Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Skenario Tuhan
Seringkali kita membuat narasi kehidupan kita. Membuat chapter demi chapter dengan jalan pemikiran kita sendiri.
Beginilah firman TUHAN: “Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja, supaya Aku membuka pintu-pintu di depannya dan supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup (Yesaya 45:1).
Aku sendiri hendak berjalan di depanmu dan hendak meratakan gunung-gunung, hendak memecahkan pintu-pintu tembaga dan hendak mematahkan palang-palang besi (Yesaya 45:2)
Kita diperlengkapi Tuhan dengan senjata-senjata (Yesaya 45:4-5).
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Kekuatiran yang Menghancurkan
Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah. (Mazmur 55 : 23)
Melalui mata Kita
Melalui pendengaran kita
Melalui hati kita
Semut atau Gagak?
Proses Tuhan itu Indah
Setiap perkara ada prosesnya, tidak ada yang instan. Menjadi sukses membutuhkan proses; Tetapi menjadi sukses bukan menurut ukuran kita, melainkan menurut ukuran Tuhan.
Apa yang kamu alami tidak ada yang terluput dari pandangan Tuhan.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Jangan Takut, Teguhkan Hatimu!
Bacaan : Yosua 1:1-8
Seorang yang tawar hati melakukan segala hal hanya sebagai kewajiban, tidak ada gairah lagi di dalam apa yang dikerjakannya, semua hanya menjadi rutinitas semata.
Yosua 1:16-18
Yosua 2:1-4
Mari mengawali tahun ini dengan gairah kepada Tuhan. Cintai apa yang Tuhan cintai, benci apa yang Tuhan benci. Miliki kasih, karena kasih mampu mengembalikan seseorang kepada kebenaran, tanpa menjatuhkan nilai orang lain.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Berdamai
Bacaan: Markus 4:21-25
Tuhan menciptakan kita semua dengan keunikan masing-masing.
Menjadi diri sendiri, tetapi terus perbaiki diri.
Bersyukurlah dan berdamai dengan apa yang kita miliki. Kacamata bersyukur kita seperti terang di atas kaki dian. Kita bisa melihat segala sudut dengan kebaikan dan kacamata Tuhan. Dengan demikian hidup kita dapat menjadi berkat bagi orang lain.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Pemulihan Identitas Anak Tuhan
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus , umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan. (1 Petrus 2:9-10).
Tuhan menciptakan manusia bukan hanya sekedar untuk memenuhi bumi. Natur mula-mula manusia adalah sebagai “kepunyaan Tuhan”, yang diciptakan untuk memuliakan nama Tuhan dan menjadi rekan sekerja Allah untuk kemuliaan namaNya. Namun sejak manusia jatuh dalam dosa, natur mula-mula itu menjadi rusak; Manusia kehilangan identitas mereka sebagai “kepunyaan Tuhan”, dan mulai mencari identitas-identitas baru yang mereka ciptakan sendiri.
Di akhir zaman ini banyak orang mengalami krisis identitas dan tidak tahu tujuan hidupnya, sehingga mereka berusaha menciptakan sebuah identitas baru yang menurutnya menyenangkan dan diterima oleh orang kebanyakan. Dan berusaha dengan berbagai supaya manusia dapat menerimanya, tetapi semua tidaklah dilakukan untuk kemuliaan nama Tuhan
Banyak orang membuat identitas melalui pencapaian yang dipamerkan : Orang yang melayani melakukan yang terbaik supaya dikenal sebagai orang baik, penyanyi akan bernyanyi dengan suara terbaik demi memperoleh pujian dari banyak orang, orang kaya membeli banyak barang mahal supaya dipuji oleh orang-orang dan mendapat pengakuan bahwa mereka orang yang kaya dan keren. Bahkan tidak sedikit orang yang menggunakan sosial media dan status (pernikahan, karir, gelar, dsb.) demi memperoleh identitas. Namun ketika Tuhan ijinkan mereka tidak bisa lagi mengalami hal itu (dipuji, diakui, diberi penghargaan, diindahkan), mereka menjadi sangat marah dan menderita; Mereka menjadi depresi dan terluka.
