Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Keselamatan yang Terjamin
Saya berusaha untuk hidup benar di hadapan Tuhan, namun saya tidak bisa. Dosa selalu ada menghampiri. Contohnya, ketika saya bertobat tidak lagi mencontek ataupun memberikan contekan, teman saya memohon agar saya memberikan contekan dengan memberikan alasan-alasan mengapa ia membutuhkan bantuan. Saya menolaknya dan membuatnya sedih… Saya sudah berbuat dosa… Saya tidak mau menolong teman saya dan membuatnya terluka.
Kita tidak mungkin dapat berhenti berbuat dosa jikalau kita tidak pernah menerima kemurahan dari Tuhan. Yang membuat manusia bebas dari dosa bukanlah segala perbuatan baik kita. Tidak ada seorangpun di dunia, bahkan nabi sekalipun sanggup menjalankan taurat Tuhan 100% sempurna. Yesus datang ke dunia untuk menyelesaikan tugas, yakni menggenapi hukum Taurat dan mematahkan kutuk. Karena itulah, keselamatan kita tergantung kepada Yesus Kristus, hasil usaha kita tidak dapat berbuat apa-apa untuk mendapatkannya. Tanpa kita sadar, kita sering mengingkari kuasa Yesus. Kita menjadi seorang yang sangat rohani, tapi kita sendiri meragukan keselamatan kita. Ketika kita diberi pertanyaan “jika engkau mati hari ini, apakah engkau akan masuk surga?”, 99% akan ragu menjawabnya. Ini adalah contoh kita mengingkari kuasaNya.
Kita sering diombang-ambingkan oleh pengajaran hukum taurat, bukan injil. Misalnya, suatu pengajaran mengatakan “kalau tidak berbahasa roh, tidak bisa masuk surga“. Tentu saja ini salah! Bahasa roh membuat kita dekat dengan Tuhan, tapi tidak membuat kita kehilangan keselamatan. Begitu banyak injil-injil palsu yang tidak pernah ada dalam Firman Tuhan, tapi disampaikan dan ditanamkan.
Keselamatan tidak tergantung pada perbuatan kita, tetapi dari kasih karunia.
Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apapun juga penyakitnya.
Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: “Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.”
Yohanes 5:2-7
Orang ini percaya akan adanya kesembuhan, namun tidak pernah mengalaminya sendiri. Ia mempercayai sesuatu yang salah, ia percaya kepada mitos-mitos, kepercayaan dan roh-roh agamawi yang ada. Ketika Yesus datang dan menjumpai dia, Yesus bertanya suatu pertanyaan yang konyol kepadanya “maukah engkau sembuh?“. Seharusnya, Yesus sudah tahu bahwa ia ingin sembuh. Bahkan tidak hanya Yesus, pasti semua orang tahu bahwa ia ingin sembuh. Tetapi jawaban dari orang lumpuh ini justru berbeda. Ia tidak marah, ia bahkan tidak menjawab dengan benar. Ia justru mengalihkan pembicaraan pada situasi-situasi yang ada, seolah-olah ia meminta Yesus untuk menolongnya sampai ke kolam. Sesuatu yang baik dari orang lumpuh ini adalah ia tidak kehilangan harapannya untuk sembuh selama 38 tahun.
Betesda artinya rumah kemurahan. House of Mercy, di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk sembuh. Lalu mengapa orang ini tidak menerima kemurahan di rumah kemurahan? Karena ia memiliki pola pikir yang salah, pikiran-pikiran yang berkubu. Berpikir bahwa Yesus akan menolong saya ketika saya melakukan perbuatan yang wah, ketika saya melayani Dia dengan sempurna. Kita sering lupa akan hukum kasih karunia. Kesembuhan yang kita dapatkan tidak tergantung pada situasi dan kondisi, karena itu jangan salahkan situasi dan kondisi ketika kita tidak sembuh.
Ketika Yesus mati di kayu salib, dosa dan kutuk kita sudah ditanggung olehNya, karena itu Ia berkata “sudah selesai“
Barang siapa percaya Yesus sungguh-sungguh, dosanya telah diampuni dan kita diselamatkan. Ada proses pengudusan yang membuat kita semakin lama, semakin serupa dengan Yesus.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Hidup dalam Kasih Karunia
Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat itu dosa? Sekali-kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: “Jangan mengingini!”
