Khotbah Pdm. Evie Mehita – Kemana Saja Ku Telah Sedia
Saulus adalah seorang berkharisma, pemimpin yang hebat, memiliki jabatan dan begitu berkobar-kobar untuk membunuh umat Tuhan. Ia merasa apa yang dilakukan untuk Tuhan. Saulus bukan orang yang sembarang, dengan pengetahuan dan kedudukan, ia meminta surat kuasa kepada Imam untuk bisa menganiaya anak-anak Tuhan pada masa itu. Saulus merasa ia melakukan tugas misi dan pelayanan yang memuliakan Tuhan. Saulus merasa melakukan kebenaran karena ia sendiri sudah mendapat pengajaran mengenai kitab-kitab hukum yang ada, tetapi ia tidak mengenal Allah Yahweh. Orang Kristen masa kini bisa seperti Saulus, melayani bahkan ke gereja tetapi tidak sungguh-sungguh mengenal Yesus yang sejati. Kita tidak bisa menilai mana yang datang dari Tuhan dan bukan. Saulus tidak sadar bahwa yang ia aniaya adalah Yesus sendiri.
Mengerti Alkitab yang kita miliki bukanlah jaminan seseorang telah lahir baru dan sejalan dengan hati Tuhan.
Sering kali kita bisa salah menilai diri sendiri, kita merasa sudah lahir baru, padahal belum. Dalam kemahatauan-Nya, Tuhan tau seorang yang bengis ini suatu saat nanti dapat dipakai secara luar biasa. Dalam waktu Tuhan yang sempurna, dalam perjalanan ke Damsyik, Saulus berjumpa dengan cahaya yang sangat terang. Tuhan mengijinkan Saulus mengalami kebutaan selama 3 hari. Ini adalah bagian dari perjalanan hidup Saulus yang paling berat. Itu adalah hari-hari dimana Saulus mengalami gejolak dalam dirinya, ada pertentangan dalam dirinya mengenai pemahaman akan pribadi Tuhan.
Ketika Saulus mendengar bahwa selama ini Yesuslah yang telah ia aniaya, sebagai seorang pemimpin ia mengalami krisis di dalam jiwanya mengenai kebenaran-kebenaran yang ia percayai. Selama 3 hari, Saulus bergumul dan berdoa atas perjumapaannya dengan Yesus. Ia belajar melepaskan setiap apa yang ia pandang benar dan ini adalah hal yang menghancurkan harga diri dari seorang Saulus. Sebuah perjumpaan yang yang berharga.
Tuhan bisa memakai siapa saja
Seperti dalam kisah Saulus, Ananias sempat ragu ketika Tuhan menyuruhnya pergi menjumpai Saulus, karena kebengisan Saulus sudah sangat terkenal pada saat itu tetapi akhirnya Ananias taat (KPR 9:11-16). Ketika Paulus telah melawati masa merenung selama 3 hari, ia mengalami ujian pertobatan. Tuhan membentuk dan mempersiapkan Paulus sebelum ia melakukan perjalan misi. Perubahan atau pertobatan adalah anugrah Tuhan, pekerjaan Roh Kudus. Benih Ilahi pastilah berbuah sesuatu yang ilahi tetapi benih dosa akan menghasilkan maut. Benih ilahi diberikan dalam diri Paulus melalui perjumpaannya dengan kebenaran dan itu membuatnya mengambil keputusan yang paling penting dalam hidupnya. Ia memutuskan untuk meninggalkan kehidupannya yang lama.
“Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.” (Matius 7:6)
Babi dan anjing melambangkan orang yang punya sifat kedagingan sedangkan mutiara dan hal berharga adalah tentang kerajaan Surga (mulia, berharga dan kekal). Mutiara yang asli harganya sangat mahal, dalam 1 kerang hanya menghasilkan 1 mutiara. Untuk itu banyak sekali orang membudidayakan kerang penghasil mutiara yang harganya jauh lebih murah. Mutiara yang bukan hasil budidaya, mengalami proses yang menyakitkan sampai akhirnya terbentuklah mutiara yang bernilai tinggi.
Banyak anak Tuhan tidak bisa menangani bahkan merespon dengan benar setiap masalah dalam hidup kita. Masalah yang terjadi apabila direspon dan disikapi dengan benar, maka akan menjadi mutiara-mutiara yang berharga. Anak Tuhan akan menjadi lebih bijak dalam melihat dan menilai dengan standar Firman Tuhan. Kegagalan dalam menyikapi diri sendiri dan permasalahan dengan benar, membuat hidup kita kehilangan bobot dan mudah sekali terombang-ambing.
Selalu ada alasan dari setiap kejadian yang terjadi dalam hidip kita, untuk itu kita perlu selalu menilai dengan dasar Firman Tuhan.
