Penghakiman Dalam Gereja
PENGHAKIMAN DALAM GEREJA
Apa arti sesungguhnya dari menghakimi? Menghakimi pada umumnya memiliki arti sebagai hakim yang memutuskan bersalah atau tidaknya seseorang. Kita lihat kebenaran firman Tuhan dalam 1 Korintus 5:1-13 “…Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat?……” Dosa dalam jemaat Korintus yaitu dosa percabulan dimana mereka hidup dengan ibu sendiri, dosa yang sudah sangat kelewat batas dan Paulus berkata kepada jemaat Korintus bahwa perlu adanya penghakiman. Seringkali kita tidak suka dengan kata-kata menghakimi atau penghakiman. Mungkin seringkali kalau ada seseorang yang menegur kita, kita langsung merasa bahwa orang itu menghakimi kita. Dalam Firman Tuhan jelas dikatakan bahwa perlu ada penghakiman dalam gereja Tuhan. Apa artinya menghakimi dalam jemaat Tuhan? Setiap perbuatan dosa harus dihakimi, Paulus berkata bahwa seseorang yang berbuat dosa yang tidak bisa ditoleransi maka ia harus diusir dari tengah-tengah jemaat. Paulus juga berkata mengenai ragi, ragi disini berbicara bahwa ragi sifatnya mempengaruhi sekelilingnya. Dosa yang dimaksud Paulus adalah dosa yang mempengaruhi orang lain. Paulus dengan tegas berkata bahwa hakimilah yang benar, katakanlah jika benar dan katakanlah yang salah. Penghakiman dimulai dari gereja Tuhan sendiri, karena ini sangat penting supaya gereja menjadi murni. Lalu apakah semua perlu diusir? Yang dimaksud dalam 1 Korintus ini adalah orang-orang yang bebal yang sudah tau kebenaran, yang menyebut dirinya saudara dalam jemaat tapi masih melakukan dosa dan tidak mau ditegur dan dinasihati. Tapi untuk mereka yang diluar jemaat kita tidak boleh menghakimi mereka karena Tuhan sendiri akan menghakimi mereka. Penghakiman ada 2 sisi yaitu penghakiman yang datangnya dari gereja. Salah satunya adalah dari pemimpin. Tapi sisi lain yang sangat penting adalah jangan sampai gereja melakukan penghakiman yang salah. Penghakiman yang salah maka akan berakibat kehancuran dan perpecahan tapi penghakiman yang benar akan membawa pertobatan, pemurnian dan pemulihan. Penghakiman yang salah salah satunya adalah penghakiman dengan pikiran, misal kita berpikir tentang seseorang “wah orang ini melakukan itu supaya dilihat orang”, walau hanya dalam pikiran ini adalah salah satu bentuk penghakiman dalam pikiran. Mungkin juga menghakimi dalam hati terhadap seseorang “wah hamba Tuhan itu sudah tidak berapi-api lagi”.
Kita lihat Roma 14:1-12 “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri…..” Jangan mempercakapkan orang yang lemah imannya, artinya bahwa tiap manusia itu punya prinsip-prinsip dan standart-standart tertentu dalam hidup, mungkin dalam hal belajar, menjalin hubungan, ada orang yang standartnya suka dikenalin kepada orang lain, tapi ada orang lain yang tidak suka seperti itu. Tiap orang punya standart yang berbeda, kita haruslah tidak mempermasalahkan standart orang lain, asalkan standart tersebut bukanlah dosa dan melanggar kebenaran firman Tuhan. Misalnya saya menghakimi pelayan musik yang nadanya agak tinggi dan saya menghakimi pelayan musik itu tidak latihan, dalam hal ini kita harus membedakan apakah menghakiminya dengan maksud untuk memperbaiki dan membangun, atau malah akan menghancurkan dalam hal ini kita harus berhati-hati. Standart kerohanian juga sama untuk mereka yang bayi atau anak-anak rohani, seorang yang dewasa rohani tidak boleh menuntut anak-anak rohani harus seperti standart dia sendiri. Karena mereka masih anak-anak dan perlu waktu untuk menjadi dewasa. Begitu juga sebaliknya untuk mereka yang baru bertobat (bayi rohani) tidak boleh menghakimi mereka yang dewasa rohani, misal menuntut ibu atau bapa rohani mereka untuk melakukan seperti standart mereka sendiri.
Ada suatu ilustrasi seorang tuan dan seorang hamba, suatu ketika tuannya mengalami sakit, hambanya melayani dia sampai tuannya sembuh. Setelah sembuh, tuannya memberikan hadiah kepada hambanya tiket ke luar negeri. Dan beberapa tetangga dan teman-temannya berpikir bahwa hamba tersebut mungkin mencuri uang tuannya, atau mungkin berpikir bahwa hambanya korupsi, atau mungkin berkata hamba tersebut pemalas karena baru saja tuannya sembuh tapi dia hanya pergi berlibur. Saudara dari ilustrasi ini kita tidak boleh menghakimi pada apa yang nampak, tapi hakimilah dengan adil. Ada sebuah kisah, ada seorang Yahudi yang sudah tua dan kaya raya, setiap kali ada orang miskin datang ke rumahnya untuk meminta bantuan seorang Yahudi yang tua ini selalu menolak, ia selalu berkata pergilah ke Sinagog disana kamu akan dapat bantuan disini tidak ada bantuan. Setiap kali orang miskin datang Ia selalu berkata demikian. Seorang Yahudi ini dikenal diantara rakyat sebagai orang yang kikir dan jahat. Kemudian setelah kematiannya, ternyata ketahuan bahwa yang selama ini menyumbang di Sinagog adalah Seorang Yahudi ini.
Dalam Matius 7:1-3 dikatakan “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi………….” Saudara, standart apa yang kita pakai untuk menghakimi saudara kita, akan dipakai juga untuk standart menilai hidup kita. Kita belajar melakukan apa yang kita katakan, jangan sampai kita berbicara tapi kita sendiri tidak melakukannya. Mungkin kita melihat selumbar dimata saudara, tapi balok di mata kita tidak terlihat. Dalam Yakobus 4:11: “Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya…..” Saudara, dalam hal penghakiman kita harus belajar untuk saling mengasihi walaupun kita sebagai manusia cenderung untuk menghakimi dan memfitnah oranglain. Untuk itulah kasih yang benar harus merupakan tali pengikat dalam gereja. Diperlukan penerimaan satu dengan yang lainnya saudara sesama kita walau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Mari kita hakimi dengan cara yang benar dan bukan dengan cara yang salah, maka pertumbuhan dalam gereja pasti terjadi. AMIN.