Tuhan rindu mengembalikan kita kepada natur yang mula-mula, yaitu memuliakan Tuhan; semua yang kita lakukan untuk kemuliaan nama-Nya. Dia rindu menyatakan kembali kerinduan-Nya dan identitas kita sebagai milik kepunyaan-Nya. Dan ketika kita kembali kepada rancangan-Nya yang semula, kita menjadi ciptaan baru di dalam Dia.
Menjadi ciptaan baru adalah sebuah proses dimana kita menyangkali identitas kita yang lama dan menghidupi identitas baru kita dalam Yesus Kristus.
Kita tidak akan lagi suka tinggal di dalam dosa, dan kita akan menyadari panggilan kita sebagai rekan sekerja Allah untuk membangun kerajaan-Nya di muka bumi ini. Kita tidak lagi memperdulikan perkataan orang lain tentang kita, tetapi kita melakukan yang terbaik untuk kemuliaan nama Tuhan, dan kita menjadi terang dimanapun kita berada.
Miliki pemulihan identitas di dalam Tuhan. Identitas kita adalah milik kepunyaan Allah, identitas kita yang sesungguhnya adalah warga kerajaan Allah. Natur mula-mula kita adalah memuliakan Tuhan. Karena itu, mari kerjakan kerinduan Tuhan dan jadilah saksi Kristus dimanapun kita berada. Mari melakukan perkara-perkara besar bersama dengan Tuhan!
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Kembali Kepada Panggilan Tuhan
Bacaan : Kejadian 28 – 35
Yakub seringkali mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Sebuah perjumpaannya dengan Tuhan melalui mimpi; Dimana dia melihat malaikat Tuhan naik turun melalui tangga yang ujungnya sampai ke langit (Kej. 28 :12). Yakub menamai tempat itu Betel, disana Tuhan memberikan janji penyertaan-Nya kepada Yakub (Kej 28:13-17, 19). Perjumpaannya dengan Tuhan membuat Yakub takjub dan menyembah Tuhan. Namun Yakub seringkali lari mengingkari panggilan Tuhan dan pergi meninggalkan Betel.
Beberapa kali Yakub melarikan diri dan tidak mengindahkan panggilan Tuhan untuk kembali ke Betel, bahkan ia bergumul dengan Tuhan (Kej 32:22-32). Dia juga mendirikan mezbah bagi Tuhan, tetapi ia tidak mengambil bagian di dalamnya (Kej. 33:20). Dia menggunakan pikirannya pribadi daripada panggilan Tuhan atas hidupnya.
Seringkali kita bisa bertindak seperti Yakub. Kita mungkin sering mengalami Tuhan di KKR atau di retreat-retreat, tetapi kita lari dari panggilan dan kasih Tuhan dalam hidup kita. Kita menjadi orang dalam pelarian demi pelarian hanya untuk tujuan kita pribadi, atau kita sebenarnya menjadi bagian dari orang-orang yang hatinya tertuju kepada panggilan Tuhan, tetapi lebih melakukan suara dari pikiran kita pribadi daripada suara Tuhan.
Yakub tidak kunjung kembali ke Betel karena negeri itu lebih menarik hatinya (Kej 33:18-19).
Hal itu menurun kepada anak-anaknya. Meskipun Tuhan sudah melarangnya, tetapi mereka tetap bergaul dengan orang-orang Shikem yang suka akan berhala. Peristiwa Dina dan Shikem (Kej 34:1- 31) mencemarkan nama baik Yakub. Tuhan ijinkan Yakub mengalami proses sedemikian rupa supaya dia mengerti akan kasihNya dan membawanya kepada panggilan yang semula.
Tidak ada kekerasan hati kita yang tidak dapat Tuhan hancurkan.
Yakub orang yang keras dalam prinsip, tetapi sanggup Tuhan hancurkan untuk membuatnya kembali kepada panggilan Tuhan atas hidupnya. Saat dia menyadarinya, pemulihan terjadi atas keluarganya (Kej 35:1- 15).
Yang dapat kita pelajari dari kisah Yakub adalah :
1. Orang yang berjumpa dengan Tuhan belum tentu memberikan hidupnya bagi Tuhan. Diperlukan hati yang mau menerima panggilan-Nya.
2. Jangan mendirikan mezbah tetapi tidak mau masuk di dalamnya. Artinya jangan hanya tahu panggilan Tuhan, tetapi juga melakukannya.
