Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Syarat Pemulihan

Ketika saat teduh malam sebelumnya, pikiran saya melayang-layang pada penelitian orang Jepang yang dapat mengubah kotoran manusia menjadi makanan yang bisa dikonsumsi kembali. Saya menjadi terpikir “bisakah tempe berubah kembali menjadi kedelai?“. Otak saya berpikir untuk mencari jawaban. Karena saya adalah seorang sarjana kimia, saya merumuskan cara-cara mengubah tempe kembali menjadi kedelai. Setelah pikiran saya terpuaskan, pikiran saya berlanjut untuk mengubah tahu kembali menjadi kedelai.
Sejujurnya saya sedikit pusing. Jika itu tempe, sisa-sisa kedelai masih ada, tetapi kalau tahu yang lebih lembut, bisakah itu diubah kembali. Tidak cukup sampai di situ, pikiran kembali berlanjut untuk mengubah bubur kembali menjadi nasi. Pikiran itu cukup mengganggu saya sehingga saya tidak bisa melanjutkan saat teduh saya.
Kemudian pikiran saya melayang lagi, ketika gereja Tuhan sudah kehilangan api, mengalami penyimpangan-penyimpangan, tidak lagi mengutamakan Tuhan sebagai Tuhan dan Raja, apa yang harus dilakukan untuk memulihkannya kembali?
Saya mencari jawabannya lewat alkitab, tetapi tidak menemukan jawabannya. Akhirnya saya mencari jawabannya di internet untuk menemukan jawabannya. Tetapi tetap tidak menemukan jawabannya dan kemudian saya justru membuka acara America’s Got Talent. Di sana saya melihat seorang anak kecil bernyanyi dengan indah dan sangat merdu sekali. Orang tuanya terliaht begitu bangga terhadapnya.
Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu, katanya: “Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku. Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?
(Yunus 2:1-4)
Selanjutnya hati saya terasa hambar. Membaca alkitab menjadi tidak bergairah. Saya merasa seperti terbuang dan tidak mampu menyenangkan Tuhan, seperti Yunus yang gagal dalam panggilannya. Saya merasa Tuhan begitu sukar untuk disenangkan, seolah apa yang telah saya lakukan tidak pernah cukup. Kemudian saya merasa sedikit sedih, seolah berteriak “mengapa Engkau begitu sulit untuk disenangkan?“
Kemudian RohNya dengan lembut menjawab saya
“Engkau telah mengenalku begitu lama, tetapi sudahkah engkau benar-benar mengenal kasihKu?“
Pikiran saya lalu melayang kepada acara sekolah pelepasan siswa CMC School. Di sana anak-anak kecil itu menari dengan gerakan yang sangat sangat jauh di bawah peserta America’s Got Talent. Dengan gerakan yang sangat biasa saja, mereka bisa salah. Tetapi, meskipun demikian, orang tua mereka bangga melihat anak-anak mereka. Mereka merekam penampilan anak mereka dengan begitu sukacita.
Kita berpikir bahwa Tuhan akan bangga dan mengasihi kita kalau kita berprestasi. Tapi sesungguhnya, apapun yang kita lakukan, itu tidak mengubah fakta bahwa kita adalah anak-anak kesayangan Tuhan. Ia tetap bangga atas hidup kita. Tetapi Ia rindu kita pulih dan mengalami mujizatNya. MujizatNya akan terasa hambar kalau kita sudah kehilangan kasih Bapa.
Kemudian terlintas dalam pikiran saya “apakah kamu tidak percaya pada mujizat?”
Seringkali kita percaya pada mujizat, tetapi tidak mempercayai mujizat Tuhan. Kita bersukacita ketika ada momen-momen mujizat, tetapi apakah kita telah mengalami mujizat Tuhan secara pribadi? Saya tidak menyangka bahwa semua pikiran-pikiran nakal saya saat bersaat teduh adalah pengajaran Roh Kudus untuk saya.
Ketika kondisi hidupmu, keuanganmu atau hal-hal lainnya tampak buruk, pernahkah kita berharap mengalami mujizat? Hanya mujizat yang dapat mengubah bubur menjadi nasi kembali dengan rasa yang sama, bahkan mungkin lebih enak. Mujizat juga pasti dapat mengubah tempe menjadi kedelai kembali.
Kita seringkali melupakan mujizat. Kita percaya akan mujizat, tetapi tidak mengalami. Kita berpikr bahwa mujizat itu bukan untuk kita. Mujizat itu untuk orang lain. Petrus mengalami mujizat Tuhan, mengalami sentuhan Tuhan. Ia berubah. Paulus pun demikian. Ia yang seorang pembunuh anak-anak Tuhan, mengalami mujizat Tuhan dan diubahkan kembali.
Seberapa buruk hidup yang kita alami sekarang? Apakah hidup kita hanya dipenuhi nafsu-nafsu kehidupan, memenuhi kebutuhan kita, memikirkan jalan-jalan pribadi, tetapi tetap tidak bisa berhasil. Kita putus asa karenanya, seolah Tuhan telah meninggalkan kita. Padahal hanya satu yang kita butuhkan untuk memulihkan hidup kita, yaitu mujizat.
Kita tidak tahu kapan kita pergi dari dunia. Waktu Tuhan seperti pencuri dan iblis membuat kita tidak sadar bahwa hari Tuhan sudah sangat semakin dekat. Ciri hari Tuhan semakin dekat adalah hilangnya kasih dari manusia.