Khotbah Pdm. Christin Jedidah : Anak Tuhan Punya Integritas

Integritas adalah apa yang kita perbuat sama dengan apa yang kita katakan. Setiap anak-anak Tuhan perlu memiliki integritas, tidak hanya mendengarkan / berbicara tentang Firman Tuhan saja, tetapi juga menjadi pelaku-pelaku Firman.
Anak Tuhan yang berintegritas bukanlah orang-orang yang memakai topeng – melakukan segala sesuatu hanya supaya tampak baik atau dinilai orang lain rohani, tetapi ketika tidak ada orang lain dia menjadi pribadi yang sama sekali berbeda. Anak Tuhan yang berintegritas akan konsisten antara perkataan dan tindakannya baik ketika bersama dengan orang lain maupun saat sendiri.
Daniel, bersama dengan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego merupakan tokoh dalam Alkitab yang pandai, bijaksana, dan berintegritas. Pada masa pembuangan di Babel, mereka dipilih untuk bekerja kepada Raja (Dan 1:3-7)
Orang yang berintegritas memiliki ketetapan hati dan melakukan apa yang menjadi ketetapan hatinya (Daniel 1:8-21)
Daniel diberi fasilitas untuk menikmati santapan raja dan minum anggur, tetapi dia menetapkan hati untuk tidak menajiskan dirinya dengan hanya makan sayur dan minum air putih. Daniel bukan hanya memiliki ketetapan hati, tetapi dia juga melakukan apa yang menjadi ketetapan hatinya. Dia bukan hanya sekedar berbicara, tetapi juga konsisten melakukan apa yang dikatakannya; Dia tidak menajiskan dirinya sampai akhir.
Banyak hal di dunia dan dosa yang menggoda anak-anak Tuhan, tetapi anak Tuhan yang memiliki integritas akan tetap memilih untuk tidak berkompromi dengan dunia/dosa, dan tetap berpegang teguh dengan prinsip Firman Tuhan.
Ketetapan hati Daniel untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja tidak membuatnya menjadi kurus, tetapi justru semakin segar. Bahkan dikatakan Daniel memiliki kecerdasan 10 kali lebih baik dari yang lainnya. Hal ini menunjukkan betapa ketika kita menjadi anak Tuhan yang berintegritas, kita menjadi pribadi yang unggul; Kita memiliki hidup yang berdampak.
Orang yang berintegritas adalah orang memiliki kerendahan hati (Daniel 2:1-49)
Ketika Raja Nebukadnezar mendapat mimpi dan tidak ada yang dapat mengartikannya, Daniel diberi karunia Tuhan untuk mengartikan mimpi itu. Tetapi Daniel tidak meninggikan diri dengan karunia yang dimilikinya. Dia melakukannya bukan untuk memperoleh kedudukan ataupun hadiah, tetapi untuk menyatakan tujuan Tuhan melalui mimpi raja itu [ay 30].
Setiap kita diberi karunia oleh Tuhan. Tetapi Tuhan rindu semua karunia yang kita miliki bukan untuk kepentingan diri kita sendiri / untuk meninggikan diri, melainkan untuk menjadi alat bagi kita untuk menyatakan kerinduan Tuhan; untuk melayani dan membawa jiwa-jiwa kepada Kristus. Sama halnya dengan Daniel; Ketika dia mengungkapkan arti mimpi raja itu dan membuat raja Nebukadnezar memuliakan Tuhan [ay 47].
Orang yang berintegritas tetap memilki iman kepada Tuhan dalam keadaan apapun (Daniel 3:1-30)
Sadrakh, Mesakh, and Abednego (Hananya, Misael, dan Azarya) adalah orang yang setia kepada Tuhan dan tidak mau menyembah Allah yang lain. Mereka tidak goyah imannya saat raja Nebukadnezar memasukkan mereka ke dalam dapur perapian [ay 16-18]. Mereka tidak terluka dan keluar dari dapur perapian itu dengan selamat. Karena hal itu, raja Nebukadnezar menjadi takjub dan memuliakan Allah [ay 28-29]. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego diangkat dengan posisi yang di tinggi di Babel [ay 30].
Pencobaan-pencobaan yang kita alami membuat iman kita seringkali goyah. Tetapi Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menunjukkan integritasnya dan mempertahankan imannya kepada Tuhan. Demikian juga hendaknya kita harus tetap mempertahankan iman kita kepada Kristus dalam segala keadaan.
Orang yang berintegritas adalah orang yang memiliki ketulusan hati (Daniel 5:1-22)
Di masa pemerintahan raja Belsyazar, raja melihat tulisan di dinding kerajaan dan meminta Daniel untuk mengartikannya. Raja Belsyazar berjanji akan memberikan harta, kekuasaan, dan kedudukan kepada Daniel jika dia sanggup mengartikannya [ay 16]. Tetapi Daniel menolak semua tawaran hadiah tersebut dan dengan tulus hati memberitahukan arti tulisan di dinding itu [ay 17].
Menjadi orang yang tulus hati artinya melakukan kebaikan untuk orang lain dengan ikhlas, bukan karena ingin mendapat imbalan/balasan. Sama dengan kasih Yesus yang tak bersyarat kepada setiap kita, hendaklah kita melakukan segala sesuatu tanpa mengharapkan balasan.
Daniel dapat dipercaya, setia dan tidak bercacat cela (Daniel 6)
Pada masa pemerintahan raja Darius, Daniel diangkat dan mendapat posisi dalam pemerintahan. Orang lain tidak menemukan cacat cela dalam pekerjaan Daniel; Dia setia dan cakap dalam pekerjaannya [ay 5]. Sehingga orang yang iri terhadap Daniel berusaha menjatuhkannya melalui kesetiaannya berdoa kepada Tuhannya [ay 6, 14], dan membuat raja Darius menghukumnya dengan memasukkannya ke gua singa [ay 16]. Namun Tuhan menjaga Daniel dan tidak ada seekor singa pun yang menerkamnya [ay 22-24]. Hidup Daniel menjadi saksi. Peristiwa itu membuat raja Darius memuliakan Tuhan [ay 27-28].
Hendaklah hidup kita menjadi saksi Tuhan. Sama halnya dengan Daniel, kita belajar setia dan dapat dipercaya dalam segala pekerjaan yang kita lakukan. Belajarlah setia mulai dari hal yang kecil, maka kita akan dipercaya dalam hal yang besar. Dengan demikian hidup kita akan menjadi saksi dan setiap orang yang melihatnya menjadi percaya dan memuliakan Tuhan.
Menjaga integritas sebagai anak Tuhan di tengah dunia bukan hal yang mudah, tetapi itulah yang Tuhan rindukan untuk kita miliki. Ada banyak kelemahan, bahkan dosa yang mungkin menghalangi kita, tetapi janganlah itu menjadi alasan untuk kita kehilangan integritas kita sebagai anak Tuhan. Ketetapan hati, kerendahan hati, ketulusan, dan hidup yang mau diproses Tuhan adalah kunci hidup kita akan dipakai Tuhan dan berkenan kepadaNya.
Pdm. Christin Jedidah
Tagged under:
Abednego, Anak Tuhan, Berkenan, Christin Jedidah, Daniel, Integritas, Karakter, Ketetapan Hati, Kisah Alkitab, Mesakh, Perkenanan, Sadrakh