Tetapi dalam perintah itu dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan; sebab tanpa hukum Taurat dosa mati.
Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup,
sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata bagiku justru membawa kepada kematian. Sebab dalam perintah itu, dosa mendapat kesempatan untuk menipu aku dan oleh perintah itu ia membunuh aku. Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.
Roma 7:7-12
Kita percaya bahwa Tuhan datang bukan untuk membatalkan hukum taurat tetapi justru menggenapinya. Dahulu pada perjanjian lama, orang-orang yang ingin datang kepada Allah harus lewat perantara nabi. Setelah zaman perjanjian baru, kita dapat berkomunikasi dengan Tuhan kapan saja. Itu semua karena kemurahan-Nya. Tanpa kemurahan Tuhan, upaya kita mengerjakan kebenaran di dunia ini adalah sia-sia.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Sampah Rohani
Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Matius 5:14-16
Hari-hari ini terjadi krisis garam. Bagi ibu rumah tangga tentunya mengerti akan hal ini. Garam yang murah, yang biasanya bisa didapat dengan uang seribu rupiah, hari-hari ini menjadi langka. Harganya bisa mencapai 3-4 kali lipat.
Begitupula dengan kasih karunia. Kasih karunia menjadi seperti “garam” akhir-akhir ini. Kasih karunia diberikan oleh Tuhan secara murah dan gratis, hampir tidak berharga. Saat kasih karunia itu langka, kita akan memburu kasih karunia itu dengan harga berapapun, tidak peduli walaupun itu mahal. Namun, belum tentu kita akan mendapatkannya kembali atau bahkan ada. Masalah terbesar dalam anak-anak Tuhan adalah kita tidak tahu cara menghargai kasih karunia yang Tuhan berikan.
Tuhan rindu kita memuliakan namaNya dengan terlihat, tidak meletakkannya di bawah gantang. Memuliakan Tuhan adalah kita mempercayai Tuhan. Ketika kita meragukan Dia, sama saja kita menyalibkan Yesus kembali.
Di hari-hari terakhir ini kita harus waspada terhadap guru-guru palsu, nabi-nabi palsu, bahkan jangan kita menjadi salah satunya. Kita akan menjadi guru-guru palsu atau nabi-nabi palsu ketika kita mengejar kemuliaan yang seharusnya untuk Tuhan, tapi kita berikan untuk diri sendiri. Misalnya dalam pelayanan WL atau singer atau musik, kita berpikir “ah, kalau saja aku yang pelayanan, mkaa suasa akan dipenuhi dengan Roh Kudus“. Ini berarti, kita adalah guru palsu, kita sudah mengambil kemuliaan yang seharusnya untuk Tuhan, menjadi milik sendiri.
Ada orang yang memberitakan Kristus karena dengki dan perselisihan, tetapi ada pula yang memberitakan-Nya dengan maksud baik.
Filipi 1:15
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
Filipi 1:21-22
Jika hidup di dunia ini kita harus bekerja dan menghasilkan buah, kita akan kerepotan sekali karena suatu saat kita akan menghadap tahta pengadilan Bapa. Kalau selama kita di bumi, kita wasting time dengan perkara-perkara dunia, cerita-cerita cinta yang tidak berkesudahan, buah apa yang dapat kita persembahkan pada tahta pengadilan Tuhan. Ketika kita diadili nanti, apa yang dapat kita berikan.
Tuhan rindu kita memuliakan namaNya dan segala sesuatu yang tidak memuliakan namaNya, sesungguhnya adalah sampah.
Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Filipi 3:7
Jika kita mengejar segala sesuatu untuk kemuliaan diri sendiri, sebenarnya kita hanya mencari sampah, sesuatu yang tidak berguna dalam tahta pengadilan Bapa. Semakin hari, kita harus mengenal Kristus, karena itulah yang berguna. Kita takut tidak makan besok, kita sudah menghina Tuhan. Takut tidak menikah, kita menyalibkan Dia kedua kali. Percaya itu penting, percaya menandakan hubungan ayah dan anak.
