Khotbah Ev.Christin Jedidah – Perkenanan Tuhan
PERKENANAN TUHAN
(Juni 2010)
Pernahkah saudara merasakan kehilangan? Entah itu perhiasan berharga, barang, orang yang dikasihi atau mungkin sesuatu yang tidak pernah dianggap berharga namun sangat terasa pengaruhnya saat kita menyadari sesuatu itu tidak ada lagi. Apapun bentuk kehilangan yang kita alamai itu pasti akan mempengaruhi kita dan kehilangan yang paling besar dan yang pasti akan sangat berdampak dalam hidup kita baik di masa sekarang maupun dalam kehidupan kekal nanti, yaitu saat kita kehilangan perkenanan Tuhan. Saat kita kehilangan perkenanan terhadap seseorang atau tidak suka (berkenan) dengan seseorang umumnya hubungan kita dengan orang tersebut akan menjadi renggang. Bukan karena Tuhan tidak lagi mengasihi kita, tetapi karena dosa membawa kita jauh terpisah dari Tuhan. Saat kita membuka diri bagi dosa kita sedang mendukakan Roh Kudus yang ada dalam diri dan setiap kali dengan sadar kita membiarkan dosa menguasai kita, tidak segera bertobat tetapi justru menikmati dosa maka kita akan kehilangan perkenanan Tuhan. Kehilangan persekutuan dengan Tuhan merupakan sesuatu yang sangat fatal dalam kehidupan kerohanian kita saudara. Yang lebih memprihatinkan, banyak anak Tuhan tidak menyadari bahwa dirinya sedang kehilangan perkenanan Tuhan karena ini banyak kali terjadi tanpa tanpa tanda-tanda yang mencolok, bukan sesuatu yang terlihat yang dapat diamati dengan jelas.
Kita harus berhati-hati saudara, karena semua kita membutuhkan perkenanan Tuhan dan saya percaya kita semua pasti ingin mendapatkan perkenanan Tuhan, ingin menyenangkan hati Tuhan. Tetapi banyak diantara anak Tuhan tanpa sadar hidupnya tidak lagi berkenan dihadapan Tuhan. Berbicara soal perkenanan kita pasti ingat bagaimana ratu ester memperoleh perkenanan raja. Pada waktu itu tidak semua orang bahkan tidak semua ratu di kerajaan memdapat perkenanan untuk menghadap raja jika tanpa perintah raja. Seseorang yang memberanikan diri menghadap raja tanpa dipanggil dan diperkenankan raja, siapapun termasuk seorang ratu, orang itu harus dihukum mati. Begitupun terhadap Tuhan, Allah kita memang pengasih dan penyayang, Dia Bapa yang baik dan Sahabat dan yang setia, namun Tuhan kita juga adalah Raja di atas segala raja. Dia layak dihormati dan menerima pengabdian kita. Untuk itu kita harus belajar bagaimana hidup dengan sungguh di hadapan Raja, jangan sampai perkenanan Tuhan, sang Raja, terhadap kita hilang saudara.
Belajar dari raja Saul, dia adalah raja pertama Israel yang dipilih dan diurapi Tuhan, namun sampai pada akhir hidupnya alkitab mencatat raja Saul kehilangan perkenanan dari Tuhan. Saat orang Israel mengeluh kepada Samuel, mereka ingin seperti orang-orang di sekitarnya yang dipimpin oleh seorang raja (manusia) maka Tuhan memilih Saul. Diawal pemilihannya sebagai raja yang memdapat perkananan Tuhan, Saul merasa tidak layak karena statusnya dari suku yang terkecil di Israel dan dari kaum yang paling hina (1 Sam 9:21) mungkin juga karena kekurangannya sehingga dia merasa tidak mampu, minder dan takut menerima penolakan dari orang-orang Israel.
