Khotbah Pdm. Christin Jedidah : Tak Kenal Maka Tak Tahu
“Tak kenal maka tak tahu”
Hati-hati dengan setiap perkataan kita. Perkataan kita bisa menjadi tajam dan melukai orang, tetapi di sisi lain perkataan kita bisa membangun orang lain. Pilihlah untuk berpikir positif dan memperkatakan sesuatu yang membangun orang lain.
Kita hidup bukan dari apa kata orang lain, tetapi dari apa kata Firman Tuhan.
Menjadi Manusia Baru (Efesus 4:18-32)
Mencintai adalah sebuah kebahagiaan.
“Tak kenal tapi tetap sayang” Ini adalah panggilan bagi kita sebagai gereja Tuhan.
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Christin Jedidah : Anak Tuhan Punya Integritas
Orang yang berintegritas memiliki ketetapan hati dan melakukan apa yang menjadi ketetapan hatinya (Daniel 1:8-21)
Orang yang berintegritas adalah orang memiliki kerendahan hati (Daniel 2:1-49)
Orang yang berintegritas tetap memilki iman kepada Tuhan dalam keadaan apapun (Daniel 3:1-30)
Orang yang berintegritas adalah orang yang memiliki ketulusan hati (Daniel 5:1-22)
Menjadi orang yang tulus hati artinya melakukan kebaikan untuk orang lain dengan ikhlas, bukan karena ingin mendapat imbalan/balasan. Sama dengan kasih Yesus yang tak bersyarat kepada setiap kita, hendaklah kita melakukan segala sesuatu tanpa mengharapkan balasan.
Daniel dapat dipercaya, setia dan tidak bercacat cela (Daniel 6)
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Evie Mehita : Cinta adalah Hubungan
Dalam dunia ada berbagai macam hubungan. Kita patut bersyukur karena kita diciptakan memiliki perasaan. Karena dengan perasaan itu kita dapat memiliki hubungan; Hubungan dengan teman, orang tua dengan anak, hubungan dengan keluarga – Hubungan adalah anugerah Tuhan.
Kekristenan bukanlah sebuah teori atau status, tetapi sebuah hubungan; Kisah cinta antara kita dengan pencipta kita. Namun kita tidak mungkin bisa mengenal dan mencintai Tuhan, jikalau bukan Tuhan yang menyatakan cintaNya terlebih dahulu kepada manusia.
Tuhan sebagai Sahabat (Yohanes 15:13 -15)
Yesus menyebut kita sebagai sahabatNya, bukan seorang hamba. Seorang hamba hanya melakukan apa yang diperintahkan – Dia melakukannya karena kewajiban semata, tetapi sahabat melakukannya dengan bersukacita. Hamba tidak diceritakan apa yang dilakukan tuannya, tetapi sahabat saling berbagi rahasia. Tuhan sudah memberikan rahasia kerajaanNya kepada kita. Demikian jika kita memandang Yesus sebagai sahabat, maka kita akan menceritakan semua rahasia kita kepadaNya.
Yesus adalah sabahat yang baik. Sahabat yang baik menanggung semua bersama dalam suka dan duka. Di dalam kesedihan, Dia menghibur dan turut menanggung kesedihan bersama dengan kita.
Tuhan sebagai Suami / Kekasih (Yesaya 54:5-8)
Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. (2 Korintus 11 : 2).
Kita adalah kekasih Tuhan; Kita adalah calon mempelai yang dipersiapkan ke dalam pernikahan kudus dengan Anak Domba. Dalam KBBI, kekasih artinya orang yang dicintai; tempat mencurahkan perhatian dan kasih sayang. Demikianlah Tuhan juga mengasihi kita; dan hanya ketika Tuhan terlebih dahulu menyatakan kasihNya kepada kita, maka kita dapat mencintai Tuhan.
Hubungan Kristus dengan jemaat juga digambarkan sebagai hubungan suami dengan istri (Efesus 5:22-33).