3. Melarikan diri dari panggilan Tuhan hanya akan membawa kita kepada proses-proses yang seharusnya tidak kita lalui kalau kita taat.
Mari kembali kepada hati dan panggilan Tuhan!
Terus lakukan sekalipun ditolak, terus melayani sekalipun tidak dilayani. Seperti Yesus yang tahu bahwa Yudas akan berkhianat, dan Petrus akan menyangkali Dia. Tetapi Tuhan tetap menjadikan mereka muridNya, bahkan membasuh kaki mereka. Bahkan Yesus tetap memakai Petrus untuk membangun jemaatNya. Itulah hati Tuhan. Tuhan akan memakai kita dan mengejar kita untuk menggenapi panggilan dan rencanaNya.
Mari kembali ke “Betel” kita, kembali kepada panggilan dan kasih-Nya. Mungkin kita merasa “Betel” kita sudah sangat jauh, kita sudah jauh dari Tuhan. Tetapi buatlah sebuah keputusan besar untuk berbalik. Seperti Yakub dipulihkan, demikian kita akan dipulihkan. Kenali kasih-Nya, kenali hati-Nya, dan jangan melarikan diri dari panggilan-Nya!
Ps. Daniel Hadi Shane
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Friend Says vs God Says
Bangsa Israel seringkali tidak taat akan perintah Tuhan karena mereka lebih mempercayai sekitar mereka daripada pemimpin mereka; Mereka lebih suka mendengarkan massa daripada kebenaran Tuhan. Mereka menentang perintah Tuhan dan mengikuti apa yang teman mereka katakan.
Ini yang terjadi di masa ini: jika teman berkata, “tidak perlu cari pasangan yang seiman, nanti kamu bisa bawa dia kepada Kristus!” sehingga kita menganggap itu sebagai sebuah kebenaran, dan tidak lagi mengikuti kebenaran Firman Tuhan untuk berpasangan dengan orang yang seiman. Atau Ketika teman berkata: “tidak perlu tertanam di sebuah gereja. Kan Tuhan bisa ditemukan dimana saja!” lalu kita menjadi orang yang keliling gereja dan tidak pernah tertanam. Bagaimana mungkin seseorang yang tidak mau dipimpin dan ditundukkan dalam sebuah gereja lokal bisa diikat di dalam Kristus? Tentu saja tidak.
Jadilah taat dalam mengikuti pemimpin-pemimpin kita di dalam Kristus. Sebab kita tidak mungkin bisa taat kepada Tuhan yang tidak terlihat tanpa belajar taat dengan yang terlihat. Jangan menjadi seperti bangsa Israel yang tidak menghargai dan taat kepada pemimpin mereka; Mereka tidak pernah bisa ditundukkan di dalam Tuhan.
Bangsa Israel mengalami didikan Tuhan, mereka mengalami masa pembuangan.
Namun Tuhan memberikan berita penghiburan melalui nabi Yesaya (Yes.40:1-11). Itulah hati Tuhan: Dia menghukum bukan untuk mengekang, tetapi untuk menolong dan melepaskan umat-Nya. Dia rindu memberikan pemulihan, hanya syaratnya “semua lembah harus ditutup” dan “gunung diratakan”. “Lembah” berbicara tentang dosa masa lampau, artinya kita harus menanggalkan setiap dosa kita di masa lampau. “Gunung” berbicara tentang mimpi-mimpi pribadi yang belum kita serahkan kepada Tuhan dan menghalangi kita berlari kepada Tuhan. Tanggalkan setiap dosa kita dan serahkan mimpi-mimpi kita di tangan-Nya, Tuhan akan menyediakan pemulihan-Nya bagi kita.
Adakah kamu sedang mengalami pembuangan? Seolah-olah kamu dididik oleh Tuhan dan diijinkan mengalami lembah-lembah dalam hidupmu? Palingkanlah hati kita kepada-Nya dan tanggalkan setiap dosa kita: itu adalah kuncinya supaya kita meraih kemenangan.
Mungkin kita melihat masalah kita mustahil untuk dihadapi, seolah kita melihat batu besar dihadapan kita yang sulit untuk kita pindahkan.