Mutiara dalam Matius 7:6 berbicara mengenai kekekalan
Banyak orang Kristen yang hidupnya tidak pernah berubah walaupun sudah mendengar kebenaran, bahkan suka menolak kebenaran. Kita harus koreksi hidup kita, “jangan-jangan orang-orang seperti iti memiliki spirit babi dan ajing.” Babi dan anjing tidak akan menganggap penting kebenaran, sukanya kembali kepada dosa. 2 Petrus 2:2, “bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: “Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.” Kita jangan punya sikap seperti anjing dan babi yang suka kembali ke kubangannya, orang-orang seperti dalam 2 Petrus 2:2 adalah nabi palsu dan orang yang dikuasai hawa nafsu. Orang-orang seperti ini tidak menganggap hal-hal rohani adalah mutiara atau hal-hal yang berharga.
Saat ini banyak sekali petobat-petobat baru yang memberi kesaksian di media sosial, tetapi ada juga diantaranya yang tidak lama kemudian kembali hidup dalam dosa bahkan lebih parah lagi. Orang-orang seperti ini belum memiliki benih Ilahi seperti yang dialami orang Paulus. Dalam PL ada dosa berasal dari kata Hatta yang berarti mengurangi standar Tuhan selain itu juga dalam Avon adalah kecenderungan dosa yang diturunkan oleh orang tua dan kebiasaan buruk karena kebiasaan kita sendiri.
Daging manusia kecenderungan ingin jauh dari Tuhan untuk itu kita perlu terus dekat sama Tuhan.
Setiap orang punya area-area berbahaya dalam hidupnya, kenali setiap “kubangan-kubangan dosa” yang harus kita tinggalkan. Anak Tuhan harus bangkit dan meninggalkan hidup yang lama agar efektif dan maksimal dalam ladang-ladang Tuhan. Gereja harus punya sifat-sifat rohani, harus menjadi gereja yang bermisi, gereja yang hidup dan gereja kebangunan rohani. Di dalam gereja harus ada kasih, saling memperhatikan, menopang, bahkan kebiasaan-kebaisaan yang baik yang ada dijemaat mula-mula seprti saling memberi salam perlu dibangun digereja masa kini.
- Published in Sermons
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Kembali di Titik Nol
Ada yang berkata bahwa iblis sudah tidak ada dan selesai sampai di Alkitab dan kita sudah selamat. Namun Alkitab mencatat bahwa peperangan kita bukanlah melawan darah dan daging, melainkan penguasa-penguasa di udara.
Setelah Yesus naik ke surga dan nantinya turun kembali, para rasul masih terus berhadapan dengan penguasa-penguasa di udara. Penguasa-penguasa di udara adalah iblis dan roh-roh kegelapan yang terus berusaha menarik kita berbelok dari rencana Tuhan dengan cara membuat manusia menggangap segala sesuatu di pikiran kita seperti suara Tuhan. Hanya orang yang bergaul dekat dengan Tuhan yang bisa membedakan dan mengenalinya.
Pada tahun ini, kita akan mengalami perkenanan Tuhan yang luar biasa dalam hidup kita. Tuhan akan memberikan visinya untuk setiap kita, kita akan mengenal rencana dan kerinduan Tuhan dengan jelas.
Visi adalah penerang. Jalan kita dulu yang gelap, akan diberikan penerang oleh Tuhan. Kita bisa menolak visi dari Tuhan karena kita tidak suka, kita tidak nyaman. Karena itu, dibutuhkan kerendahan hati untuk melihat visi dari Tuhan.
Kita bukan hanya fans dari Tuhan Yesus, tetapi kita adalah anak-anakNya.
Follower adalah kemanapun Tuhan pergi, kita pergi. Fans adalah Ketika Yesus membuat keramaian, kita berbondong-bondong melihat. Tetapi kita adalah murid Kristus. Suka tidak suka, hati kita akan dibentuk oleh Tuhan dan diperbarui pola pikir kita yang lama. Seorang fans, meskipun ia mengikuti Yesus kemana-mana, ia tidak mengalami pembaruan pola pikir dan hidupnya tetap sama, tidak ada pengaruh dari Tuhan Yesus yang berimbas dalam dirinya, karena hidupnya suka-suka dia saja, bukan suka-suka Tuhan. Murid yang sejati benar-benar mendedikasikan hidupnya untuk sang Guru, yaitu Yesus.
Keadaan bisa berubah kapan saja, apalagi saat-saat pandemi seperti ini. Tetapi ketika kita percaya kepada Tuhan, perkenanan yang hebat dan luar biasa akan terjadi dalam hidup kita.
Dalam badai yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita, Tuhan bisa memberikan penglihatan yang lebih jelas. Pandangan kita yang buram karena badai akan diperjelas oleh Tuhan. Tuhan perbaiki penglihatan kita yang buram karena badai, kita akan dapat melihat lebih jelas dalam badai itu. Jangan lagi kita mengandalkan pemikiran-pemikiran kita, karena pikiran Tuhan tidak terselami.