Kalau kita curiga pada Tuhan, tidak percaya pada Tuhan, kita tidak bisa disebut sebagai anak Tuhan, karena seorang anak pasti percaya pada Bapanya. Ketika kita tidak percaya, berarti kita sudah menjauhi kasih karunia Tuhan. Percaya berarti Yesus adalah “center” dalam hidup ktia.
Kita melihat apa yang kita lihat dan jiwa kita menuntun pada apa yang ingin kita lihat. Banyak orang menghibur jiwa tetapi tidak membereskan akar permasalahannya, yaitu rohnya. Pergi berlibur hanya untuk lari dari masalah-masalah.
Kasih karunia Tuhan diturunkan pada semua orang, tetapi mendapat warisan Tuhan hanya diperuntukkan pada anak-anakNya.
Pelayanan kita harus menghasilkan buah dan buah itu harus melimpah. Jangan kita terlalu sibuk mencari sampah-sampah sampai lupa akan gelanggang pertandingan kita.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Pemulihan Pondok Daud
Pada hari itu Aku akan mendirikan kembali pondok Daud yang telah roboh; Aku akan menutup pecahan dindingnya, dan akan mendirikan kembali reruntuhannya; Aku akan membangunnya kembali seperti di zaman dahulu kala,
Amos 9:11
Pondok Daud adalah tempat yang dibangun Daud sebagai kemah puji-pujian Tuhan. Daud bukan orang yang kudus dan sempurna, ia jatuh ke dalam dosa yang sangat besar, tetapi ia tahu cara menyenangkan hati Tuhan.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Digembalakan adalah Sebuah Seni
Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: “Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.
Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.
Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan Etiopia dan Syeba sebagai gantimu.
Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.
Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai engkau, Aku akan mendatangkan anak cucumu dari timur, dan Aku akan menghimpun engkau dari barat.
Aku akan berkata kepada utara: Berikanlah! dan kepada selatan: Janganlah tahan-tahan! Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi, semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!”
Yesaya 43:1-7
Inilah waktunya anak-anak Tuhan untuk bangkit dan bersinar menceritakan kemuliaan Tuhan. Ide yang bagus belum tentu benar di mata Tuhan. Kita harus belajar untuk mendengar suara Tuhan dan belajar untuk digembalakan olehNya. Dengan tongkat, untuk memukul, mendisiplinkan dan mengarahkan. Bagi domba yang nakal, tongkat sangat diperlukan.
Digembalakan adalah sebuah seni. Ada suatu waktu di mana Tuhan menuntun dan menjaga kita, memanjakan kita. Tapi ada suatu waktu, Tuhan membiarkan kita berjalan sendiri dengan berjaga-jaga dengan tongkatNya untuk mengarahkan kalau kita mulai keluar arah.
Banyak orang yang tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan karena mereka tidak berdoa. Doa mengubah segala sesuatu, tapi sering dilupakan karena terlalu sibuk untuk mengubah segala sesuatu.
Sekarang waktunya kita meminta Tuhan untuk mendidik dan mendisiplin kita, menuntun kita dengan tongkatNya. Kita memiliki Roh Kudus, tapi bagaimana bisa berbeda pendapat dan saling menghujat satu sama lain. Roh Kudus ditunjukkan dengan buah-buah yang tetap dan dapat kita bagikan.
Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:
“Di manakah dia kamu baringkan?” Jawab mereka: “Tuhan, marilah dan lihatlah!”
Yohanes 11:33-34
Ia bukan Tuhan yang tidak mengerti keluh kesah dan pergumulan kita. Tuhan bersedih ketika menghadiri pemakaman Lazarus. Ia tertekan melihat Maria menangis. Yesus mengerti keadaan Maria dan menangis bersamanya.
Ketika kita seperti tidak ada jalan keluar dalam pergumulan kita, Ia menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan kemuliaanNya. Kalau kita mengalami tongkat penggembalaan Tuhan, nikmati saja. Itu akan menuntun kita ke padang rumput yang hijau.
2 poin yang harus kita ingat untuk digembalakan Tuhan :
- Lepaskan apa yang kita percayai agar kita bisa digembalakan Tuhan.
