Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : CUKUP!

Tetapi dengan berani Paulus dan Barnabas berkata: “Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain.
Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi.”
Kisah Para Rasul 13:46-47
Orang Yahudi sering mendengar Firman, tetapi mereka masih menganggap dirinya tidak layak menerima hidup yang kekal. Banyak orang membaca Firman, tapi banyak orang yang merasa tidak layak, karena itu manusia berusaha menyenangkan Tuhan dengan kekuatannya sendiri.
Tidak ada orang di dunia yang suka dibohongi, tapi mereka tidak sadar bahwa mereka sering membohongi diri sendiri.
Raja Uzia adalah seorang raja yang luar biasa. Ia menjadi raja pada usia 15 tahun dan menguasai segala ilmu. Banyak hal yang diinginkan oleh raja-raja di bumi, yang telah berhasil ia capai. Ia memerintah selama 52 tahun. Ia memiliki segalanya; kekayaan, kemahsyuran, kekuasaan. Tentu saja semua orang mengagumi, bahkan iri dengan Raja Uzia.
Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal yang merusak. Ia berubah setia kepada TUHAN, Allahnya, dan memasuki bait TUHAN untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan.
Tetapi imam Azarya mengikutinya dari belakang bersama-sama delapan puluh imam TUHAN, orang-orang yang tegas; mereka berdiri di depan raja Uzia dan berkata kepadanya: “Hai, Uzia, engkau tidak berhak membakar ukupan kepada TUHAN, hanyalah imam-imam keturunan Harun yang telah dikuduskan yang berhak membakar ukupan! Keluarlah dari tempat kudus ini, karena engkau telah berubah setia! Engkau tidak akan memperoleh kehormatan dari TUHAN Allah karena hal ini.” Tetapi Uzia, dengan bokor ukupan di tangannya untuk dibakar menjadi marah. S
2 Tawarikh 26:16-19
Setiap orang tentu ingin menjadi kaya. Bohong untuk mereka yang bilang tidak ingin kekayaan. Tapi satu hal yang harus kita ingat bahwa kekayaan, kemahyuran, kekuasaan tidak membawa kita untuk lebih dekat kepada Tuhan. Tuhan tahu segala ukuran terbaik untuk kita, karena itu kita belajar untuk berkata “cukupkan aku dalam segala hal dan ajar aku bersyukur untuk apa yang aku punya“. Kalau kita bekerja untuk mengejar kekayaan, kita hanya akan menghabiskan waktu karena kita tidak akan pernah merasa cukup kaya, selalu ada yang kurang dan itupun tidak membawa kita untuk dekat kepada Tuhan. Kita belajar dari raja Uzia. Ia memiliki umur panjang, kekayaan, kekuasaan dan lain-lain, namun tidak membuatnya mendapat kehormatan di hadapan Tuhan.
Kita sudah dibebaskan oleh Tuhan dan sudah mendapat jaminan kekal. Orang-orang yang hidup sungguh-sungguh di hadapan Tuhan tidak akan kehilangan keselamatan. Kita adalah orang bebas, tetapi tidak berarti kita bebas tanpa batasan.
Ada sebuah strategi marketing yang sudang sangat sering digunakan, yaitu panic buying. Secara ringkas, strategi ini adalah memaksa orang untuk membeli dalam kepanikan. Misalnya dengan diskon berbatas waktu, diskon 70% hanya sampai 3 jam. Orang-orang kemudian akan dengan segera membeli dengan alasan “mumpung diskon“, kemudian perilaku konsumtif akan meningkat pesat. Sama dengan khotbah. Sadarkah kita bahwa khotbah-khotbah pun sering juga menggunakan strategi seperti ini. Diberikan ketakutan akan neraka lalu mengatakan “kalau tidak terima Yesus hari ini, maka tidak neraka menanti“. Akibatnya, banyak orang yang bertobat karena ketakutan, tetapi tidak sungguh-sungguh bertobat, hanya kulit luar saja dan kemudian kembali lagi. Yesus bukanlah barang jualan. Betapa sering kita tidak bertanya kepada Tuhan terlebih dahulu dan lebih mengikuti kata dunia.
Jangan pernah mencari dunia dengan segala isinya, bumi akan menuju pada kebinasaan. Betapa indahnya jika kita menikmati dunia di dalam kasih karunia Tuhan. Kasih karunia Tuhan itu tanpa syarat dan tanpa batasan waktu, namun untuk tinggal dalam kasih karunia ada aturannya.
Apa yang membuat roh kita tidak menyala-nyala untuk Tuhan? Karena kita membakar mezbah kita dengan api yang asing, dengan motivasi yang salah. Karena api yang asing, maka nyala apinya pun berbeda. Kita membakar mezbah hati kita dengan sesuatu yang kita pikir menyenangkan Tuhan, tapi tidak ada yang menyenangkan hati Tuhan selain hati kita yang rindu melayani Dia.