Khotbah Ev. Christin Jedidah : Kasih Karunia dalam KelahiranNya

Bacaan : Lukas 1 : 26-35
Natal merupakan perayaan kelahiran Yesus yang selalu dirayakan tiap tahunnya. Yesus lahir di Nazaret, di kandang domba, di dalam palungan merupakan fakta yang sudah hafal di luar kepala. Namun, ada satu pesan yang Injil Lukas ingin sampaikan di setiap momen natal yang kita rayakan: kasih karunia.
Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.”
Maria merupakan wanita biasa dari keluarga biasa. Tidak tertulis bahwa Maria dipilih karena parasnya, keahliannya, dan kelebihan-kelebihan lainnya. Wanita itu mendapat kasih karunia dari Allah. Ketika kita mendengar kata “kasih karunia”, secara otomatis frasa itu merujuk pada hal-hal yang sifatnya menyenangkan ‘daging’. Padahal, tidak selalu kasih karunia dianggap ‘kehadirannya’ dalam wujud hal yang menyenangkan ‘daging’. Apa makna kasih karunia yang sebenarnya?
Kasih karunia adalah sesuatu yang tidak layak kita terima, namun kita mendapatkannya
Di balik kasih karunia yang kita terima, selalu ada konsekuensi/risiko. Maria mendapat kasih karunia, sekaligus ia juga menghadapi risiko ketika menjalaninya. Mengandung saat belum bersuami tentu adalah hal yang tidak wajar pada saat itu. Walaupun begitu, Maria tetap berani mengambil konsekuensi itu [Ay. 38]. Kasih karunia harus diresponi. Respon kita adalah wujud kehendak bebas yang Tuhan berikan pada setiap penawaran-Nya. Kita adalah makhluk yang selalu dan tidak akan pernah menjadi sempurna, sehingga kita membutuhkan kasih karunia dari Tuhan untuk menyempurnakan hidup kita. Untuk mengerjakan kasih karunia, kita juga membutuhkan tuntunan Roh Kudus [Ay.35].
Ketika diberikan kasih karunia, janganlah kita menyia-nyiakannya.
“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” [1 Korintus 15:10]. Kasih karunia memampukan kita untuk bekerja lebih keras.
Selain kasih karunia, kelahiran Yesus juga berhubungan dengan mukjizat.
Mukjizat bisa terjadi dalam banyak hal, baik kecil maupun besar. Elisabet, saudara Maria yang disebut mandul pun mengandung [Ay.36]. Suatu hal yang sangat mengejutkan bagi Maria. Namun, Malaikat ingin meyakinkan Maria bahwa bagi Allah tidak ada yang mustahil [Ay. 37]. Dibutuhkan iman percaya untuk dapat mengalami mukjizat.
Sungguh dalam makna dari hari Natal yang sesungguhnya. Kelahiran Yesus ke dalam dunia bukan hanya untuk menyelamatkan orang berdosa, tetapi lewat kelahiran-Nya Ia ingin menunjukkan bagaimana kasih karunia dan mukjizat itu sungguh ada bagi orang-orang yang menantikan-Nya dengan taat dan setia.
KELAHIRAN YESUS MEYAKINKAN KITA BAHWA KASIH KARUNIA DAN MUKJIZAT MASIH ADA DI DALAM DUNIA