- Pahami dan percaya tuntunan Roh Kudus.
Mukjizat tidak terjadi di atas kemungkinan, mukjizat terjadi di atas ketidakmungkinan.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Syarat Pemulihan
Ketika saat teduh malam sebelumnya, pikiran saya melayang-layang pada penelitian orang Jepang yang dapat mengubah kotoran manusia menjadi makanan yang bisa dikonsumsi kembali. Saya menjadi terpikir “bisakah tempe berubah kembali menjadi kedelai?“. Otak saya berpikir untuk mencari jawaban. Karena saya adalah seorang sarjana kimia, saya merumuskan cara-cara mengubah tempe kembali menjadi kedelai. Setelah pikiran saya terpuaskan, pikiran saya berlanjut untuk mengubah tahu kembali menjadi kedelai.
Sejujurnya saya sedikit pusing. Jika itu tempe, sisa-sisa kedelai masih ada, tetapi kalau tahu yang lebih lembut, bisakah itu diubah kembali. Tidak cukup sampai di situ, pikiran kembali berlanjut untuk mengubah bubur kembali menjadi nasi. Pikiran itu cukup mengganggu saya sehingga saya tidak bisa melanjutkan saat teduh saya.
Kemudian pikiran saya melayang lagi, ketika gereja Tuhan sudah kehilangan api, mengalami penyimpangan-penyimpangan, tidak lagi mengutamakan Tuhan sebagai Tuhan dan Raja, apa yang harus dilakukan untuk memulihkannya kembali?
Saya mencari jawabannya lewat alkitab, tetapi tidak menemukan jawabannya. Akhirnya saya mencari jawabannya di internet untuk menemukan jawabannya. Tetapi tetap tidak menemukan jawabannya dan kemudian saya justru membuka acara America’s Got Talent. Di sana saya melihat seorang anak kecil bernyanyi dengan indah dan sangat merdu sekali. Orang tuanya terliaht begitu bangga terhadapnya.
Berdoalah Yunus kepada TUHAN, Allahnya, dari dalam perut ikan itu, katanya: “Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang dalam, ke pusat lautan, lalu aku terangkum oleh arus air; segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku. Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu. Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?
(Yunus 2:1-4)
Selanjutnya hati saya terasa hambar. Membaca alkitab menjadi tidak bergairah. Saya merasa seperti terbuang dan tidak mampu menyenangkan Tuhan, seperti Yunus yang gagal dalam panggilannya. Saya merasa Tuhan begitu sukar untuk disenangkan, seolah apa yang telah saya lakukan tidak pernah cukup. Kemudian saya merasa sedikit sedih, seolah berteriak “mengapa Engkau begitu sulit untuk disenangkan?“
Kemudian RohNya dengan lembut menjawab saya
“Engkau telah mengenalku begitu lama, tetapi sudahkah engkau benar-benar mengenal kasihKu?“
Pikiran saya lalu melayang kepada acara sekolah pelepasan siswa CMC School. Di sana anak-anak kecil itu menari dengan gerakan yang sangat sangat jauh di bawah peserta America’s Got Talent. Dengan gerakan yang sangat biasa saja, mereka bisa salah. Tetapi, meskipun demikian, orang tua mereka bangga melihat anak-anak mereka. Mereka merekam penampilan anak mereka dengan begitu sukacita.
Kita berpikir bahwa Tuhan akan bangga dan mengasihi kita kalau kita berprestasi. Tapi sesungguhnya, apapun yang kita lakukan, itu tidak mengubah fakta bahwa kita adalah anak-anak kesayangan Tuhan. Ia tetap bangga atas hidup kita. Tetapi Ia rindu kita pulih dan mengalami mujizatNya. MujizatNya akan terasa hambar kalau kita sudah kehilangan kasih Bapa.
Kemudian terlintas dalam pikiran saya “apakah kamu tidak percaya pada mujizat?”
Seringkali kita percaya pada mujizat, tetapi tidak mempercayai mujizat Tuhan. Kita bersukacita ketika ada momen-momen mujizat, tetapi apakah kita telah mengalami mujizat Tuhan secara pribadi? Saya tidak menyangka bahwa semua pikiran-pikiran nakal saya saat bersaat teduh adalah pengajaran Roh Kudus untuk saya.