Bukan karena Tuhan tidak mau memindahkannya, tetapi Tuhan menunggu saat yang tepat untuk kita bertumbuh dewasa dan memiliki kekuatan yang lebih besar untuk sanggup memindahkannya. Seperti seorang balita belum punya kemampuan untuk mengangkat beban sebuah bola basket, tetapi ketika anak itu dewasa, dia bahkan sanggup mengangkat beban yang jauh lebih berat dari bola basket. Tuhan menghendaki kita bertumbuh dewasa, sehingga kita cukup kuat untuk mengatasi masalah-masalah yang ada di hadapan kita.
Tuhan itu setia dan adil; Dia mendengarkan setiap kita dan mempedulikan hak kita. Dia tidak akan pernah menjadi lesu dan Lelah. Jangan berhenti menanti-nantikan Tuhan. Tuhan sedang mempersiapkan pemulihan bagi kita semua (Yes. 40:27-31). Mari kita bangkit bagi Kristus. Saatnya bagi kita meratakan bukit dan gunung, dan menutup lembah untuk mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan.
Ps. Daniel Hadi Shane
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Ular Tembaga yang menjadi Berhala
Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup. (Bilangan 21:9)
Tuhan mendatangkan ular tedung kepada bangsa Israel yang bersungut-sungut, namun mereka memohon ampun kepada Tuhan. Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat ular tembaga, dan ular tembaga itu menyelamatkan bangsa itu dari ular-ular tedung. Ular tembaga yang dibuat Musa adalah lambang penyertaan dan perlindungan Tuhan atas bangsa Israel (Bil. 21:4-9). Tetapi ular itu justru menjadi berhala bagi mereka (2 Raj. 18:1-4). Bangsa Israel mengalami penyertaan Tuhan, tetapi karakter mereka belum diubahkan. Mereka berbalik kepada Tuhan sebentar, lalu kembali menyembah kepada allah lain.
Bangsa Israel keluar dari Mesir bukan karena mengasihi Tuhan, tetapi karena ingin kehidupan yang lebih baik. Tuhan menyebut bangsa Israel sebagai “pelacur”. Mereka hidup di dalam Tuhan, tetapi mereka tidak memberikan hati mereka total untuk Tuhan.
Berapa banyak kita mengikut Tuhan hanya karena berkat? Kita mengikut Tuhan karena ada hal yang baik yang kita terima.
Tuhan memberikan mujizat untuk menolong setiap kita, tetapi seringkali banyak yang akhirnya hanya tertuju pada mujizatnya, bukan kepada sang pemberi mujizat. Kita tak jauh berbeda dengan “pelacur”, yang mau dengan seseorang untuk mendapat keuntungan, namun tidak pernah memberikan hati dan cinta kepadanya. Dan ketika tidak ada lagi berkat, dengan mudahnya meninggalkannya.
Maukah Anda mengasihi Tuhan dengan segenap hati?
Dalam hidup ini Tuhan tidak hanya memberikan yang baik-baik saja, tetapi terkadang Tuhan ijinkan kita untuk mengalami masa-masa tergelap. Sekalipun demikian, Tuhan tidak pernah meninggalkan kita dalam masa tergelap kita; penyertaan dan pertolongan-Nya sempurna. Manusia seringkali salah sangka dengan Tuhan; kita sering menganggap Tuhan terlambat. Tetapi Tuhan tidak pernah terlambat. Wanita Samaria yang berjumpa dengan Yesus di sumur Yakub datang pada siang hari; dia datang pada saat sumber air sudah kotor (Yoh. 4:1-42). Dia malu bertemu dengan orang karena sudah berzinah dengan banyak laki-laki; dia menganggap hidupnya sudah terlambat, tidak dapat diperbaiki lagi. Tetapi perjumpaannya dengan Yesus mengubahkan kehidupannya.
Di kisah Lazarus (Yoh. 11:1-44), semua orang menganggap Yesus terlambat karena Lazarus sudah mati. Tetapi Yesus tidak terlambat, melainkan Dia mau menyatakan kuasa-Nya dengan membangkitkan Lazarus di waktu yang tepat.
Tuhan tidak pernah terlambat, sekalipun manusia sering memandangnya sebagai sebuah keterlambatan.
Waktu menurut cara pikir kita berbeda dengan waktu Tuhan; Waktu-Nya selalu yang terbaik bagi kita. Jangan paksa Tuhan untuk membuat segalanya sesuai pemikiran kita. Mari belajar memahami dan mengenal hati Tuhan. Jangan menggunakan pikiran pribadi, memotong standar kebenaran untuk memuaskan kedagingan kita. Tetapi biarkan Tuhan berdaulat penuh atas kehidupan kita.