Sebagaimana istri tunduk kepada suaminya, demikianlah jemaat perlu tunduk kepada Tuhan (ay. 24). Mengapa kita perlu tunduk kepada Tuhan seperti halnya istri perlu tunduk kepada suami? [ay. 25] Istri hanya tunduk kepada suami yang mengasihi istrinya. Kristus sudah menggenapinya; Dia mengasihi kita dan memberikan segalanya, bahkan nyawaNya untuk kita. Maka kita perlu tunduk kepadaNya sebagai suami dan kekasih kita.
Suami yang baik adalah suami yang memperlakukan istrinya sebagai seseorang yang berharga (Efesus 5:28-29). Kristus melakukan itu; Dia memandang kita berharga – Kristus menjadikan kita sebagai prioritasNya. Tidak peduli seberapa kita berdosa atau tidak melakukan apapun, Dia mau kita semua diselamatkan. Ini dibuktikanNya dengan Dia mengorbankan diriNya untuk menebus setiap kita.
Cinta itu Berkorban
Cinta selalu identik dengan memberi – orang yang mencintai pasti memberi, berkorban sesuatu untuk yang dicintainya. “ Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup , yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati ” (Roma 12 : 1). Hendaklah kita mempersembahkan hidup kita yang terbaik bagi Tuhan.
Cinta itu menguduskan
untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela (Efesus 5 : 26-27).
Awal Tuhan menciptakan manusia baik adanya. Namun kini manusia penuh dengan kerusakan. Karena itulah Tuhan hendak mengembalikan kita kepada kekudusan itu. Tidak ada seorang pun yang bisa kudus, sebab kecenderungan manusia adalah pikiran yang cemar. Tuhanlah yang akan menguduskan kita; Dia memandikan dan menyucikan kita dengan air dan Firman. Artinya ada ada proses untuk mencapai kekudusan.
Cinta adalah sebuah proses.
Maka cinta kita haruslah bertumbuh. Cinta yang kekanak-kanakan hanyalah menjadi cinta yang saling menyakiti dan menjebak kita dalam ikatan jiwa yang salah. Tetapi cinta yang benar, cinta yang dewasa, akan membuat orang lain menjadi lebih baik. Demikian juga cinta kita kepada Tuhan harus terus bertumbuh. Sebuah hubungan perlu dipelihara. Kita perlu senantiasa menjaga hubungan kita dengan Tuhan, sebab sebagai manusia cinta kita seringkali bisa berubah. CintaNya sudah sempurna bagi kita, tetapi cinta kita kepada Dia harus terus bertumbuh.
Dalam Mitologi Yunani ada beberapa jenis cinta :
1. Eros – Cinta romantika, kepuasan antara laki-laki dan wanita.
2. Storge – Cinta yang bertumbuh karena kelahiran kita di sebuah keluarga.
3. Philia – Cinta persahabatan (antar sahabat).
4. Agape – Cinta yang mementingkan Tuhan.
5. Ludus – Cinta yang main-main, takut untuk berkomitmen tetapi mengumbar cinta.
6. Mania – Cinta yang harus memiliki/mendapat.
7. Pragma – Cinta yang berdasar logika, bukan dibangun berdasar kasih sayang.
8. Plautia – Cinta akan diri sendiri, obsesif dengan diri sendiri.
Sudahkan kamu punya cinta yang sejati? Miliki cinta Agape. Kita mementingkan Tuhan di atas segalanya. Kita rela memberikan segalanya bagi Tuhan.
Saat menjalin kasih dengan orang, kita memberikan hati kita kepadanya dan mengijinkan orang lain memiliki kita. Tetapi jangan lupa bahwa hidup kita adalah milik Tuhan. Saat kita sadar bahwa kita adalah kepunyaan Tuhan, maka cinta kita adalah sebuah penyerahan kepada rencana dan jalan Tuhan. Kita tidak kuatir akan hari depan dan kita menyerahkan kisah hidup kita kepada penulis dan pelukis agung, Tuhan kita.
Pdm. Evie Mehita
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Elita Chandra : Iman yang Mengalahkan Dunia
Markus 4:34-36
Markus 4:38
KARAKTER TUHAN ADALAH SETIA.
Matius 6:25-34
PENGUASAAN DIRI (Filipi 4:11-12)
Hidup ini fana, hidup ini seperti uap yang sebentar saja lalu hilang.
