Khotbah Ev. Evie Mehita : Penjaga Jiwa (Soul Keeper)

Firman TUHAN kepada Kain: “Di mana Habel, adikmu itu?”
Jawabnya: “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?”
Kejadian 4: 9
Dosa mengintip kepada Kain. Setelah pertama kali kejatuhan manusia yang pertama, terjadilah kejatuhan yang selanjutnya yang dilakukan oleh Kain. Kain menjadi iri hati dan memiliki pikiran yang buruk terhadap adiknya. Dia merasa: “Adikku kok lebih disayang dan diperhatikan oleh Tuhan, ya.. Sedangkan aku tidak..” Dia tidak mengoreksi dirinya, tapi melihat kepada orang lain. Ketika dia sudah membunuh, Tuhan bertanya: “Di mana Habel, adikmu itu?” Dia menjawab dengan membantah, “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?” Seringkali kita pandai beralasan. Kita tidak mau menerima kesalahan kita; kita susah ditegur dan tidak mau disalahkan.
“Hai anak manusia, Aku telah menetapkan engkau menjadi penjaga kaum Israel. Bilamana engkau mendengarkan sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka atas nama-Ku.”
Yehezkiel 3:17
Tuhan rindu kita semua menjadi penjaga jiwa. Jangan seperti Kain yang banyak berdalih. Sebagai kakak, tentu saja dia adalah penjaga adiknya. Sebenarnya kita semua adalah penjaga buat orang lain. Kita ditetapkan Tuhan untuk menjadi penjaga bagi orang lain, jadi janganlah kita menjadi cuek dengan keadaan orang lain. Kalau kita adalah orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan kita percaya hidup kita sudah diselamatkan oleh-Nya, maka salah satu tandanya adalah: Hidupmu akan mengalirkan sebuah aliran kehidupan. Orang yang sudah percaya hidupnya sudah diselamatkan, dia tidak akan berdiam diri dan seenaknya. Orang yang sudah diselamatkan, pastilah dia rindu orang lain juga diselamatkan. Sudahkah dalam hati kita mengalir aliran anugerah Tuhan? Apakah hati kita masih berdetak ketika melihat keluarga, teman, dan sahabat kita jatuh dalam dosa atau mengalami kemunduran di dalam Tuhan?
“Jati diri yang rusak”
Dalam kisah Musa, Tuhan beberapa kali memanggil Musa untuk memimpin bangsa Israel. Tetapi Musa beberapa kali menolak dengan banyak alasan. Dia tidak yakin bahwa dirinya dipakai Tuhan. Dia mengalami trauma dan hidup di bawah bayang-bayang kegagalan, ketakutan, dan masa lalu; Jati dirinya rusak. Inilah yang dialami oleh banyak pahlawan Tuhan. Yang seharusnya kita membebaskan bangsa Israel, tetapi kita terpuruk dengan permasalah diri kita, tembok-tembok kita, dengan trauma dan kegagalan.
Berapa banyak di antara kita yang tidak berani melangkah, tidak berani melayani sungguh-sungguh, tidak berani berikan hidup untuk Tuhan, karena memiliki trauma kegagalan. Mungkin kita pernah menjangkau jiwa, kemudian mereka lepas. Dan itu membuat kita trauma untuk menjangkau jiwa lagi. Jika kita ditinggalkan, itu adalah sebuah proses bagi kita. Tetapi kita jangan pernah berhenti menjangkau jiwa. Karena kita pasti akan memiliki anak-anak yang satu visi yang kelak akan menjadi pewaris mimpi Kerajaan Tuhan. Kita mendidik anak-anak rohani kita bukan dengan kekuatan kita, tetapi kita harus memuridkan mereka di dalam Roh Kudus. Artinya kita memiliki ikatan di dalam roh.
“Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu — dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.”
Keluaran 32:32
Musa adalah gambaran orang yang trauma dan takut melangkah, Musa yang tidak peduli dengan bangsa Israel. Tetapi Musa yang sama mengatakan, . Dulu dia begitu tidak peduli akan bangsa Israel dan menolak panggilan Tuhan, tetapi ketika dia belajar taat, ia mencintai apa yang Tuhan cintai. Kalau kita dulunya orang yang tidak peduli, ketika kita taat, mulai melangkah, mengalirkan sesuatu, kita pun akan mencintai apa yang Tuhan cintai. Yang Tuhan cintai adalah jiwa-jiwa diselamatkan. Oleh karena itu, mari kita belajar seperti Musa: taat dan melangkah.