Jangan mengikut Tuhan hanya karena mengejar berkat-Nya saja, tetapi mari kita mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati, mari belajar mengenal Dia dan percaya kepada-Nya; Dia Tuhan yang tidak pernah terlambat dalam hidup kita.
Ps. Daniel Hadi Shane
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Hidup adalah Pertandingan, Bukan Pembandingan
Lukas 13:22-30 berbicara tentang akan banyak orang yang berusaha memasuki Kerajaan Surga tapi hanya sedikit yang dapat masuk. Mengapa? Karena banyak orang yang tidak sungguh-sungguh mengenal kebenaran.
Kita seringkali melihat banyak status di sosial media membagikan ayat, tetapi ternyata ada banyak diantara mereka yang tidak benar-benar menghidupi ayat yang mereka bagikan. Mereka tidak tidak memahami makna dari ayat itu tetapi mereka menggunakannya untuk untuk memperlihatkan diri nampak rohani/ untuk kepentingan pribadi. Semua yang dilakukan hanya untuk memuaskan kedagingan semata.
Kita sebagai manusia seringkali lebih menyukai daging. Kita yang sesungguhnya adalah makhluk Roh yang diciptakan Tuhan untuk sebuah keabadian, namun kita seringkali mencari sesuatu yang tidak abadi, yang berasal dari dunia ini.
Apa alasan bangsa Israel keluar dari Mesir? Mereka mau keluar dari Mesir bukan karena ingin keluar dari perbudakan, tetapi karena mereka menginginkan kehidupan yang lebih baik. Mereka bukan ingin ingin keluar dari ikatan dan dosa mereka, tetapi karena ingin memuaskan daging mereka. Ketika Tuhan memproses mereka di padang gurun, mereka tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka menjadi marah dan berontak kepada Tuhan.
Berapa banyak dari kita yang salah mengikut Tuhan: kita ikut Tuhan karena menginginkan sesuatu yang baik-baik saja, sehingga ketika masalah datang, kita menjadi marah dan meninggalkan Tuhan.
Jangan salah berpikir bahwa jika kita ikut Tuhan, kita akan selalu bahagia menurut dunia. Kita memang akan mendapatkan damai sejahtera dalam mengikut Tuhan, tetapi damai sejahtera yang Tuhan berikan berbeda dengan yang dunia berikan.
“Apakah sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan? Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah keadaanmu! Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang!
(Hagai 1:5-6)
ayat ini bukan berbicara tentang mengumpulkan uang untuk pembangunan, tapi mengenai apakah kita lebih mengutamakan kerajaan Tuhan atau kepentingan pribadi. Mengapa seringkali doa kita tidak dijawab oleh Tuhan? Karena bejana kita retak.
Tuhan tidak bisa memakai sebuah bejana yang retak. Bejana yang retak tidak dapat menampung minyak yang dituangkan ke dalamnya; Minyak itu akan mengalir keluar dengan sia-sia. Bejana yang retak berbicara tentang ketidaksatuan: dalam gereja Tuhan atau dalam keluarga.
Banyak gereja Tuhan sudah menjadi jauh dari seperti yang dijanjikan oleh Tuhan.
Dimana orang-orang didalamnya jauh dari hidup dalam kesatuan dan mengasihi satu sama lain. Dibalik sikap yang nampak baik, ternyata saling membicarakan satu sama lain. Banyak orang yang mementingkan kepentingan diri sendiri; kasih menjadi dingin, tidak ada empati untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.
Maka ijinkan Kerajaan Tuhan hadir di tengah keluargamu dan gereja Tuhan. Miliki kesatuan di dalam Tuhan; Jangan menjatuhkan satu dengan yang lainnya. Kita perlu sepakat. Ketika satu keluarga sepakat, maka Tuhan akan melawat keluarga kita. Ketika gereja sepakat, maka kebangunan rohani akan terjadi. Kebangunan Rohani bukan milik jemaat mula-mula saja, tetapi kepada siapapun yang hidupnya mau diberikan untuk kemuliaan nama Tuhan dan memberikan bejananya untuk diisi oleh mimpi dan kerinduan Tuhan.