Ketika kondisi hidupmu, keuanganmu atau hal-hal lainnya tampak buruk, pernahkah kita berharap mengalami mujizat? Hanya mujizat yang dapat mengubah bubur menjadi nasi kembali dengan rasa yang sama, bahkan mungkin lebih enak. Mujizat juga pasti dapat mengubah tempe menjadi kedelai kembali.
Kita seringkali melupakan mujizat. Kita percaya akan mujizat, tetapi tidak mengalami. Kita berpikr bahwa mujizat itu bukan untuk kita. Mujizat itu untuk orang lain. Petrus mengalami mujizat Tuhan, mengalami sentuhan Tuhan. Ia berubah. Paulus pun demikian. Ia yang seorang pembunuh anak-anak Tuhan, mengalami mujizat Tuhan dan diubahkan kembali.
Seberapa buruk hidup yang kita alami sekarang? Apakah hidup kita hanya dipenuhi nafsu-nafsu kehidupan, memenuhi kebutuhan kita, memikirkan jalan-jalan pribadi, tetapi tetap tidak bisa berhasil. Kita putus asa karenanya, seolah Tuhan telah meninggalkan kita. Padahal hanya satu yang kita butuhkan untuk memulihkan hidup kita, yaitu mujizat.
Kita tidak tahu kapan kita pergi dari dunia. Waktu Tuhan seperti pencuri dan iblis membuat kita tidak sadar bahwa hari Tuhan sudah sangat semakin dekat. Ciri hari Tuhan semakin dekat adalah hilangnya kasih dari manusia.
Bahasa kasih terbesar adalah mendengar, kemudian yang kedua adalah bertindak. Bagaimana kita bisa memberi kalau kita tidak mendengar kebutuhan mereka.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Sumur Yusuf
Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya.
Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
“Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?” “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.
Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia.
Mazmur 24:1-5
Yesus harus naik ke surga agar Roh Kudus dapat hadir. Tidak ada kasih dari Tuhan yang diawali dari sebuah dosa. Kasih yang diawali dengan dosa bukanlah kasih dari Kristus melainkan dari hawa nafsu yang menghancurkan manusia.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Percaya Buta
Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;
Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lotpun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.
Abram membawa Sarai, isterinya, dan Lot, anak saudaranya, dan segala harta benda yang didapat mereka dan orang-orang yang diperoleh mereka di Haran; mereka berangkat ke tanah Kanaan, lalu sampai di situ.
Kejadian 12:1-5
Ketika Tuhan memanggil Abraham, Tuhan tidak memberikan sebuah perintah yang spesifik, seperti apa negerinya, bagaimana memasukinya. Sangat sukar sekali bagi orang percaya diberikan perintah oleh Tuhan. Generasi ini adalah generasi yang seringkal meminta segala sesuatu dengan spesifik.
- Published in The Shepherd's Voice
Khotbah Ps. Daniel Hadi Shane : Pergunakan Iman dalam Segala Hal
Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, semakin lemah iman kita.
1 Korintus 2:6-16
Sebagai orang percaya, kita harus tahu bahwa hidup kita tidak dikuasai oleh pikiran dan perasaan, melainkan dikuasai oleh iman kepada Kristus. Begitu banyak iman yang dihalangi oleh pengetahuan-pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, semakin lemah iman kita. Iman berarti mempercayai bahwa Tuhan sanggup melakukan segala perkara, meskipun secara pengetahuan kita, itu seperti tidak masuk akal.
Ketika dulu radio ada acara Healing From Heaven, terjadi begitu banyak kesembuhan dan mujizat. Mengapa bisa terjadi? Karena kami tidak melihat dengan pengetahuan kita, bagaimana kondisi mereka dan kami hanya percaya bahwa Tuhan sanggup menyembuhkan dan memulihkan. Tetapi berbeda ketika kami dengan pasukan doa pergi ke rumah sakit-rumah sakit, iman kami hancur melihat kondisi pasien. “Sembuh tidak ya?”
