Tuhan mau KETAATAN kita; kita mau atau tidak untuk dipakai oleh Tuhan dalam rencanaNya atas hidup kita.
Mari kita berjalan dalam panggilanNya. Alami perjumpaan dengan Tuhan, kenali pribadiNya, hingga kita memahami dan mengerjakan kerinduanNya. Dan ketika kita sudah menemukan panggilan hidup kita, mari kita bukan hanya berhenti di sana, tetapi kita mau diproses lebih lagi untuk mengerjakan kerinduanNya yang lebih besar dalam hidup kita.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Elita Chandra : Kebenaran yang Memerdekakan
Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya. Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:30-32)
Berbicara kebenaran, setiap kita yang dilahirkan dari keluarga Kristen, kita sudah sering mendengar kebenaran. Dalam perikop sebelum Yohanes 8 : 30-36 banyak menjelaskan asal usul Yesus dan banyak orang yang menjadi percaya. Tetapi Tuhan tidak mau kita hanya cukup menjadi percaya. Kita harus menghidupi kepercayaan kita. Kita harus mengerti dan melakukan prinsip Kebenaran itu. PRINSIP KEBENARAN :
Tinggal dalam Firman akan Memerdekakan Kita
Setiap kita memang tidak mungkin lepas dari dosa tanpa kasih karunia, tetapi dengan tinggal dalam Firman Tuhan, kita dapat dimerdekakan. Tinggal artinya tetap, tidak berpindah-pindah.
Sama halnya ranting tanaman anggur yang tidak berpindah-pindah; dia melekat dengan pokoknya. Tuhan berkata tentang pokok anggur yang benar. Ranting yang sesungguhnya melekat pada pokoknya. Ranting yang tidak melekat dengan benar adalah ranting yang palsu. Tuhan mau kita melekat pada pokok anggur. Buah akan dapat kita hasilkan kalau kita melekat pada pokok anggur.
Kebenaran itu menyakitkan. Seperti pil pahit yang harus kita telan, tetapi menyembuhkan kita.
Ketika kita sakit, kita tidak bisa memilih-milih obat yang harus kita minum. Demikian juga dengan kebenaran; kita tidak bisa memilih-milih kebenaran yang menyenangkan telinga kita saja. Jika kita pilih-pilih obat/ Firman, kita tidak sungguh-sungguh tinggal dalam Firman. Walau itu menyakitkan, kita harus menelan Frman itu.
Kita tidak akan tahu kebenaran seperti apa, jika kita tidak tinggal di dalamnya.
Jika kita tinggal, kita akan mengetahui apa yang kita tidak pernah tahu. Seperti kita tinggal satu rumah dengan orang lain, kita akan tahu kebiasaan-kebiasaan orang-orang yang tinggal bersama dengan kita. Ketika kita tinggal bersama sesuatu/seseorang, ada kehidupan yang terjadi. Demikian juga jika kita tinggal bersama kebenaran, maka akan ada kehidupan yang terjadi.
Cara pandang yang berubah
Untuk merdeka, kita harus tahu apa itu kebenaran. Ketika kita tahu kebenaran, cara pandang kita terhadap sesuatu akan sesuai dengan kebenaran. Jika kita tidak tahu kebenaran, kita akan dengan mudahnya menerima inputan-inputan yang tidak benar berupa nilai-nilai yang berasal dari dunia yang kemudian kita rohanikan.
Cara pandang kita menentukan arah hidup kita. Jika cara pandang kita salah, hidup kita akan dikendalikan pada suatu yang salah. Tapi jika cara pandang kita benar, hidup kita akan dibawa pada kebenaran.
Memberi Ruang untuk Kebenaran Dalam Hati
Aku tahu, bawa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena Firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu (Yohanes 8 : 37)
Yesus mengatakan mereka memang adalah keturunan jasmani dari Abraham, tetapi Yesus menegur mereka bahwa mereka tidak hidup dalam Firman, tidak seperti Abraham, bapa leluhur mereka.
Kebenaran seringkali bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan. Awalnya pasti menyakitkan, tetapi jika kita ingin bebas, kita harus menerima kebenaran.
Seringkali kita datang pada Tuhan, kita bertanya pada Tuhan, tetapi tidak menginginkan kebenaran, melainkan pembenaran. Kita jahat dan licik.
Berikan tempat untuk kebenaran tinggal dalam hati, jangan hanya mendengar. Tetapi biarlah itu mengoreksi dan mengubah hidup kita.