Jangan buat hidupmu sebuah pembandingan, tetapi hidup kita adalah sebuah pertandingan. Setiap orang memiliki jalan hidup yang berbeda, jadi jangan membandingkan kehidupanmu dengan kehidupan orang lain. Membandingkan diri dengan orang lain membuat kita tidak bisa bahagia dan mengucap syukur.
Mari berfokus untuk menyelesaikan gelanggang pertandingan kita dengan baik. Menjadi bahagia bukan tentang kita meraih yang ada di bumi ini, melainkan karena kita mengenal Yesus dan kuasa kebangkitan-Nya. Ada surga yang nilainya lebih kekal dari apapun yang ada di bumi ini. Tidak banyak waktu yang dapat terulang selama kita hidup; mari belajar menikmati semua bersama dengan Tuhan. Jadilah bejana yang utuh, yang dipakai Tuhan untuk kemuliaan nama-Nya.
Ps. Daniel Hadi Shane
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Kegagalan
Tuhan sudah menetapkan Simson menjadi Nasir Allah sejak ia dalam kandungan, dia dipersiapkan sedemikian rupa untuk sebuah rencana Tuhan (Hak 13:1-5). Namun Simson punya karakter yang perlu diproses Tuhan; Dia labil, arogan, dan tidak taat akan perintah Tuhan. Kelemahan hatinya akan wanita menjadikannya seringkali “gagal” dalam menggenapi rencana Tuhan yang semula. Namun Tuhan belum selesai dengan Simson, Tuhan hendak memproses hidupnya
Hati-hati dengan ketidaktaatan! Dosa ketidaktaatan dapat membuat putusnya rencana Tuhan dalam hidup kita. Kita perlu taat, artinya berserah kepada Tuhan sepenuhnya. Bukan hanya taat dalam ucapan, tetapi juga dalam tindakan.
Apakah kamu taat dalam melakukan kerinduan Tuhan?
Kegagalan kita dalam melakukan kerinduan Tuhan terus-menerus bisa berakibat fatal. Sama halnya seorang atlit, jika dia berkali-kali mengalami kekalahan, maka dia tidak akan pernah naik level. Seringkali kita kalah dengan raksasa-raksasa dalam diri kita, namun Tuhan belum selesai dengan kita; Dia mau memproses hidup kita.
Kejatuhan Simson kedua kalinya karena rayuan Delila membuatnya jatuh di tangan orang Filistin. Kekuatannya hilang, matanya dicongkel dan dia dijadikan pelawak (Hak. 16:4-22). Ini menjadi kekalahan terbesar dalam hidupnya, namun itulah yang membuatnya tersadar untuk kembali kepada Tuhan. Tuhan memulihkan perjanjianNya akan Simson dan membalikkan keadaan saat dia berseru kepada Tuhan (Hak 16:28); Banyak orang Filistin yang dia kalahkan sekalipun dia juga meninggal saat itu (Hak. 16:29-31).
Mungkin kita seperti Simson. Kita kalah berulang kali sampai kita tidak tahu kemenangan itu seperti apa. Tuhan ijinkan kita mengalami lembah dalam Karena Tuhan punya rencana; Dia rindu memproses hidup kita. Namun ketika kita mau berserah dan berseru kepada Tuhan, tangan Tuhan terbuka dan akan membawa kita dalam kemenangan.
Simson mengakhiri dengan baik. Rencana Tuhan memakai Simson untuk mengalahkan Filistin digenapi. Mungkin kamu gagal, kamu lemah, tetapi Tuhan belum selesai dengan hidupmu. Ketika kamu berserah kepadaNya, Tuhan sanggup memakai hidupmu.
Hari kedatangan Tuhan sudah dekat. Saatnya kita bangkit jadi pemenang. Kemenangan bukan saat engkau membuktikan diri, tapi saat engkau berserah di hadapan Tuhan.
Simson memiliki kelemahan yang luar biasa. Tetapi dia punya kekuatan yang besar. Sekalipun dia pernah gagal, tetapi Tuhan memakai hidupnya saat dia berserah.
“Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, bejana yang rusak sanggup Dia hancurkan untuk dibentuk kembali dan dipakai untuk kemuliaan namaNya”
Ps. Daniel Hadi Shane
- Published in The Shepherd's Voice