Pengetahuan kita seharusnya tidak boleh melebihi iman kita karena pengetahuan kita tidak sempurna, pengetahuan Kristuslah yang sempurna.
Kalau hidup kita dikuasai dengan situasi, perasaan dan keadaan, kita tidak akan pernah melihat mujizat.
Ketika mengadakan KKR kesembuhan sebagai kelanjutan dari acara radio, saya mempersiapkan diri dengan membaca buku-buku kedokteran. Ketika mendoakan, lidah mudah berkata untuk kesembuhan seseorang. Tetapi suatu waktu ada seorang buta yang ternyata tidak ada bola matanya. Saya mulai bingung dan berkurang iman. Di dalam pikiran saya, jika dia katarak masih bisa untuk disembuhkan. Tapi kalau tidak ada bola matanya, saya bingung. Saya tidak berani untuk mendoakan pada awalnya dan menyuruh pendoa-pendoa yang lain untuk mendoakan. Tapi ternyata setelah beberapa bulan, seseorang tersebut mendapat anugerah dengan pertumbuhan bola mata. Itu adalah sesuatu yang tidak pernah saya pikirkan. Pengetahuan kita harus kita taklukan di bawah kaki Kristus, karena pengetahuan menghambat mujizat terjadi dalam hidup kita.
Pengetahuan menghambat kita untuk melihat kemuliaanNya dinyatakan dalam hidup kita.
Kita sulit menerima perasaan tertolak, tidak menerima kalau ia ditolak dan menutupi rasa tertolak mereka. Hal ini membuat sulit untuk melihat kemuliaan dan susah untuk bertemu dengan Bapa karena Tuhan tidak dapat dijangkau dengan pikiran dan perasaan. Tuhan baik kalau diberkati, tapi Tuhan tidak baik kalau sakit dan menerima musibah. Pikiran dan perasaan seperti itu akan membuat kita jauh dari Tuhan. Tuhan ada dalam setiap kondisi kita dan tidak akan pernah tinggalkan kita.
Selalu ada berkat di balik masalah.
Dalam setiap pencobaan yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita, akan selalu diiringi dengan berkat dan mujizat-mujizat. Tuhan tahu bagaimana menyatakan diriNya, menyatakan kemuliaanNya.
Dimensi pengetahuan tidak dapat menerima dimensi iman. Dimensi iman adalah percaya bahwa Tuhan tahu yang terbaik untuk kita, bahwa Ia akan menyediakan berkat-berkatNya yang cukup untuk setiap anak-anakNya. Stop pakai pengetahuan.
Kenapa fresh graduate selalu tersandung mendalami dunia usaha? Karena kebanyakan mereka pakai pengetahuan dan ego yang mereka rasa itu benar dan diterima saat di kuliah. Kita belajar untuk tidak dikuasai pikiran, perasaan dan pengetahuan. Pengetahuan itu baik, tetapi akan jauh lebih baik kalau diserahkan kepada Kristus. Mulailah belajar untuk bergantung pada Tuhan. Tuhan akan mengatur waktu yang tepat untuk mempertemukan dengan orang yang tepat.
Paulus adalah orang yang sangat pintar, tetapi setelah dia bertobat dan berjumpa dengan Kristus, selubung itu dibukakan dan ia mengerti bahwa pengetahuan yang ia miliki itu tidak sempurna dan sia-sia. Kita tidak bisa menerima Tuhan dengan pengetahuan. Hal-hal yg dari Roh hanya dapat diterima oleh roh.
Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.
1 Korintus 2:9-10
Jangan saat KKR, mendadak iman kita menjadi besar. Ketika KKR selesai, iman kita kembali menjadi kecil. Jangan latah secara rohani. Kita belajar pengenalan akan Kristus yang sejati. Gereja kita tidak dibangun dari kekayaan, tetapi Tuhan adalah Tuhan yang sanggup untuk memutarbalikkan keadaan karena Ia adalah pemilik langit dan bumi. Kita belajar untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
Hidup dari mengalami Firman adalah Firman yg hidup, bukan firman yang mati. Firman yang mati adalah firman yang hanya didengar di telinga tapi tidak terjadi dalam hidup kita.
