Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Jangan Dikontrol Situasi!

Apakah saat ini anda sedang berbahagia? Atau sedang sedih?
Dalam kehidupan kita, kita mengalami perasaan-perasaan yang bahagia, senang, sedih atau tidak menyenangkan. Biasanya setiap hari Senin, postingan-postingan media sosial selalu menyedihkan, tidak mau menghadapi hari Senin. Kita memiliki perasaan dan pikiran terhadap situasi yang ada di sekeliling kita. Misalnya saat ibu kita kelihatan muram, kita selalu merasa ibu kita sedang sedih, mungkin bertengkar dengan ayah kita. Tetapi, satu hal yang perlu kita ingat bahwa pikiran dan perasaan kita tidak selalu benar. Kita berpraduga dengan pemikiran dan perasaan yang ada. Padahal ibu kita belum tentu sedih, mungkin sedang sakit gigi, wajahnya muram tetapi hatinya bahagia.
Banyak anak Tuhan yang dikontrol hidupnya oleh perasaan masing-masing. Ketika berada dalam masalah, tidak lagi melihatnya dengan iman, tetapi dengan pikiran dan perasaan. Hidup kita seharusnya tidak dikuasai oleh pikiran dan perasaan kita. Sehingga kita akan bahagia kalau perasaan kita bahagia dan kita sedih saat perasaan kita sedih. Jika kita dikontrol oleh pikiran perasaan kita, kita tidak akan memperoleh kemenangan. Banyak pertemuan motivator yang akan menggerakkan dan membangkitkan kita mengikuti pemikiran sang motivator. Kalau kita diberkati dan mendapat uang, kita merasa bahagia dan sluruh hari kita menjadi berbahagia.
Pikiran itu merusak dan menular.
Ketika pikiran dan perasaan kita tidak baik, setiap pesan yang disampaikan pada kita, akan menjadi tidak baik. Demikian sebaliknya, ketika pikiran dan perasaan kita sedang baik-baik saja dan bahagia, pesan sekeras apapun, kita akan tetap bahagia. Tetapi Firman Tuhan tidak bisa demikian, hanya kita terima berdasarkan pikiran dan perasaan kita.
Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
Roma 8:5
Pikiran dan perasaan kita seharusnya dipimpin oleh roh Allah, bukan dipimpin oleh pikiran dan perasaan kita.
Dalam cerita itik yang buruk rupa di kawanan itik. Ia sedih dan menangis karena berbeda dari yang lain, ia merasa dirinya aneh, merupakan produk gagal. Tetapi satu hal yang tidak ia sadari, bahwa sebenarnya dia bukanlah anak itik! Dia adalah anak rajawali. Dia berada di lingkungan itik, ia merasa bahwa dia buruk rupa. Tetapi bagi induk rajawali, ia adalah anak yang sangat tampan.
Kita adalah anak dari Tuhan semesta alam, ahli warisNya yang turun ke dunia ini dan dunia menganggap kita aneh. Tapi Tuhan, pencipta kita tidak pernah menganggap kita aneh, karena kita memang tidak diciptakan dari dunia. Karena itu kita tidak boleh dipimpin oleh pikiran dan perasaan kita, oleh situasi yang ada. Sehingga ketika situasi lingkungan kita tidak mendukung suasana hatimu, kita mulai lemah. Kita adalah anak Raja, kita mewarisi kerajaan Bapa. Kita harus berpikir menurut apa yang Bapa pikirkan.
Ketika suatu hari adalah hari yang buruk untuk kita, katakan pada pikiran dan perasaan kita untuk tidak mengikuti pikiran dan perasaan kita.
Kita akan menjadi seperti apa yang kita pikirkan. Kalau kita memikirkan hal-hal negatif untuk diri kita, jadilah seperti yang kita pikirkan. Kata keinginan dlm bahasa asli adalah phronema yang artinya adalah berpikir dengan cara pikir Kristus. Kalau cara pikir kita seperti cara berpikir Kristus, maka kita akan menjadi seperti Kristus, serupa seperti Kristus. Rancangan Tuhan bukanlah rancangan kegagalan, tapi rancangan penuh kemenangan.
Meskipun situasi kita sedang terpuruk, itu tidak pernah mengubah rancangan Tuhan atas hidup kita.
Saat lagu2 Miracle Worship pertama kali di launching kan melalui youtube, banyak orang yang memberikan like, rasanya senang sekali. Tapi ketika ada satu orang saja yang unlike, iblis membuat kita berpikir untuk sebel dan jengkel. “Kenapa ada yg unlike?”
Tidak semua orang harus suka dengan karya-karya Tuhan yang dikerjakan lewat hidup anda dan anda tidak boleh terpengaruh oleh situasi karena iblis selalu menyeret kita pada sebuah situasi. Kalau hari-hari kita didominasi oleh pikiran dan persaan, kita tidak akan sampai pada tujuan Bapa.
