Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Tongkat yang Berbunga

Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam.
Bilangan 17 : 1
Tongkat berbicara tentang otoritas, perkenanan Tuhan, dan apa yang sudah Tuhan berikan dalam hidup kita. Ada sebuah peristiwa di dalam perjanjian lama tentang tongkat Harun yang berbunga (Bilangan 17:1-13). Ada 12 tongkat yang dibagikan kepada suku-suku Israel, tetapi hanya 1 tongkat yang diperintahkan Tuhan untuk disimpan kembali sebagai tanda perjanjian Tuhan bagi umat-Nya.
Kala ini banyak anak Tuhan yang merasa dirinya sudah dewasa. Dia merasa bahwa dirinya sudah bisa memimpin. Adalah sebuah hal yang salah apabila pertumbuhan dipandang hanya berdasarkan dari berapa tahun seseorang melayani. Pertumbuhan kita dalam Tuhan bukanlah karena usia, tetapi pertumbuhan kita karena perkenanan dari Tuhan. Seringkali kita mempercayai orang-orang yang baru saja mengalami kelahiran baru yang masuk dalam persekutuan dan gereja Tuhan, lalu kita melihat dia begitu punya banyak skill dan berparas menarik, sehingga dengan mudahnya kita memposisikan dirinya sebagai orang yang dewasa rohani. Ini sangat berbahaya. Karena tongkat yang tidak bertunas tidak bisa dipakai Tuhan dan tidak berguna bagi siapapun.
Bagaimana supaya tongkat kita berbunga di hadapan Tuhan? Tongkat Lewi dan seluruh tongkat Israel dibawa ke rumah Tuhan, artinya berperkara di hadapan Tuhan. Kita perlu bawa tongkat kita kepada Tuhan dan berperkara kepada-Nya. Seperti Hizkia yang mengadukan perkaranya kepada Tuhan ketika Yerusalem hendak diserang oleh Sanherib.
Berkatalah mereka kepadanya: “Beginilah kata Hizkia: Hari ini adalah hari kesesakan, hari hukuman dan penistaan; sebab sudah datang waktunya untuk melahirkan anak, tetapi tidak ada kekuatan untuk melahirkannya.”
2 Raja-Raja 19:3
Perkataan Hizkia ini berbicara tentang banyak anak Tuhan yang sudah waktunya untuk melahirkan anak, tetapi tidak bisa melahirkan karena sudah tidak ada kekuatan. Ini adalah sebuah pernyataan yang sangat frustasi. Hizkia mengalami keletihan yang teramat sangat dalam menghadapi persoalan-persoalan yang harus dihadapinya. Tetapi yang dilakukan Hizkia adalah berperkara dengan Tuhan: Hizkia menerima surat itu dari tangan para utusan, lalu membacanya; dan membentangkan surat itu dihadapan Tuhan.
Tuhan adalah setia. Dia setia dengan perjanjian-Nya kepada kita. Dia sekalipun tidak pernah meninggalkan pekerjaan tangan-Nya. Bangsa Israel adalah bangsa yang dipilih Tuhan, meskipun mereka bangsa yang tidak percaya pada Yesus Kristus hingga saat ini. Karena Tuhan punya perjanjian dengan bangsa itu. Mereka selalu ketika mengalami masalah, mereka selalu datang kepada Tuhan Yahweh. Ketika kekeringan melanda mereka, menteri agama beserta dengan rakyatnya bersama-sama berdoa meminta hujan. Mereka suka berperkara di hadapan Tuhan.
Berperkara pada Tuhan mengingatkan Tuhan lagi tentang perjanjian-Nya. Hati seperti ini yang Tuhan mau. Begitu banyak orang memiliki banyak kesempatan, namun membiarkan orang lain mengambil kesempatan itu. Hatinya biasa-biasa saja dan membiarkannya meskipun itu diperuntukkan untuk mereka. Apa perjanjianmu dengan Tuhan? Bawalah dan perkarakan itu dihadapan Tuhan.
