Khotbah Ev. Evie Mehita : Peperangan Rohani
Di dalam sebuah film, pasti ada tokoh utama di dalamnya. Demikian pula setiap kita adalah tokoh utama dalam cerita kehidupan kita. Kita semua memegang peranan penting dalam cerita yang Tuhan buat. Tidak ada bagian yang tidak penting, karena kita-lah tokoh utamanya. Ketika Kita menonton film, kita mengharapkan akhir yang bahagia. Sama halnya manusia mencari kebahagiaan dalam hidup mereka. Tetapi tujuan kekristenan bukanlah mencari kebahagiaan duniawi semata, tetapi kebahagiaan kekal. Karena itu mari kita mengejar perkenanan Tuhan, mengejar kebahagiaan surga.
Manusia Rohani & Manusia Duniawi
Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: “Aku dari golongan Paulus,” dan yang lain berkata: “Aku dari golongan Apolos, ” bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani?
(1 Korintus 3:1-4)
Manusia duniawi buka hanya orang yang belum percaya atau belum mengenal Tuhan. Tetapi orang yang belum dewasa rohani bisa disebut manusia duniawi.
Orang yang belum dewasa tidak bisa makan makanan yang keras, tidak bisa menerima kebenaran. Mereka suka hidup dengan sifat duniawinya, sehingga mereka tidak bisa dipercayakan hal besar oleh Tuhan. Selama kita masih dunia, kita masih punya sifat-sifat duniawi, tetapi ketika hidup kita dipenuhi oleh Roh Kudus, kita harusnya tidak tahan lagi untuk tinggal dalam hal duniawi; Kita berjuang memeranginya.
Setiap kita sedang berada dalam pertandingan kita masing-masing yang harus kita selesaikan secara pribadi. Kita tidak bisa menyeret orang lain untuk menyelesaikan pertandingan kita; Kita harus menyelesaikannya sendiri (1 Korintus 9:24). Setiap kita harus sadar kalau kita penting dalam pekerjaan Tuhan, sebab itu bertandinglah sebaik mungkin.
Hidup kita tidak pernah lepas dari peperangan. Ada 2 peperangan yang kita hadapi dalam hidup kita :
1. Peperangan Pribadi (Raksasa), bisa muncul dari :
– Warisan Nenek Moyang (sifat, dosa, kecenderungan/Avon)
– Pengalaman pribadi / masa lalu yang terjadi atau yang dilakukan terus menerus
– Ketakutan (Karena intimidasi & tawaran Iblis) yang melemahkan mental.
Iblis selalu berusaha menjerat dan menjatuhkan anak-anak Tuhan dengan ketakutan. Dia akan melemahkan mental kita dan membuat kita mengiyakan setiap perkataannya.
2. Peperangan Secara Korporat
Sebagai gereja kita perlu bergerak secara tim. Di akhir zaman ini, Tuhan rindu mengembalikan hati anak-anakNya kepada hati Bapa. Gereja menaklukkan prinsip dunia dan dosa, sehingga dapat merebut jiwa-jiwa dari jerat kebinasaan dan setiap mereka dimenangkan oleh karena Tuhan.
Tuhan rindu setiap kita menjadi pahlawan Tuhan yang tidak terus berkutat dalam peperangan kita pribadi, tetapi berkarya untuk jadi berkat bagi orang lain. Kita tidak hidup bagi diri kita sendiri, tetapi hidup kita dipersembahkan seluruhnya untuk kerajaan Tuhan; Kita hidup untuk kepentingan orang lain.
Kalahkah peperanganmu!
Jika tidak, kita menjadi orang yang lumpuh; Kita menjadi orang yang tidak maksimal dalam Tuhan. Sekalipun kita berada dalam peperangan, jangan pernah menyerah, Jangan berhenti melayani. Jika tidak, Iblis akan semakin menghancurkanmu. Dia akan menghancurkan mental kita sampai kita percaya padanya bahwa kita tidak bisa bangkit lagi.
“Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak berpacu melawan kuda? Dan jika di negeri yang damai engkau tidak merasa tenteram, apakah yang akan engkau perbuat di hutan belukar sungai Yordan? (Yeremia 12:5)
Jangan mudah menyerah dalam pertandingan hidupmu. Janganlah ketika menghadapi sedikit tantangan, kita sedikit-sedikit lelah, sedikit-sedikit menyerah, sedikit-sedikit tidak mau melayani Tuhan; Itu bukan mental seorang prajurit. Milikilah mental prajurit yang kuat, sehingga kita mampu memenangkan setiap peperangan kita.
Belajar dari Maria ibu Yesus, di dalam pergumulannya, dia menyimpan dalam hatinya, dia membereskan dan menyelesaikan peperangan dalam dirinya (Lukas 2:19). Kita perlu berlatih untuk dapat memenangkan pikiran kita sendiri kepada Tuhan; tidak menyeret orang lain dan memintanya menyelesaikannya. Kita boleh bercerita dan meminta nasehat untuk setiap masalah kita, tetapi kita harus belajar menyelesaikan masalah kita sendiri.
Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem: “Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lesu. TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai, (Zefanya 3:16-17)
Tuhan adalah pahlawan kita. Jika Tuhan ada bersama kita dalam setiap peperangan, kita tidak akan pernah kalah. Dia yang akan memegang hidup kita dan tangan kananNya memberikan kita kemenangan. Hadapi setiap peperangan bersama dengan Tuhan, dan kemenangan ada di tanganmu.
- Published in Sermons