Di dalam kisah Nabi Elisa, Tuhan memerintahkan Elisa untuk datang kepada seorang Janda. Janda itu memiliki buli-buli minyak. Elisa meminta janda itu untuk mengumpulkan bejana dan menuangkan minyak dalam bejana-bejana itu. Ketika semua bejana itu penuh, berhentilah aliran minyak tersebut. Saya percaya kita akan memiliki aliran Roh Kudus kalau kita melayani orang lain. Belajar mengalirkan aliran itu kepada orang lain. Mungkin kita tidak tahu mau melayani apa. Belajarlah dari hal yang paling simple: mendoakan orang, mengunjungi dan memperhatikan orang lain. Setiap kita adalah bejananya Tuhan. Tetapi kalau tidak ada bejana yang perlu diisi, aliran itu tidak bisa mengalir lagi. Sebagai bejana Tuhan, kita harus saling mengisi. Kita mengisi kehidupan sesama kita dengan Firman Tuhan, dengan kasih Tuhan.
Di atas tembok-tembokmu, hai Yerusalem, telah Kutempatkan pengintai-pengintai. Sepanjang hari dan sepanjang malam, mereka tidak akan pernah berdiam diri. Hai kamu yang harus mengingatkan TUHAN kepada Sion, janganlah kamu tinggal tenang dan janganlah biarkan Dia tinggal tenang, sampai Ia menegakkan Yerusalem dan sampai Ia membuatnya menjadi kemasyhuran di bumi.
Yesaya 62:6-7
Tugas seorang pengintai adalah menjaga suatu wilayah. Mereka menjaga dari atas tembok yang paling tinggi supaya dapat melihat dari kejauhan. Sehingga mereka tahu siapa yang mau masuk ke dalam wilayah mereka. Kalau ada musuh, mereka akan meniup sangkakala supaya rakyat yang ada di dalam tembok tersebut dapat bersiap-siap. Sama halnya kalau kita menjaga diri kita dengan baik, sebetulnya kita sedang menjaga keluarga kita, gereja kita, bahkan bangsa kita.
Ada banyak orang yang berkata, “Kalau aku gak sungguh-sungguh kerja untuk keluargaku, aku tidak mengangkat keluargaku, nanti bagaimana mereka??” Kita menganggap kita sendiri yang bisa memulihkan keluarga kita. Kita bisa meninggalkan panggilan Tuhan demi menjadi superhero untuk keluarga kita. Ada banyak orang yang berusaha membuktikan diri; mereka memenuhi panggilan mereka dan panggilan dari orang tua mereka, justru mereka tidak mendapatkan tanah perjanjian yang Tuhan janjikan. Tetapi kalau kita mengikuti rencana dan panggilan Tuhan, ada mimpi Tuhan yang jauh lebih besar untuk kita dan keluarga kita. Belajar taat.. Tuhan akan turun tangan, akan ada pemeliharan Tuhan buat kita dan keluarga kita.
Menjadi seorang penjaga, kita harus melihat dari tempat yag lebih tinggi. Kita harus melihat dengan pembedaan roh. Jadilah penjaga untuk anak-anak rohani, saudara, dan teman-teman kita. Ketika ada yang mengancam kehidupan mereka, jangan diam. Lakukan sesuatu, layani mereka, dan doakan mereka. Dan ketika kita mulai melakukan itu, aliran itu akan mulai muncul. Kalau kita diam, kita akan menjadi mengalami kematian rohani karena tidak mengalirkan sesuatu. Karena itu, jangan pernah berhenti melayani Tuhan. Dan jika kita mengalirkan dari hidup kita, secara otomatis kita akan “dibersihkan dari dalam”
Apakah hari-hari ini kita menangisi jiwa-ijwa dalam doa-doa kita? Mari kita berdoa dan menangis untuk orang lain yang terhilang, tersesat, dan terluka. Sebab air mata kita seperti air yang dapat membajak tanah hati kita yang kering. Jangan biarkan hati kita menjadi tandus, tetapi terus alirkan, bahkan jadikan itu menjadi sungai yang mengalir bagi banyak orang. Mari kita melakukan pelayanan kita keluar dari tembok gereja. Pelayanan misi dan penginjilan kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Beritakan kebenaran dan keselamatan kepada mereka.
Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya.
Yehezkiel 34:16
Tugas penjaga jiwa adalah mencari mereka yang terhilang, orang yang binasa, orang yang belum diselamat. Jangan kita pasif.. Kita mencari orang yang hilang, bukan tunggu mereka datang kepada kita. Untuk mencari yang terhilang ini, perlu tindakan dari kita. Yang tersesat dibawa pulang, artinya dipulihkan, ada restorasi dalam orang itu, sehingga ada pemulihan hubungannya dengan Kristus. Yang terluka dibalut dengan kasih. Yang sakit dikuatkan. Orang sakit adalah orang yang lemah. Mari kita yang sudah kuat, belajar menguatkan yang lain. Tuhan berkata dalam Yohanes 21:15-17, bahwa kalau kita mengasihi-Nya, gembalakanlah domba-domba bagi Tuhan. Artinya ada interaksi dengan jiwa-jiwa, mengingatkan, menjaga dan merawat mereka dengan kasih Kristus. Ini adalah tugas kita semua. Mari menjaga domba-domba Tuhan. Kalau kita memiliki sesuatu yang kita jaga, maka hidup kita akan lebih bermakna.