Alami perjumpaan dengan Tuhan, buang perasaan dan pengetahuan. Dalam peristiwa 5 roti dan 2 ikan, ada teologia-teologia yang berkata bahwa ikan yang diberikan adalah ikan paus sehingga sanggup untuk diberikan kepada 5000 orang. Kemudian saat itu ada acara membuat roti terpanjang dan itulah roti yang dibagikan. Ada begitu banyak alasan yang dibuat untuk menolak mujizat Tuhan. Alasan-alasan itu akan membuat kita tidak dapat menerima dan melihat mujizat.
Terakhir, mulailah bergerak dalam dimensi Tuhan. Perbanyak waktu doa. Ketika kita mengandalkan Tuhan sungguh-sungguh, kita akan lebih banyak berdoa daripada berkerja dan saat itulah kita memasuki dimensi supranatural. Bagaimana berjumpa dengan orang-orang yang tepat di waktu yang tepat, seperti Sara yang seharusnya sudah tidak mungkin lagi untuk hamil tetapi ia dapat hamil. Kita belajar untuk mempercayai Tuhan, dimensi supranatural Tuhan itu mengatur ketidakmungkinan yang ada di bumi.
- Published in The Shepherd's Voice
PIC (Pro-M Impact City) : Love Hunting or Hunted?
Proses pendekatan (alias PDKT) merupakan proses yang sangat menentukan dalam keberhasilan sebuah hubungan pria dan wanita karena segala wujud sikap dan perhatian yang kita berikan pada lawan jenis yang kita sukai akan menentukan seberapa jauh kita mengenalnya dan akan dibawa ke arah mana kedekatan tersebut. Hal inilah yang menarik pengurus PIC untuk mengangkat tema LOVE Hunted or Hunting? Pada Ibadah bulanan PIC Sabtu 22 April 2017 lalu.
Meskipun cinta seharusnya merupakan sesuatu yang sederhana dan jelas (hanya berbicara tentang aku cinta dia atau tidak), namun kenyataannya cinta diakui merupakan sesuatu yang sering membuat galau dan gelisah, hal ini dikarenakan berbagai macam hal antara lain komunikasi.
Bagaimana mengetahui dia memiliki perasaan pada kita?
Apakah boleh bagi seorang wanita untuk menyatakan cinta duluan?
Berapa lama yang diperlukan untuk menunggu kepastian perasaan seseorang terhadap kita?
Berbagai macam pertanyaan seputar cinta seringkali muncul dalam benak kita dan masih banyak lagi pertanyaan yang mungkin bergelayut dalam hati kita, yang tidak jarang membuat kita bisa uring-uringan bahkan sampai tidur pun tak nyaman. Dalam seminar LOVE Hunted or Hunting? Pdt Daniel Hadi Shane mengangkat ayat alkitab dalam 2 Petrus 1 : 3-7 untuk mengingatkan kita kembali mengenai esensi makna dari “Kesetaraan Gender” yang akhir-akhir ini sudah sangat menyimpang dari maksud dan tujuan awal penggagasnya, yaitu R.A Kartini, karena akhirnya kesetaraan gender justru menjadikan kaum wanita mengambil alih peranan para pria sehingga akhirnya menyalahi kodrat ilahi yang sudah ditentukan.
Pria diciptakan sebagai pemimpin yang berarti seorang pria harus dapat menjadi decision maker, yaitu sosok yang harus dapat mengambil keputusan dan mampu mencukupi kebutuhan. Sedangkan wanita diciptakan sebagai penolong yang sepadan bagi pria, bukan diciptakan untuk mengganti peranan pria.
Kita harus memahami adanya tingkatan dalam berpasangan yaitu :
- Pria yang Menjadi Pemimpin dan Wanita sebagai Penolong
Ini merupakan tingkat teratas dan tingkatan yang sesuai dengan kerinduan hati Tuhan, dimana baik pria maupun wanita sama-sama mencintai Tuhan, sama-sama memiliki visi dan misi dan saling mendukung didalam doa. Setiap pria atau wanita yang belum mempunyai karakter demikian, maka akan sangat berbahaya saat melewati masa pernikahan.