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Christin Jedidah : Pengharapan dalam Yesus
Tahun 2020 bukanlah tahun yang mudah untuk dilewati dan tahun 2021 ini mungkin keadaan tidak akan bertambah baik. Bagaimana kita dapat melewati tahun ini dengan penuh kemenangan?
Hanya PENGHARAPAN dalam Yesus yang akan memampukan kita untuk melewati tahun demi tahun.
Hendaklah hidup kita memiliki pengharapan dan hanya mengandalkan Yesus.
Disaat kita mengandalkan Tuhan, maka kita tidak akan kuatir dengan hari depan yang nampak sulit bagi dunia. Orang yang demikian adalah orang yang memiliki kedekatan dan keintiman dengan Tuhan. Yang tertanam dekat pada sumber kehidupan, yaitu Yesus Kristus Tuhan kita.
Hidup yang mengandalkan Tuhan adalah hidup yang berbuah.
Hiduplah dengan menghargai setiap waktu yang Tuhan beri, hidup yang Tuhan beri adalah sebuah kesempatan kita untuk melayani Tuhan dan memberikan yang terbaik buat Tuhan. Hiduplah seolah-olah hari ini adalah hari terakhir kita hidup. Layanilah Tuhan dalam segala hal, apapun yang kita lakukan adalah untuk kemuliaan nama Tuhan.
Pengharapan adalah sebuah penantian.
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Evie Mehita : Dipercaya
Bacaan : Lukas 16:1-9
“Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang. Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.” (Lukas 16:8-9).
Kata “tidak jujur” disini mengacu kepada perbuatan salah. Dia melakukan perbuatan salah, tidak setia, dan boros dalam pengelolaan yang dipercayakan kepadanya.
Sebagai anak Tuhan, kita semua adalah bendahara yang bekerja kepada Tuhan.
Elyakim seorang yang dapat dipercaya.
Bagaimana kita dapat dipercaya? Setia dari hal yang kecil (Lukas 16:10).
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Evie Mehita : Hati Bapa dan Hati Anak
Banyak orang mempertanyakan bagaimana kita bisa memahami hati Bapa. Seringkali untuk memahami hati sesama saja tidak mudah, apalagi Tuhan yang tidak kelihatan. Karena itu manusia tidak bisa mengenal Hati Bapa kecuali Tuhan sendiri yang menyatakannya.
Tuhan Kita adalah Tuhan yang penuh kasih dan selalu punya insiatif untuk menjumpai umatNya.
Dari sejak masa Perjanjian Lama Tuhan selalu rindu hadir di tengah umatNya, sehingga Tuhan memerintahkan Musa untuk membangun mezbah. Dia rindu memimpin, menuntun umatNya, dan berbicara kepada mereka lewat nabi-nabi, bahkan bertheofani untuk menjumpai manusia. Hingga puncak penggenapannya pada masa Perjanjian Baru, dimana Tuhan turun ke dunia sebagai manusia dalam rupa Yesus Kristus.
Bagaimana kita bisa mengenal hati Bapa?
Kita mengenalnya melalui Yesus (Yoh 1:18). Dengan mengenal Yesus, maka kita mengerti hati Bapa (Yoh. 14:6-14). Firman Tuhan akan membantu kita mengenal Yesus. Karena itu, kita perlu membaca alkitab dan memiliki pengalaman dengan Yesus; itu yang membuat kita dapat mengenal hati Bapa.
Tuhan menjanjikan adanya roh dan kuasa Elia, yakni pemulihan hati Bapa dan anak (Luk. 1:16-17). Dimana hati Bapa berbalik kepada anak, dan hati anak kepada Bapa.
Hati yang berbalik antara bapa dengan anak adalah ketika anak itu mau taat, mau dibentuk, mau diubahkan, dan mau diajar. Ini bukan hanya berbicara tentang hubungan kita dengan Bapa di surga, tetapi juga pentingnya kita memiliki bapa rohani dalam kehidupan bergereja. Sama halnya seperti Paulus yang menjadi bapa rohani untuk anak-anaknya dalam Yesus karena injil yang diberitakannya (1 Kor 4:14-16).
