Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane – Bebas dari Kuk Perhambaan

Pada suatu kali bangsa itu bersungut-sungut di hadapan TUHAN tentang nasib buruk mereka, dan ketika TUHAN mendengarnya bangkitlah murka-Nya, kemudian menyalalah api TUHAN di antara mereka dan merajalela di tepi tempat perkemahan. Lalu berteriaklah bangsa itu kepada Musa, dan Musa berdoa kepada TUHAN; maka padamlah api itu. Sebab itu orang menamai tempat itu Tabera, karena telah menyala api TUHAN di antara mereka.
Orang-orang bajingan yang ada di antara mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israel pun menangislah pula serta berkata: “Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.”
Adapun manna itu seperti ketumbar dan kelihatannya seperti damar bedolah. Bangsa itu berlari kian ke mari untuk memungutnya, lalu menggilingnya dengan batu kilangan atau menumbuknya dalam lumpang. Mereka memasaknya dalam periuk dan membuatnya menjadi roti bundar; rasanya seperti rasa panganan yang digoreng.
Bilangan 11:1-8
Bangsa Israel mengalami suatu peristiwa traumatik, yaitu menjadi budak di tanah Mesir. Melihat hal itu, Allah memerintahkan Musa untuk memimpin mereka keluar dari perbudakan di tanah Mesir dan berjalan menuju tanah perjanjian. Namun, apa yang terjadi selanjutnya? Bangsa Israel bersungut-sungut atas pemeliharaan Allah. Mereka bosan dengan roti manna yang diberikan Tuhan setiap hari. Bangsa itu menginginkan daging karena menuruti hawa nafsu rakus. Aksi bersungut-sungut itu dilanjutkan dengan pernyataan mereka tentang betapa enaknya hidup di Mesir. Hidup sebagai budak, tetapi mendapat makanan yang berlimpah. Sejenak mereka melupakan kesengsaraan dan penderitaan sebagai budak hanya karena ingin makan daging. Bangsa Israel masih mau memakai “kuk perhambaan”.
Sampai saat ini, masih banyak orang Kristen yang memakai kuk perhambaan. Kuk ini bisa berupa uang (mamon). Kuk perhambaan ini yang menyebabkan pertobatan menjadi tidak maksimal, tidak mengucap syukur, dan senang menuruti ‘daging’. Karena hal ini pulalah Bangsa Israel sampai disebut orang bajingan.
Orang bajingan adalah orang yang tidak konsisten dalam hidupnya. Mengapa orang yang sudah dibebaskan Tuhan bisa menjadi orang yang “bajingan”? Karena mereka belum dibebaskan sepenuhnya! Mereka masih ingin memakai kuk perhambaan sehingga tidak sungguh-sungguh mau bertobat. Mereka juga tidak pernah mengucap syukur, sehingga tidak bisa merasakan karya salib di dalam hidupnya.
Tanda-tanda hidup seseorang sudah dibebaskan dari kuk perhambaan, yaitu :
- Selalu merasa sukacita dan mengucap syukur
Sukacita selalu dibarengi dengan rasa mengucap syukur. Jangan menjadi orang Israel yang sering bersungut-sungut! Terimalah apapun yang diberikan Tuhan dengan hati yang gembira. Belum diberi mobil, mengucap syukur; hanya bisa makan di warung, mengucap syukur; belum memiliki rumah, mengucap syukur. Kita dapat sukacita dan mengucap syukur karena tidak ada lagi kuk perhambaan yang membebani hidup kita.
- Jatuh cinta lebih dalam lagi pada Yesus
Mengenal dan mencintai pribadi Yesus lebih dari segalanya membuat kita mengerti arti dari mengucap syukur. Karena Yesus saja sudah cukup. Kita tidak akan dipusingkan oleh permasalahan dunia yang berpotensi menjadi kuk perhambaan.
- Berbuah
Pertobatan dari hati menghasilkan buah-buah yang nyata. Ketika kita bebas dari kuk perhambaan, buah-buah itu akan dapat kita hasilkan untuk dikecap banyak orang. Hidup kita pun dapat menjadi berkat.
- Menyerahkan segala sesuatunya pada Tuhan
Menyerahkan apa yang menjadi keinginan dan harapan yang memuaskan ‘daging kita’. Ketika kita menyerahkan sepenuhnya, kuk perhambaan itu akan terlepas dari ‘pundak rohani’ kita. Karena apapun yang kita serahkan untuk Tuhan, nama-Nya akan dipermuliakan.
Stop memakai kuk perhambaan yang membuat kita tidak bisa mengecap perbuatan ajaib Tuhan! Bangsa Israel tidak bisa merasakan tanah perjanjian karena mereka masih ingin memakai kuk perhambaan. Kita harus selalu yakin dan percaya bahwa rencana Tuhan selalu baik dan memenangkan hidup kita.
KUK PERHAMBAAN, NO
KETAATAN, YES
KETAATAN ADALAH KEMENANGAN YANG TERBESAR DALAM HIDUP KITA