- Pasangan/Pendamping
Ini adalah tingkatan yang lebih baik dari 2 tingkatan di bawah karena pada tingkatan ini, hubungan berpasangan antara pria dan wanita tidak menjadi batu sandungan, hanya saja masing-masing pihak masih tidak memahami peranan masing-masing sehingga masih ada tekanan yang dilakukan pria/ wanita terhadap pasangannya
- Perongrong
Ini adalah tingkatan dimana pria dan wanita memiliki peranan yang tertukar, dimana pria dan wanita sama-sama saling berusaha mengendalikan pasangannya dengan ancaman, Pria atau wanita yang berada pada tingkatan ini sama-sama tidak menunjukkan sikap mereka yang sebenarnya kepada pasangan.
- Penggoda
Pada tingkatan terbawah ini, pria maupun wanita cenderung tertarik pada pasangannya dikarenakan kelebihan fisik yang dimiliki pasangan. Pria atau wanita penggoda selalu menonjolkan kelebihan fisik yang ia miliki untuk menarik perhatian calon pasangannya.
Kesetaraan Gender bukanlah berarti mengambil peranan pasangan kita.
Lalu bagaimana dalam hal wanita yang ingin menyatakan perasaannya lebih dahulu pada pria? Kembali lagi ingatlah mengenai kodrat ilahi wanita. Kita harus belajar dari sosok Ribka. Perempuan hanya dapat memberikan sebatas signal pada pria, atau dengan menggunakan perantara, namun tetap pada prinsipnya prialah yang harus mengambil tindakan.
Pesan bagi para Wanita adalah ingatlah Wanita harus membuka diri namun tidak menjual diri. Bebas namun tetap terikat, terikat dengan Firman Tuhan tentunya. Jadi dalam bergaul tetap mengingat filternya yaitu Firman Tuhan. Jangan membatasi pergaulanmu karena Tuhan bisa mempertemukan kamu dimana pun dengan pasanganmu, seperti gereja, komunitas rohani, tempat kerja dan di tempat-tempat lainnya yang Tuhan ijinkan.
Pembicara juga mengingatkan bahwa pria tidak boleh berburu wanita karena cinta bukanlah cinta jika terlalu banyak pilihan, jadi jangan menebarkan jala ke banyak wanita. Begitu pula sebaliknya, wanita juga tidak boleh mendekati banyak pria, karena Anda akan dipermalukan jika Anda menjual cinta kemana-mana. Pria atau wanita yang sedang mendekati lawan jenisnya harus belajar setia mendekati hanya satu orang saja, mendoakannya dan menyelesaikannya. Menyelesaikan dalam arti setia menunggu sampai kita tahu dengan pasti orang tersebut dari Tuhan atau tidak, apakah orang yang didoakan tersebut juga memiliki perasaan yang sama atau tidak.
Hal terpenting sebelum kita membangun sebuah hubungan adalah memastikan bahwa kita sudah beres dalam area godaan seksual, serta pastikan motivasi kita berpasangan bukan untuk mengisi kesepian kita. Rasa kesepian yang sangat akan menimbulkan perasaan-perasaan yang palsu. Ingat! Rasa kesepian hanya dapat diisi oleh pribadi Yesus.
Setelah pembicara membagikan hal-hal yang penting dalam membangun sebuah hubungan, sesi tanya jawab pun dimulai, Dewasa muda yang hadir sangat antusias bertanya mengenai hal-hal berpasangan mulai dari masalah PHP (Pemberi Harapan Palsu) dan Baper (Bawa Perasaan), mencari pasangan lewat biro jodoh, sampai kepada permasalahan Move On. Karena begitu menarik dan hangatnya sesi tanya jawab sampai waktu pun tidak terasa.
Di Bulan Mei, PIC masih akan mengadakan Seminar Dewasa Muda dengan Tema Personal Leadership yang akan menghadirkan Pembicara Tamu. Jadi jangan lewatkan untuk datang pada Seminar PIC di tanggal 6 Mei 2017 dan ajak teman-teman Dewasa Muda lainnya. ^^
- Published in News & Events, The Shepherd's Voice