BAGAIMANA IBLIS MEMPERNGARUHI KEBENARAN, MENIPU ANAK-ANAK TUHAN SEHINGGA MEREKA MEMPEROLEH KEBENARAN YANG SALAH?
Berfokus dengan 1 Kata Larangan
Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: “Semua
pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, ” (Kejadian 2:16)
Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang
dijadikan oleh Tuhan Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahhnya, bukan?” (Kejadian 3:1)
Iblis fokus pada 1 perintah Tuhan, iblis suka menyorot 1 poin larangan saja, padahal ada 1000 kebaikan Tuhan lainnya. Sehingga manusia salah fokus seakan Tuhan itu jahat, Tuhan melarang. Mindset Hawa dipermainkan agar Hawa hanya fokus pada larangan Tuhan!
Ketika kita ditegur, kita langsung menyorot pada teguran tanpa melihat nasihat yang diberikan itu baik. Kita langsung mengecap orang yang menegur kita adalah orang yang jahat dengan 1 larangan, tanpa memperhitungkan kebaikan-kebaikan lainnya yang dia lakukan. Padahal kata jangan/larangan yang diberikan itu bertujuan baik untuk kita.
Menyederhanakan Perintah Tuhan
“.. Tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu,
janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kejadian 2:17)
Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak
akan mati,” (Kejadian 3:4)
Iblis selalu MENYEPELEKAN dosa dan MENYEDERHANAKAN perintah Tuhan. Tuhan sudah jelas mengatakan bahwa manusia akan langsung mati, tetapi iblis berkata bahwa “sekali-sekali”. Hati manusia sangat licik untuk bermain-main dengan larangan Tuhan. Kita mencari-cari cara, menyepelekan dosa karna kita suka. Tetapi hati nurani kita tahu bahwa itu tidak benar.
Jangan pernah menyederhakan perintah Tuhan!
karena sekali-kali dilakukan, lama-lama akan menjadi berkali-berkali.
Memakai Dalih Rohani untuk Membenarkan Dosa
Tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka dan kamu menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat(Kejadian 3:5)
Iblis berkata “sama seperti Allah”. Tuhan mau kita sempurna seperti Tuhan, dan iblis memakai dalih-dalih kerohanian untuk membuat kita jatuh dalam dosa, padahal itu tidak membawa kita dekat kepada Tuhan.Kita sering memakai statement yang terlihat rohani untuk melancarkan sesuatu.
Contohnya kita bekerja keras sehingga tidak ke gereja dengan alasan agar dapat uang dan uang tersebut akan digunakan untuk memberkati gereja. Tetapi itu adalah DALIH KITA, pembenaran yang kita lakukan. Jika roh Kudus ada dalam hati kita, kita pasti tahu bahwa kita salah.
Tawaran yang Tampaknya Baik dan Menarik
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. (Kejadian 3:6a)
Tipuan iblis seakan-akan tidak berhasil terhadap Hawa, tetapi saat itu Iblis pikiran Hawa sedang bermain. Dikatakan bahwa Hawa melihat buah itu baik dan menarik.
APA YANG KITA LIHAT BAIK, BELUM TENTU ITU BAIK. Mata manusia seringkali menipu, tetapi manusia seringkali tertipu oleh apa yang kita lihat. Tipuan pertama Iblis pada Hawa masih dapat dengan mudah ia sangkal. Ia masih teguh dan mengingat perintah Tuhan. Tetapi ketika ia melihat bahwa buah itu menarik dan seakan tidak berbahaya, ia tertipu.
Apa yang kita lihat baik, belum tentu itu yang terbaik. Terlihat baik tetapi ujungnya adalah maut, kita terpisah dari kasih dan perkenanan Tuhan.
Berapa jarak pandang manusia? Penglihatan manusia sangat terbatas, tetapi Tuhan melihat segalanya. Apa yang kita lihat baik dan berkenan, kita harus tanyakan kembali pada Tuhan agar kita tidak tertipu. Siapa tahu apa yang kita lihat baik seperti pohon pengetahuan, itu ternyata menyesatkan.
Hiduplah dalam kebenaran yang sanggup memerdekakan kita. Dengan kita tinggal dalam kebenaran, itu akan menjadi senjata kita untuk bertahan dan melawan tipu daya si Jahat kepada setiap kita.
- Published in Sermons