Hal pertama yang perlu kita pelajari dari kisah raja Saul adalah; perkenanan Tuhan tidak ditentukan oleh kebaikan, kemampuan atau siapa diri kita, tetapi karena kasih karunia Tuhan. Saat Tuhan memilih Saul sebagai raja, dia mungkin saja punya banyak kekurangan, tetapi dikatakan Tuhan mengubahkan hatinya sehingga orang-orang di sekitarnya melihat dan membicarakan perubahan dalam diri Saul (1 Sam 10:6,9,11). Tuhan sanggup mengubahkan dan berperkara dengan semua kelemahan kita tergantung respon hati kita terhadap kasih karunia dan perkenanan Tuhan. Ketika Tuhan memilih kita, saat kita dikaruniai dan dimeteraikan dengan Roh Allah yang kudus maka kita akan dan seharusnya memperlihatkan buah-buah perubahan dalam hidup dan karakter kita saudara. Inilah tanda pertobatan yang sejati, ada perubahan yang tetap dan perubahan itu bisa disaksikan serta dinikmati oleh orang lain.
Yang kedua yang bisa kita pelajari yaitu; karunia dan urapan yang tidak disertai dengan karakter Kristus yang terbentuk lewat proses, justru akan membuat kita kehilangan perkenanan Tuhan. Awalnya Saul mendapat perkenanan Tuhan, ia dipilih dan diperlengkapi Tuhan dengan urapan dan kharisma seorang raja tetapi Saul gagal berproses dengan karakternya Ia selalu memberikan respon negatif terhadap proses dan perintah Tuhan dan ini membawa Saul semakin jauh dari perkenanan Tuhan. Saudara, kharisma itu kita peroleh sebagai pemberian dari Tuhan sedangkan karakter harus dibentuk melalui perlahan-lahan melalui proses Tuhan dalam diri kita. Dalam 1 Sam 9:5-14 kita akan belajar bersama apa yang membuat Saul kehilangan perkenanan Tuhan.
1. Ketidak-taatannya terhadap perintah Tuhan
Hal pertama yang menyebabkan Saul kehilangan perkenanan Tuhan adalah karena ketidak-taatan. Kita harus belajar yang namanya ketaatan, ketaatan memiliki arti yang sangat penting dalam perkenanan Tuhan. Dalam 1 Sam 13:9 kita bisa baca, ketidak-taatan Saul dalam mentaati perintah Tuhan. Ia tidak sabar menantikan waktu Tuhan dan melanggar perintah Tuhan dengan memberanikan diri mempersembahkan korban bakaran yang seharusnya tidak boleh dilakukannya karena itu adalah tugas Samuel. Sebenarnya apa yang membuat Saul berlaku tidak taat kepada Tuhan? Rasa takutnya telah membuat Saul melanggar perintah Tuhan dan berlaku tidak taat. Saul lebih takut terhadap keadaan, musuh, kekalahan dan kondisi terjepit dari pada takut kepada Tuhan. Saudara, berapa banyak diantara kita yang menjadi tidak taat kepada Tuhan takut kehilangan dukungan dan ditolak oleh lingkungan, takut kehilangan kekayaan, jabatan, peluang atau kesempatan besar yang menggiurkan? Saudara, jangan sampai kita dikuasai oleh ketakutan dan kemudian berlaku tidak taat kepada Tuhan.
2. Ketidak-sabaran menantikan waktu Tuhan.
Orang yang tidak sabar menunggu pasti akan tergugah emosinya untuk segera mendahului Tuhan. Banyak umat Tuhan yang tidak sabar menantikan waktu dan proses Tuhan, tidak sabar dalam masa-masa pengujian iman dan menjadi tidak taat terhadap perintah/ kehendak Tuhan, dengan berusaha menggenapi atau mewujudkan janji Tuhan dengan cara sendiri. Kadang bahkan sering kita merasa lebih tahu/mengerti waktu yang terbaik dan apa yang paling penting yang kita butuhkan sehingga terburu-buru mengambil tindakan tanpa melibatkan Tuhan, bahkan menghalalkan segala cara agar keinginannya segera tercapai.
Khotbah Ev. Christin Jedidah