Ada banyak kisah-kisah pendiri gereja, namun mereka tidak mendapat apa yang mereka doakan. Ada yang berdoa untuk kebangunan rohani, tidak mengalaminya hingga ia mati. Dua generasi selanjutnya mengalami kebangunan rohani, mendapat jawaban doa dari bapak itu. Ada yang berdoa untuk sebuah pusat kesehatan yang benar-benar memberkati orang dan ada Kristus di dalamnya. Baru pada generasi cucunya, pusat kesehatan itu ada. Hal ini mengajarkan kita untuk tidak perlu ambil pusing. Apakah kita akan menerima jawaban doa yang telah begitu kita doakan. Yang terpenting adalah kita melakukan kehendak Tuhan. Upah kita sama di sorga. Berbahagialah ketika Tuhan mengijinkan kita untuk mempersiapkan dasarnya. Kita lakukan saja yang terbaik, Tuhan yang akan menyelesaikannya bagi kita.
Ketika sedih, kita mendengar lagu-lagu yang galau, yang mendukung kesedihan kita. Kita akan sangat menikmatinya, duduk di pojok ruangan dan menikmati lagu-lagu tersebut dengan air mata. Maukah kita belajar untuk berpikir menurut cara pikir Tuhan? Sekalipun dunia terasa tidak baik, tetapi kita belajar hidup menurut kehendak Tuhan, hidup menurut Roh. Belajar memiliki roh dari Bapa. Ketika kita mengalami kegagalan, ingat, kita lebih dr pemenang. Situasi akan selalu membuat kita berpikir “aku gagal”, “aku tidak bisa berbuat apa-apa“, tapi Bapa menciptakan kita lebih dari pemenang dan itu pikiran Bapa untuk kita. Kita menenggelamkan diri kita dengan lagu-lagu yang duniawi, yang memuaskan kedagingan kita, kita tidak akan pernah menjadi pemenang padahal masa depan kita ditentukan untuk menang!
Pada cerita Yesus berjalan di atas air, badai dan angin sakal, membuat murid-murid Yesus berpikir yang tidak-tidak. Mereka menanggap bahwa badai dan angin sakal berasal dari setan. Padahal sebenarnya badai itu ada diijinkan oleh Tuhan agar murid2Nya melihat kemuliaan yang jauh lebih besar dari apa yang mereka lihat sebelumnya.
Kadang kita meminta Yesus untuk datang dan memeluk kita, dan mengatakan “Jangan takut, anakKu, semua akan baik2 saja”. Itu yang dilakukan kalau anak-anak. Tapi untuk orang dewasa, Tuhan membuat cara yang berbeda.
Petrus disuruh berjalan keluar dari perahu dan ada inisiatif dari Petrus untuk keluar dari perahunya, dari pikirannya. Ada tindakan dari Petrus yang berusaha keluar dari pikiran kedagingannya dan berusaha mendapatkan Yesus. Dan ketika Petrus keluar dari perahunya, ada mujizat terjadi! Ia berjalan di atas air, di tengah badai yang ada di sekelilingnya. Tidak terpengaruh dengan situasi yang berusaha menenggelamkannya. Tetapi ketika Petrus kembali melihat situasi dan keadaan, ia menjadi takut dan akhirnya kembali tenggelam.
Orang dunia berpikir Yesus berdusta, Dia melanggar janjiNya. Tuhan tidak menyertai kita, Tuhan tidak membuat kita bebas dari masalah, Dia membuat kita kalah. Hey! Kita sudah menyalibkan Yesus kedua kali!!! Jangan ikuti cara pikir dunia, jangan hanya melihat situasi sekitar kita. Kita anak rajawali, bukan itik buruk rupa itu!
Kita harus dipimpin oleh Roh Allah, bukan oleh pikiran dan perasaan. Stop untuk mengikuti keinginan daging. Yesus kadang meminta sebuah tindakan iman dari hidup kita untuk keluar dari perahu-perahu kita, tindakan iman kita akan berpengaruh bagi generasi selanjutnya.
Anugerah Tuhan selalu cukup bagi kita. Tidak pernah tidak cukup dan juga tidak berlebihan. Obat kalau diminum sesuai dosis akan bermanfaat, tapi kalau diminum lebih dari dosis seharusnya, orang bisa teler seharian. Berkat Tuhan cukup, tetapi berkat yang berlebihan akan membuat kita melayang kemana-mana.
Rata-rata orang yang tinggal kos, tidak mengganti lantai atau temboknya, tetapi orang yang memiliki rumah akan mengganti lantai atau tembok dan lain sebagainya. Padahal kedua-duanya sama, hanya sementara di dunia ini. Tetapi kita belajar untuk menikmati seperti anak raja. Jangan karena konsep sementara, kita tidak menikmati berkat Tuhan. Kita belajar berlaku bahwa kita hanya sementara hidup di bumi. Tetapi, selama di bumi, kita berlaku seperti anak raja, nikmati dengan takaran kita.