Khotbah Ev. Christin Jedidah : Ahli Waris
“Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita adalah anak, maka kita juga ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” (Roma 8:14-17)
Apa yang muncul dibenakmu ketika mendengar kata “warisan”? Warisan adalah sesuatu yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Warisan bukan hanya berbicara tentang harta saja, tetapi bisa juga banyak hal. Kita bisa menerima warisan berupa nilai-nilai atau karakter-karakter dari nenek moyang kita; dalam hal baik maupun buruk. Ada juga warisan yang otomatis kita warisi, yaitu warisan berkat atau warisan kutuk. Ketika nenek moyang kita hidup dalam kebenaran Firman Tuhan, maka kita juga sebagai keturunannya juga akan menerima warisan berkat. Sebaliknya, ketika nenek moyang kita hidup dalam kutuk, itu juga akan menurun kepada kita. Maka dari itu, mari kita hidup seturut dengan kebenaran Firman Tuhan, supaya warisan kutuk itu dipatahkan, dan warisan berkat dapat kita nikmati dan wariskan kepada anak cucu kita.
Sejarah akan terus berulang, sampai ada seseorang yang masuk dan memenangkannya
Sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, kita sudah mendapatkan warisan dosa; itulah yang disebut sebagai dosa kecenderungan. Kita akan memiliki kecenderungan dosa yang sama dengan orang tua atau nenek moyang kita. Tetapi semuanya akan terus terulang dari generasi satu ke generasi sampai ada seseorang yang memutuskan ikatan dosa itu. Jika dosa itu masih melekat dengan kita, maka kita tidak akan bertumbuh maksimal dalam Tuhan. Hidup kita harus mengalami pertumbuhan rohani.
Orang yang siap menerima warisan adalah seorang yang sudah akil balig
Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu. (Galatia 4:1)
Untuk menjadi seorang ahli waris Kerajaan Allah, kita harus belajar menjadi anak terlebih dahulu. Tetapi seorang ahli waris yang belum dewasa belum bisa menerima warisan. Karena itu, jika kita mau menerima warisan, kita harus dewasa terlebih dahulu. Kita semua adalah ahli waris Kerajaan Allah, tapi syarat untuk menerima warisan adalah dewasa secara rohani.
Demikian pula kita: selama kta belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia (Galatia 4:3)
Orang yang dewasa adalah orang yang hidupnya dipimpin oleh Roh Allah, dan tidak lagi takluk dengan roh-roh dunia. Banyak yang mengaku orang Kristen, tapi masih takluk kepada roh-roh dunia. Orang yang seperti ini tidak berhak menerima warisan dari Tuhan. Maka dari itu, jadilah dewasa di dalam Tuhan.
Seorang hamba adalah seseorang yang diperhamba oleh sesuatu, dan dia tidak berhak menerima apapun. Tetapi Tuhan tidak tidak lagi menyebut kita hamba, tetapi ahli warisNya (Galatia 4:4-7)
Kita harus kembali pada tujuan awal Tuhan menciptakan kita. Status kita adalah anak raja. Karena itu kita harus sadar otoritas kita sebagai anak Raja. Ketika kita masih diperhamba oleh kutuk, kita tidak akan tampil sebagai anak raja. Kita diciptakan Tuhan pada mulanya sempurna, tetapi kita mudah jatuh bangun dalam dosa, tidak bisa bertumbuh lebih lagi dalam Tuhan; kita tidak bisa sempurna, karena dosa warisan yang diberikan kepada kita. Tetapi ketika kita menjadi ahli waris Kerajaan Sorga, kita diberi otoritas untuk mematahkan setiap warisan “pengemis” dalam hidup kita. Di dalam Tuhan tidak ada yang mustahil; itu adalah otoritas kita sebagai anak Raja. Miliki mental sebagai seorang anak Tuhan.
Bagian yang vital dari sebuah tanaman adalah akarnya. Tidak semua tanaman memiliki buah atau daun, tetapi tanpa akar, sebuah tanaman tidak akan bisa bertumbuh. Ketika akar itu kuat, maka tanaman itu bisa bertahan hidup, bertumbuh, bahkan berbuah. Seorang yang dewasa akan terlihat dari buahnya. Sudahkah kamu berbuah? Kalau kita mau menghasilkan buah yang baik, akar pemasalahan dari hidup kita harus kita bereskan, yaitu warisan kutuk/dosa dari nenek moyang kita. Setelah itu, barulah kita bisa menerima warisan yang sehat, yaitu warisan dari Kerajaan Sorga.
Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. (Yohanes 15:16)
Kita adalah orang-orang pilihan Tuhan. Kita diperintahkan untuk berbuah, dan buah yang kita hasilkan tetap. Sebagai anak Tuhan yang dewasa, kita tahu betul apa yang kita minta kepada Tuhan adalah sebuah kebutuhan, bukan keinginan semata. Selama kita minta kepada Tuhan, dan itu selaras dengan kerinduan Tuhan, Tuhan pasti akan memberikannya kepada kita. Belajar percayai Tuhan, karena dia pasti memberikan yang terbaik untuk setiap kita.