Sebagai seorang anak, kita perlu tahu cara memperlakukan ayah kita di dalam Tuhan.
Belajar dari kisah anak-anak Nuh : Ham tidak menghormati ayahnya, tetapi Sem dan Yafet tahu cara menghormati ayahnya (Kej. 9:23). Sem dan Yafet memiliki “hati anak”. Demikian juga dengan Daud; Dia menghormati Saul sebagai otoritas di atasnya. Berbeda dengan anaknya, Absalom, yang memberontak dan melawan ayahnya sendiri. Tetapi Daud memiliki “hati bapa”, dimana dia menangisi dan mengasihi Absalom, sekalipun banyak perbuatan jahat yang dilakukannya.
Adakah engkau memiliki bapa rohani? Mengapa Bapa? Karena bapa memegang peranan penting. Sebab dari seorang bapa-lah kita memperoleh benih Ilahi, mimpi, visi, identitas, nama, ajaran, warisan iman, dan janji Tuhan. Ketika kita memilikinya, maka kita akan memperoleh semuanya itu.
Jangan hanya puas menjadi pengunjung gereja, tetapi mari kita memiliki bapa rohani, keluarga rohani, dan mau dimuridkan. Dan kita akan diberikan warisan dan mimpi Tuhan yang luar biasa untuk kita kerjakan. Mari bersama membangun dan mengerjakan mimpi Tuhan!
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Christin Jedidah : Masih Adakah Iman?
Yesus menceritakan tentang seorang janda yang tidak jemu-jemu meminta pertolongan kepada hakim untuk membela perkaranya (Lukas 18:1-8). Yesus mengajarkan kita untuk senantiasa tekun berdoa; seperti janda itu yang tidak berhenti memohon kepada hakim itu. Ini adalah perumpamaan tentang Yesus: Hakim yang tidak mengenal Tuhan itu saja dapat membenarkan perkara janda itu. Apalagi Tuhan: tentu Ia akan segera menolong orang-orang pilihanNya.
Namun saat Yesus datang kedua kalinya, akankah Ia mendapati Iman di bumi?
Di akhir zaman ini, kasih kebanyakan orang menjadi dingin. Banyak orang mengalami putus asa dan kehilangan iman, sehingga tidak lagi mau berdoa dan tidak percaya kepada Tuhan.
Iman seperti apa yang Tuhan rindukan?
Iman yang dipraktekkan
Iman harus diaplikasikan dalam hidup kita; bukan hanya teori. Artinya kita sungguh-sungguh mempercayakan hidup kita dalam Tuhan. Hidup kita mencermikan bahwa kita punya Tuhan. Ketika ditimpa masalah, kita tidak melihat seberapa besar masalah kita, tetapi kita percaya bahwa kita punya Tuhan yang jauh lebih besar dari masalah-masalah kita. Akhir zaman ini, Iman kita semakin diuji. Karena pandemi, banyak kebiaasan kita yang berubah. Disinilah sikap hati dan iman kita akan diuji, namun jangan sampai hati kita menjadi dingin dan tidak lagi sungguh-sungguh kepada Tuhan.
Orang yang punya iman akan mempercayakan hidupnya sepenuhnya kepada Tuhan; Hidupnya menjadi milik Kristus.
Percaya bahwa segala sesuatu yang Tuhan lakukan adalah untuk kebaikan kita (Roma 8:28). Serahkan segala permohonan kita dan biarlah jadi seturut dengan kehendak Tuhan.
Ada kasih dalam dirinya (Efesus 3:16-20)
Orang yang memiliki iman pasti memiliki kasih dan Kristus tinggal dalam hidupnya. Dia akan mampu merasakan kasih Kristus dalam dirinya.
Iman memampukan kita membedakan ajaran sesat, mengampuni orang lain, dan yang berkuasa menyembuhkan.
Dengan memiliki iman, kita dapat membedakan ajaran-ajaran sesat. Iman juga memampukan kita untuk mengampuni orang lain (Luk. 17:1-6). Kita juga perlu memiliki iman dalam pelayanan, untuk kesembuhan dan pemulihan orang lain (Matius 17:14-20).