Pernahkah kamu punya keberanian untuk menagih kepada Tuhan untuk mengingatkan Tuhan dengan perjanjian-Nya kepadamu? Hizkia terpuruk dengan ancaman dari musuh dan dia tidak memiliki kekuatan lagi untuk melawan. Hizkia datang kepada Tuhan, dan dia mengingatkan Tuhan dengan perjanjiannya dengan Tuhan. Bagaiamana ketika kita lemah? Ketika kita lemah, kita perlu datang dan berperkara kepada Tuhan.
Hizkia menerima surat itu dari tangan para utusan, lalu membacanya; dan membentangkan surat itu dihadapan Tuhan. Hizkia berdoa di hadapan Tuhan dengan berkata: “Ya Tuhan, Allah Israel, bertakhta di atas kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang menjadikan langit dan bumi; Sendengkanlah telingaMu, ya Tuhan, dan dengarlah; bukalah mata-Mu, ya Tuhan, dan lihatlah; dengarlah perkataan Sanherib yang telah dikirimnya untuk mengaibkan Allah yang hidup.
2 Raja-Raja 14-16
Hizkia datang kepada Tuhan, dan seolah berkata, “Mari kita berperkara. Tuhan, lihatlah ada orang yang mendustai dan mengancam kami dengan mengaitkan perjanjian-Mu atas kami. Oleh karena itu, hari ini juga, kami berperkara dihadapan-Mu. Ingatkah Engkau akan kasih-Mu di waktu aku masih muda. Ingatkah Engkau, Tuhan?” Allah Israel adalah Tuhan yang setia. Tuhan tidak pernah mencabut perjanjian yang diberikan-Nya. Ketika Hizkia berperkara kepada Tuhan, Tuhan meluputkan Yerusalem dari tangan Sanherib. Itulah anugerah dan kesetiaan Tuhan. Mungkin pada waktu itu, Yerusalem dalam keadaan yang tidak baik. Tetapi kita perlu perkatakan Firman Tuhan, sebab Firman Tuhan tidak pernah berdusta.
Ketika kita berperkara di hadapan Tuhan, tongkat yang ada di tangan kita akan mulai bertunas. Mengapa tongkat Lewi yang bertunas? Sebab Lewi senantiasa berperkara dengan Tuhan. Mereka selalu mendapat penjagaan dari Tuhan. Kita semua punya tongkat. Mari bawa tongkat itu dihadapan Tuhan dan berperkaralah. Setelah kita berperkara, lihatlah ada penyertaan Tuhan yang ajaib dalam hidup kita.
Masa lalu kita tidak mempengaruhi tongkat kita bertunas atau tidak. Jadikan masa lalu kita pelajaran berharga. Kita punya otoritas dan tidak bergantung dari masa lalu kita. Tetapi tongkat yang kita miliki janganlah hanya kita jadikan souvenir atau kita jual. Bawalah tongkatmu dan perkarakan itu di hadapan Tuhan. Berperkara itu artinya mengingatkan Tuhan; Tuhan tidak akan marah. Kita harus tahu prinsip mengetuk pintu. Tidak ada dalam alkitab dikatakan bahwa kita hanya boleh mengetuk pintu sekali saja. Dikatakan bahwa, ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagi kita.
Tongkat berbicara otoritas. Mari kita bawa dan doakan itu supaya otoritas yang kita miliki bertunas, berbunga, dan berbuah badam bagi Tuhan. Buah badam adalah sejenis kacang almond. Kulitnya keras, tetapi rasanya enak. Jangan lihat buah dari luarnya saja. Saat ini begitu banyak buah-buah palsu yang menarik perhatian. Tetapi isi lebih baik daripada kulit yang tidak dapat kita nikmati. Kita perlu berfokus pada “isi” daripada “kulit” semata.
Mari perkarakan tongkatmu dan biarlah itu bertunas, berkuncup dan berbunga bagi Tuhan. Apapun yang kita hadapi, perkarakan itu kepada Tuhan. Setelah itu, serahkan semua kepada Tuhan.
Apa yang sedang kau gumulkan? Perkarakan itu dihadapan Tuhan. Gunakan otoritas dari Tuhan untuk memenangkannya. Milikilah tongkat yang berbunga bagi Tuhan!