Kalau kita dewasa dan siap menerima warisan dari Tuhan, kita akan mendapatkan pemenuhan dari janji-janji Tuhan. Kita adalah buatan Allah, dan Dia rindu kita mengerjakan pekerjaan baik yang sudah disediakan-Nya untuk kita (Efesus 2:10). Maka dari itu, mari kita semakin bertumbuh dan semakin dewasa dalam Tuhan, supaya kita siap menerima warisan kita.
- Published in Sermons
Khotbah Ev. Evie Mehita : Anak yang Sah
Kisah para tokoh di Alkitab memang menarik. Salah satunya tokoh yang satu ini: Titus. Dikatakan bahwa Titus merupakan anak rohani dari rasul Paulus. “Kepada Titus, anakku yang sah menurut iman kita bersama:” [1 Titus 1:4a]. Singkat cerita mengenai Titus, ia adalah orang Yunani yang diberi pelayanan oleh Paulus untuk melayani orang Kreta. Mengapa Paulus memilih Titus untuk melayani orang Kreta? Karena Paulus melihat bahwa Titus ada seorang anak muda yang memiliki semangat yang militan.
Bila Titus dikatakan sebagai anak yang sah, pasti juga ada anak yang tidak sah di dalam iman. Bagaimana seseorang bisa dikatakan sebagai anak Tuhan yang sah dalam iman? Mari kita simak Ibrani 12:5-6.
Tidak Menganggap Remeh Didikan Tuhan
“Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya” [Ibrani 12:5b].
Ketaatan itu penting! Anak yang sah tidak akan menganggap remeh didikan Bapa.
Nasihat yang diberikan Tuhan itu baik adanya. Mungkin Ia menegur kita lewat pembimbing rohani, para pelayan, dan orang-orang yang berada dalam lingkup rohani kita. Namun, tidak semua orang ingin menjadi anak.
Menjadi anak berarti hidupnya diatur dan hal itu yang membuat banyak orang menghindari didikan Tuhan.
Padahal masa anak-anak adalah masa dimana kita tidak mengerti banyak hal. Maka dari itu, kita perlu untuk dididik. Kalau kita ingin menjadi dewasa secara rohani, kita harus menjadi anak terlebih dahulu. Dididik berarti juga ada rasa rendah hati untuk senantiasa mengoreksi diri. Jadi, jangan pernah menyerah untuk terus ditegur.
‘Disesah’ oleh Tuhan
“Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.”
Jika kita mencari gambar di google dengan keyword ‘sesah’, kita akan menemukan sebuah gambar cambukan. Ini sangat kontroversi dengan pernyataan sebelumnya yaitu anak yang dikasihi-Nya.
Tuhan memiliki tujuan untuk ‘menyesah’ kita. Pertama, Tuhan tidak mau kita dihukum bersama dunia. Ia mendidik kita untuk tidak sama seperti dunia. Kedua, ia mau kita mengambil bagian dalam kekudusan-Nya.
Orang pilihan pasti akan dilatih lebih keras daripada yang lainnya. Itu bertujuan untuk membentuk pribadi kita sehingga kita berbeda dengan orang-orang biasa. Begitu juga dengan Tuhan. Ia melatih kita dengan kasih. Ia menekan kedagingan kita, sehingga kita menjadi berbeda dengan orang dunia. Cara inilah yang menunjukkan bahwa Allah mengasihi kita. Dan itu dilakukannya kepada anak-Nya yang sah. Mungkin manusia bisa salah mendidik kita, tetapi Tuhan akan mendidik kita secara luar biasa bila kita mengijinkan-Nya untuk ‘menyesah’ kedagingan kita.
Titus mengambil peran untuk menegur orang-orang di Kreta [Titus 3:9-11]. Ini membuktikan bahwa banyak bidat-bidat yang sulit ditegur di sana. Memang ada orang-orang yang sudah diajar berkali-kali, namun tidak kunjung berubah. Kita harus bisa membedakan mana orang yang mau berubah dan mana yang tidak memiliki niat untuk berubah. Walaupun begitu, kita harus tetap mendoakan orang-orang yang tidak mau diajar agar mereka mengenal didikan Kristus.
Paulus juga menasihati Titus untuk menciptakan budaya Kristus di antara orang-orang Kreta [Titus 2]. Ada sebuah kehidupan jemaat yang dibangun. Membangun budaya kristus berarti menjadi teladan bagi orang-orang sekitar. Itulah yang seharusnya menjadi poin utama dalam kehidupan Kristen.
Kita harus menjadi teladan dan bisa mempertanggungjawabkan hidup ini di hadapan Tuhan. Menjadi anak yang sah dalam Kristus artinya kita harus mempraktekkan budaya Kristus, sehingga dunia bisa melihat cerminan Kristus di setiap perilaku kita.
- Published in Sermons