Iman yang bertumbuh
Iman sebesar biji sesawi saja dapat melakukan perkara yang mustahil, tetapi Tuhan mau iman kita bertumbuh seperti biji sesawi. Biji sesawi adalah biji yang paling kecil, tetapi ketika dia bertumbuh, dia menjadi pohon besar dan menjadi tempat bagi burung untuk bersarang (Matius 13:31-32).
Iman yang dimulai dari hal yang kecil, dan kita bisa melakukan perkara yang ajaib. Milikilah iman yang bertumbuh, maka kita akan bisa menjadi berkat bagi banyak orang.
Bagaimana supaya memiliki iman?
Iman timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan (Roma 10:17). Kita perlu membaca dan tinggal dalam Firman Tuhan; Kita memiliki kedekatan dengan Tuhan, maka iman kita akan timbul, bahkan terus bertumbuh. Tuhan segera datang. Jangan sampai ketika Dia datang, Dia tidak mendapati iman dalam hidup kita. Minimal kita memiliki iman sebesar biji sesawi saja, kita akan dimampukan untuk memindahkan gunung-gunung persoalan kita.
Mari gunakan setiap waktu yang ada untuk memberikan hidup bagi Tuhan. Hidup ini singkat. Mari melayani dan berikan yang terbaik bagi Tuhan.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Elita Chandra : Hati yang Degil
Dalam kitab Markus, Tuhan Yesus menegur murid-murid-Nya karena memiliki “hati yang degil”. Apa itu hati yang degil? Hati yang degil artinya hati yang menebal, hati yang tumpul dan tidak berpengertian.
Kedegilan hati berbicara ketidakpercayaan kepada Tuhan
Kedegilan hati bukan hanya berbicara tentang pemberontakan, tetapi juga berbicara hati yang tidak percaya dan penuh keraguan. Murid Yesus telah banyak menyaksikan mujizat yang Yesus lakukan, tetapi mereka tidak percaya; hati mereka degil. Mereka melihat mujizat Yesus memberi makan 5000 orang dan tersisa 12 bakul penuh, namun dalam kisah Yesus berjalan di atas air di Markus 6:45-52 dikatakan bahwa mereka tetap tidak mengerti, dan hati mereka tetap degil (Mark. 6:52).
Di kisah selanjutnya, murid Yesus kembali menyaksikan mujizatNya memberi makan 4000 orang dan tersisa 7 bakul (Mark.8:1-10), namun Yesus menegur mereka akan kedegilan hati mereka saat Yesus menceritakan tentang ragi orang Farisi dan ragi Herodes; Mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan, mereka hanya berfokus pada roti yang tidak mereka bawa (Mark. 8:14-21).
Hati kita degil ketika menuntut Tuhan melakukan apa yang kita inginkan
Kedegilan murid Yesus juga diceritakan dalam Yohanes 6:30-36. Ketika Yesus menceritakan tentang Roti Hidup, mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan. Mereka terus berpikir tentang roti yang dapat mengenyangkan mereka, bukan Yesus sebagai Roti Hidup yang memberikan kehidupan kekal.
Adakah kita seperti murid-murid Yesus? Kita mungkin orang yang mengalami Tuhan, tetapi kita menuntut Yesus menjadi figur yang sesuai dengan pikiran kita. Kita menuntut Yesus memberi kita “roti”, namun ketika Dia tidak memberikannya, kita menjadi tidak percaya dan meragukan Tuhan. Kita menuntut kasih Tuhan seperti yang kita mau, kita mengkoreksi kasih Tuhan.
Kita seringkali mengkoreksi kasih Tuhan, padahal kasihNya kepada kita tidak pernah berubah dalam hidup kita. Kitalah yang seharusnya mengkoreksi kasih, kesetiaan dan iman kita kepada Tuhan.
Cara pikir kita yang salah membuat hati kita menebal dan tumpul. Ketika hati kita menebal dan tumpul, maka kebaikan dan mujizat Tuhan nampak biasa saja. Demikian pula dengan murid Yesus; Mereka mengharapkan penyertaan dan kebaikan Tuhan versi mereka. Sehingga kebaikan yang Tuhan berikan dianggap biasa saja, karena tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Hati kita degil karena tidak berfokus kepada Tuhan.
