Khotbah Ev. Christin Jedidah : Mati dan Bangkit Bersama Kristus

Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya. Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita juga akan hidup juga dengan Dia. Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.
Roma 6 : 5,8-9
Paskah mengingatkan kita untuk mengenang peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Ini adalah peristiwa yang penting, karena untuk inilah Kristus datang ke dunia, yaitu menebus dosa manusia. Tidak ada penebusan manusia tanpa peristiwa kematian dan kebangkitan-Nya. Di dalam Roma dikatakan bahwa, “… kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya”. Tetapi apakah kita sudah hidup dalam kematian dan kebangkitan Yesus?
Sebagai pengikut Kristus yang sejati, kita harus mengalami peristiwa kematian dan kebangkitan bersama dengan Kristus. Artinya kita mati dari manusia lama kita yang tunduk kepada dosa (Roma 6:10-11), dan bangkit menjadi manusia baru dalam Tuhan (Roma 6:4). Jika kita ikut mati dan bangkit bersama dengan Kristus, artinya kita tidak lagi menyerahkan tubuh kita yang fana kepada dosa. Kita memang tidak bisa lepas dari dosa, tetapi Tuhan rindu kita menjadi pribadi yang mau senantiasa disempurnakan.
Kita belajar instrospeksi diri kita, hal apa yang harus kita perbaiki dalam hidup kita. Tuhan rindu kita ada progress; kita mengalami kemenangan demi kemenangan yang mengubahkan hidup kita. Perubahan yang kita alami akan membawa dampak untuk orang-orang yang ada di sekeliling kita. Inilah tujuan kita dilahirkan di dunia: berdampak dan membawa kemuliaan Tuhan di muka bumi.
Tugas utama kita menginjil kepada banyak orang, supaya mereka mengenal Kristus. Menginjil bukan hanya berkhotbah atau berupa perkataan, tetapi lewat hidup kita. Karena itu, kita disebut sebagai garam dan terang dunia (Mat. 5:13-16). Garam adalah bumbu yang berfungsi untuk memberi rasa pada makanan. Jika garam itu menjadi tawar, dia akan kehilangan fungsinya. Demikian juga terang kita. Janganlah kita menyembunyikannya, tetapi meletakkannya di atas kaki dian, supaya orang bisa merasakan terangnya. Ketika hidup kita sungguh-sungguh menjadi garam dan terang dunia, orang akan terberkati lewat hidup kita dan nama Tuhan dipermuliakan.
Bagaimana menjadi Garam dan Terang? Ada 3P yang harus kita perhatikan, yaitu:
- Perkataan
Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
Efesus 4:29
Perkataan kotor yang dimaksudkan adalah perkataan umpatan dan perkataan sia-sia. Janganlah keluar kata sia-sia dari mulut kita; kita harus menjadi terang dalam perkataan kita. Kita harus bijak dalam berkata-kata, tidak semua hal dapat kita perkatakan sembarangan. Kita perlu menyaring setiap perkataan kita. Perkataan yang tidak kita jaga dengan baik, akan bisa menjadi gosip dan fitnahan yang dapat merugikan orang lain. Ada banyak orang yang memiliki gambar diri yang rusak akibat dari perkataan orang tua mereka yang salah. Bahkan perkataan yang merujuk kepada bullying juga dapat membunuh karakter orang lain.
Dalam Yakobus 3:1-12, dijelaskan bahwa lidah kita mengambil peranan yang penting. Jika lidah kita cemar, maka cemarlah seluruh tubuh kita. Untuk menjinakkan lidah dan perkataan kita memang membutuhkan proses, karena itu kita harus belajar untuk mematikan setiap perkataan-perkataan kita yang jahat. Sebagai anak-anak Tuhan, kita perlu memiliki perkataan-perkataan Kristus dalam hidup kita, yakni kata-kata yang membangun (Kolose 3:16).
- Pikiran
Pikiran adalah pusat dari peperangan rohani. Pikiran berpengaruh terhadap perkataan dan perbuatan kita. Pikiran muncul dari apa yang kita lihat dan kita dengar. Karena tidak semua yang kita lihat dan dengar baik, maka kita perlu memilah-milah. Sebab dari pikiran, akan timbul keinginan. Hati-hati dengan dosa keinginan/ dosa pikiran. Jika pada zaman dahulu, orang yang berzinah itu dikatakan berdosa, tetapi Yesus berkata bahwa ketika pikirannya mengingininya saja sudah dikatakan berdosa.
Pikiran kita juga mempengaruhi perasaan dan respon kita terhadap sesuatu. Ketika respon dan perasaan mengikuti pikiran kita yang jahat, maka perkataan dan perbuatan kita pun juga akan condong kepada hal yang jahat. Pikiran yang iri hati, akan mempengaruhi hati kita untuk menjadi iri dan terluka. Karena itu, kita harus menaklukkan pikiran kita kepada Tuhan (2 Kor 10:5). Kita harus sadar bahwa peperangan rohani sungguh nyata. Iblis akan selalu berusaha menjatuhkan kita sebagai anak Tuhan. Jangan sampai kita dikuasai oleh pikiran jahat dan berpengaruh kepada perbuatan kita.
Karena itu, mari kita memikirkan apa yang berkenan kepada Tuhan (Filipi 4:8).
- Perbuatan
Perbuatan kita adalah output dari pikiran kita. Jika pikiran kita baik, maka perbuatan yang dilakukan pun menjadi baik. Namun, ketika pikiran kita dikuasai dengan kejahatan, maka output yang dikeluarkan pun demikian. Karena itu, mengendalikan dan menguasai pikiran itu penting. Supaya apa yang kita lakukan dapat memancarkan terang untuk orang-orang di sekeliling kita.
Tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus. Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidup yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
1 Petrus 1:14-15,18-19