Mungkin kita merasa mengambil waktu untuk berbicara dengan Tuhan itu sia-sia. Kita merasa bisa menggunakan waktu itu untuk bekerja dan memperlebar kerajaan Tuhan. Tapi, orang yang bekerja keras dengan otot dan otak akan kalah dengan orang yang bekerja dengan mengandalkan Tuhan dan hikmat dari Tuhan. Ketika kita mengutamakan Tuhan dalam segala sesuatu, Tuhan akan memberikan hikmatNya. Hikmat itulah yang akan membuat pekerjaan kita berjalan baik, bahkan sangat baik, lebih daripada kita bekerja keras mengandalkan otot dan otak kita. Perkenanan Tuhan ada bagi orang-orang yang mengutamakan dan mengandalkan Dia.
Hari-hari ini benar-benar sudah hari-hari terakhir akan kedatangan Tuhan. Bumi akan ditimpa kemalangan dan sakit penyakit. Kitab Wahyu mulai digenapi sedikit demi sedikit. Kita butuh perkenanan Tuhan. Perkenanan Tuhan akan memberikan kita hikmat. Hikmat akan membantu kita melewati badai. Cara mendapatkan perkenanan Tuhan adalah mengutamakan Tuhan dalam segala sesuatu.
Meminta bukanlah hal yang salah. Sebagai anak, meminta kepada adalah wajar. Justru sebuah hal yang aneh jika anak tidak pernah meminta kepada orangtuanya. Dikabulkan atau tidak, semua kembali kepada Tuhan karena Tuhan tahu yang terbaik bagi setiap kita.
Yeremia 7 berbicara teguran Tuhan atas bangsa Israel dan menginginkan mereka kembali ke titik nol.
Terkadang Tuhan mengijinkan kita untuk gagal. Kita mencoba dengan berbagai cara, namun tetap gagal. Kita kebingungan dan panik, apa yang harus kita lakukan. Kita seakan kembali ke titik nol, ke titik mula-mula sebelum kita memiliki segalanya.
Setiap orang punya titik nol dalam kehidupannya, termasuk dalam hal rohani sekalipun. Kita merasa sudah intim dan dekat dengan Tuhan. Kita punya status sebagai gembala, pelayan Tuhan, pemimpin rohani. Kita melayani dengan luar biasa, tetapi tiba-tiba kita merasa begitu hambar. Meskipun orang-orang yang kita layani merasa diberkati, tapi kita sendiri merasa hambar.
Terkadang, kita harus kembali ke titik nol, meninggalkan segala yang kita miliki. Semua terasa sulit ketika kita telah merasa nyaman dengan keadaan yang bagi kita ideal. Tetapi, kita harus ingat bahwa titik nol itu bukanlah untuk menghancurkan kita. Justru dalam titik nol itulah, kita dikembalikan dalam ketergantungan akan Tuhan. Tuhan mau bawa kita ke titik nol agar kita bisa terbang lebih tinggi bersamaNya.
Titik nol berarti kita memperbaiki cara pandang kita pada kerinduan Tuhan.
Banyak orang di rumah Tuhan memuji-muji nama Tuhan dengan luar biasa, seakan dirinya sangat intim dengan Tuhan, tapi dalam kehidupannya, ia begitu jauh dari Tuhan. Gereja memang bukanlah tempat orang-orang suci, melainkan orang-orang berdosa yang bersedia dibentuk dan dimurnikan oleh Tuhan.
Tuhan menentang ibadah tanpa kesungguhan kepadaNya. Memakai topeng agar terlihat intim dengan Tuhan padahal sebenarnya sangat jauh Tuhan. Banyak orang yang berada dalam gereja, mendengar Firman, namun tidak mau Firman itu masuk lebih dalam dan mengubah kehidupannya. Mengetahui panggilan Tuhan, tapi tidak mau masuk dalam panggilan itu.
Berhenti gosip, fitnah dan kepo yang tidak memberi faedah dalam kehidupan kita. Itu hanya akan menghalangi berkat Tuhan dalam hidup kita. Iblis akan memberikan panah-panah dusta kepada kita. “Kamu sudah kalah…” “Tuhan itu kudus, kamu tidak kudus, kamu sudah menajiskan bait suci Tuhan.” Firman Tuhanlah yang patut kita dengarkan. Apa kata Alkitab, itu yang kita ikuti karena itulah Firman Tuhan.
Buanglah semua kepahitan dalam hidup kita. Kepahitan tidak selalu muncul karena orang melukai kita, tapi bisa karena pikiran kita yang tidak benar, lalu kita menjadi pahit. Ada juga yang ikutan pahit karena cerita dari orang lain, padahal perkataan orang belum tentu benar. Tuhan tidak bertahta dalam kepahitan anak-anakNya. Mari kita belajar mengampuni dan bertobat. Kepahitan hanya akan menghalangi berkat Tuhan dalam hidup kita.
Tuhan tidak pernah menolak anak-anakNya, tapi kita perlu kembalikan sikap hati kita. Mari kita kembali ke titik nol, di mana kita bersungguh-sungguh bergantung kepada Tuhan. Kita ubah pola pikir dan cara pandang kita.
- Published in The Shepherd's Voice