Seorang yang memiliki fokus terhadap sesuatu otomatis akan peka dengan hal tersebut. Namun Murid Yesus tidak fokus kepada Yesus. Itulah yang membuat mereka tidak mengerti apa yang Yesus katakan. Sudahkah kita berfokus dengan kerinduan Tuhan dalam hidup kita? Jikalau kita berfokus, maka kita akan menjadi peka dengan pekerjaan-pekerjaan Tuhan; Kita akan diberikan pengertian untuk mengerti rencanaNya.
Hati kita degil karena ketidaktaatan
Kedegilan berkaitan erat dengan kebodohan dan orang yang tidak mengenal Tuhan (Efesus 4:17-20). Kebodohan bukan tentang tahu atau tidak, tetapi tentang kita mau taat atau tidak: Sebab kita bisa tahu, belum tentu kita mau taat. Kita bisa menjadi orang bodoh bukan karena kurang pengetahuan, tetapi karena hawa nafsu yang membuat hati menjadi tumpul (Ef.4:19), bebal, dan tidak mau diajar; Karena itu, pengertian kita perlu diterangi oleh kebenaran; Dengan menempatkan kebenaran sebagai sesuatu yang utama dalam hidup kita. Minta Tuhan mengubahkan hati dan pikiran kita.
Tuhan ingin kita taat akan perintahNya, tetapi terkadang Tuhan membiarkan kita dengan pilihan kita karena kita keras hati.
Tuhan menegur Bileam melalui seekor keledai karena ketidaktaatannya; Bileam bisa mendengar apa yang Tuhan katakan untuk tidak mengutuki bangsa Israel, dia mengiyakan dengan mulutnya, tetapi ia tetap pergi bersama Balak yang memintanya mengutuki bangsa Israel. Dia bahkan tidak tahu bahwa ada malaikat, sekalipun dia adalah nabi yang bisa mendengar suara Tuhan (Bilangan 22:4-41).
Janganlah kita menjadi keras hati, tetapi biarlah kita diterangi oleh kebenaran dari Tuhan. Memiliki pengetahuan saja tidak cukup, tetapi kita harus memiliki hati yang taat.
Dalam ketaatan, kita mendapat pelajaran dari setiap musim dalam hidup kita. Dalam mengikut Tuhan, kedagingan kita memang akan dikikis. Tetapi ketaatan itu indah di mata Tuhan. Kebenaran kadang memang menyakitkan, namun itu baik dan akan memurnikan setiap kita.
Mengikuti jalan Tuhan bukan berarti kita kehilangan kebahagiaan.
Anak bungsu berpikir tentang kebahagiaan versinya, sehingga dia pergi jauh dari rumah. Padahal kebahagiaan yang sejati justru ada di dalam rumahnya, sebab di rumah bapanya sudah tersedia semua yang terbaik baginya; Dia memiliki pengertian yang gelap akan sebuah kebahagiaan.
Pengertian yang gelap tentang kebahagian versi kita membuat kita berpikir bahwa perintah Tuhan menjadi sebuah penghalang kebahagiaan kita. Kita perlu menyelaraskan pikiran kita tentang kebahagiaan dengan kebahagiaan yang sudah Tuhan sediakan.
Miliki sikap hati yang benar di hadapan Tuhan. Biarlah hati kita diterangi oleh kebenaranNya yang membuat hati kita memiliki pengertian akan kehendakNya yang sempurna dalam hidup kita.
- Published in Sermons
Khotbah Pdm. Evie Mehita : Waspada Kejenuhan Rohani!
Sebagai orang percaya kita harus dapat menjaga kesehatan roh jiwa juga tubuh kita. Seringkali tanpa sadar kita menderita penyakit rohani dan menganggap remeh akan hal itu, sehingga tanpa sadar kita sedang mundur jauh dari Tuhan dan mengalami kekeringan rohani yang luar biasa.
