Khotbah Ev. Evie Mehita : Pertandingan yang Benar

Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarang saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
1 Korintus 9:25-27
Hidup adalah sebuah pertandingan yang harus kita lalui. Kita bukan “pupuk bawang” dalam pertandingan. Pupuk bawang tidak mendapat hadiah, hanya sebagai penggembira dalam sebuah pertandingan. Tuhan mau kita hidup dalam pertandingan yang sesungguhnya, bukan hanya penggembira. Kita bukan suporter yang “asal ada” dan tidak melakukan apapun.
Tidak semua pertandingan menghasilkan hadiah. Pertandingan yang tidak menghasilkan hadiah adalah pertandingan yang tidak benar. Kita harus melalui pertandingan yang goalnya adalah hadiah surgawi. Jangan kita bersusah payah di pertandingan yang tidak benar dan tidak mendapatkan apa-apa.
Sudahkah kita ada di pertandingan yang benar? Pertandingan yang benar tentu tujuannya jelas. Namun sayangnya banyak orang yang bertanding tanpa tujuan; ada yang berlari mengejar prestasi, atau omset di perusahaannya tapi tanpa tujuan yang benar (ay. 26). Apakah hidupmu suam? Mungkin kamu sedang berada pada pertandingan yang salah; kamu mengejar sesuatu yang salah. Yang kamu kejar adalah segala yang ada di dunia ini, sesuatu yang fana. Karena itu, kita perlu berlari mengejar visi yang benar di dalam gelanggang yang benar.
Ketika orang berlari dalam gelanggang yg benar, hidup orang itu akan berubah. Orang yang tahu panggilannya, hidupnya tidak akan sama lagi. Hidupnya pasti berapi-api untuk Tuhan.
Seorang pelari yang melihat lawannya jauh di belakangnya, merasa pede dan terlena dengan pujian penonton. Tetapi karena terlalu terlena dengan pujian penonton itu, dia tidak lagi berfokus pada pertandingannya. Dan tidak terasa musuhnya akhirnya menyusul dan menyalip dia. Dia tidak jadi menang dan tidak mendapatkan hadiah.
HATI YANG BERFOKUS ITU PENTING!
Di dalam pertandingan, kita perlu menguasai diri kita; kita tidak bisa sembarang mengambil keputusan. Kita harus berfokus pada tujuan kita. Berlari dengan bagus saja tidak cukup, kita harus hati-hati, harus berfokus. Jangan kita menjadi kalah karena kita “menoleh” ke arah yang lain. Apa fokus hidupmu? Tuhan? Atau Penonton? Atau Musuhmu? Janganlah fokus hidup kita menjadi salah. Karena ketika kita salah, maka kita tidak bisa memenangkan setiap “pertandingan” dalam hidup kita.
Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya (Yakobus 1:8)
Orang yang tidak berfokus pada tujuan, hidupnya tidak akan tenang. Hati manusia mudah sekali berubah dan mendua hati. Karena itu, kita harus terus mengalami Kristus dalam hidup kita. Kita bawa anak-anak rohani dan jasmani kita untuk terus mengalami Kristus.
Ada banyak anak Tuhan yang awalnya murni dan berapi-api buat Tuhan. Tapi baru setahun “ditempa” Tuhan langsung menyerah. Hatinya mulai berubah dan tidak lagi sungguh-sungguh sama Tuhan. Apa itu mental yang diinginkan Tuhan? Hati kita mudah mengeras, dan itu terjadi secara proses, tidak terjadi dalam satu hari. Seperti roti yang makin lama makin keras dan tidak enak dimakan. Itu adalah proses hati yang suam. Lama-lama akan mengeras dan menebal dan tidak bisa disentuh lagi oleh Tuhan.Hati-hati! Jangan kita terus membiarkan hati kita mengeras sampai hati kita tidak bisa lagi disentuh oleh Tuhan.
Apakah kita sengaja membiarkan hati kita keras? Seperti roti yang dibiarkan, tidak segera dimakan akan menjadi keras. Kita tahu hati kita keras, tetapi kita biarkan. Kita tahu cinta kita pada Tuhan sudah menjadi hambar, dan kita biarkan.
Jangan keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun (Mazmur 95:8)
Hati-hati dengan ketidakpuasan! Bangsa Israel di Masa dan Meriba mencobai Tuhan. Bangsa Israel awalnya haus. Tapi kemudian menuntut Tuhan dan terus mengeluh. Bangsa Israel tidak puas dengan mujizat, kebaikan dan kasih Tuhan. Jangan biarkan ketidakpuasan itu terus berkembang dan menebalkan hati kita. Bangsa Israel menebal hatinya, sehingga di Masa dan Meriba mereka dengan sengaja mencobai Tuhan, dengan sengaja cari gara-gara dengan Tuhan.