Pernahkah anda merasa jenuh dan bosan? Kejenuhan dapat terjadi pada siapa saja dan dalam setiap aspek kehidupan kita: pekerjaan, keluarga, bahkan pelayanan atau hal-hal rohani.
Apa saja ciri-ciri seseorang mengalami kejenuhan rohani ?
- Malas dengan hal rohani / cuek dengan kegiatan rohani
- Tidak produktif
- Mudah letih dan emosional
- Hatinya menjadi hambar dan dingin
- Tuhan menjadi terasa jauh
- Segala yang dilakukan hanya menjadi rutinitas
- Kembali pada gaya hidup yang lama atau dosa lama
- Selalu punya pikiran yang negatif
Seperti menangani sebuah penyakit, kita perlu mengatasi hal ini dengan tepat, jika kita salah bertindak, maka kita bisa mengalami kemunduran rohani dan kekeringan rohani.
Kekeringan bisa melanda siapa saja, bahkan tidak terkecuali dengan orang yang pelayanan. Mengapa demikian? Kita mengalami kekeringan karena pelayanan tapi tidak terhubung dengan Sang Sumber, yaitu Tuhan sendiri; mungkin jalur kita untuk terhubung dengan Tuhan mengalami masalah. Selain itu, bisa jadi Tuhan ijinkan kita ada dalam padang Gurun seperti yang dialami Daud, untuk maksud dan tujuanNya (Maz 63:1-8).
Daud memutuskan mencari wajah Tuhan ditengah kekeringan jiwanya. Bukan hanya karena ia ada di padang gurun tandus, namun jiwa dan rohnya selalu merindukan Tuhan. Terkadang Tuhan ijinkan kita masuk dalam padang gurun kesepian, kesedihan, dan kehampaan. Namun tetaplah percaya dan pilihlah untuk selalu mencari wajahNya. Apakah anda orang yang selalu merindukan hadirat Tuhan?
PEJUANG ROHANI
Sebagai pejuang-pejuang rohani, kita harus belajar seni berperang, yaitu bertahan dan menyerang, juga tahu kapan waktu untuk beristirahat, waktu mengumpulkan kekuatan, waktu menyusun strategi.
Apa yang harus kita lakukan ketika kejenuhan rohani menyerang?
Kembalilah pada esensi dan tujuan awal kita.
kembali untuk apa anda bekerja, menikah, pelayanan, atau mengikut Tuhan. Dengan kembali pada esensi tujuan kita, maka kita akan bangkit lagi untuk melakukannya.
Temukan sumber masalah
Carilah penyebab kejenuhan rohani kita. Biarkan Tuhan membongkar kehidupan kita; Kita harus sabar dan rela.
Sesuaikan segala sesuatu dengan kapasitas kita.
Jangan memaksakan diri dan mengandalkan kekuatan sendiri. Datanglah kepada Tuhan, sebab Tuhan memberikan kelegaan bagi kita yang letih lesu dan berbeban berat (Mat. 11-28). “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan” (Mat. 11: 29-30). Mengenakan kuk dari Tuhan artinya kita sepenuhnya menjadi hambaNya, dikontrol dan ditarik oleh tanganNya sendiri. Kuk ini tidak akan melukai kita tapi mendatangkan kebaikan; Jalan Tuhan dan panggilanNya tak akan salah dalam hidup kita.
Janganlah mengundurkan diri (Ibrani 10:34-39).
Jika letih, beristirahatlah, namun jangan pernah berhenti. Jika sakit, pulihkan dirimu, namun jangan menyembunyikan diri dari persekutuan orang percaya.
Manusia seringkali memiliki kecenderungan ingin melarikan diri. Dalam kisah Yoh 6:60-71 Yesus menantang muridNya: Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.” Tuhan bertanya, namun keputusan di tangan para murid. Sudahkah hati kita sudah bulat mengikut Tuhan dan percaya padaNya walaupun kita belum mengerti sepenuhnya?
Tetaplah setia mengikut Tuhan. Kejenuhan dan kekeringan rohani dapat terjadi dalam hidup kita, namun biarlah Yesus yang menjadi satu-satunya alasan kita tidak akan pernah mengundurkan diri dari hadirat dan rencanaNya.
- Published in Sermons